Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Penilaian Film: The Monkey, Teror dalam Setiap Dentuman Genderang Maut

Dok. Neon

GENRE: Horor

ACTORS: Theo James, Tatiana Maslany, Christian Convery

DIRECTOR: Osgood Perkins

RELEASE DATE: 7 Maret 2025

RATING: 3/5

Horror selalu menjadi medium yang sempurna untuk menggali trauma, tapi The Monkey tidak hanya menggali—ia mencabik-cabik ketakutan paling dalam dengan sadis dan tanpa belas kasihan. Adaptasi cerita pendek Stephen King ini tidak hanya sekadar menyajikan horor supernatural, melainkan menghadirkan sebuah pengalaman yang mengguncang, di mana kematian datang dengan irama yang tidak bisa dihentikan.

Simak penilaian film The Monkey versi Duniaku.com berikut ini!

1. Mainan Monyet Merangkap Iblis

Dok. Neon

Sejak adegan pembuka, film ini langsung mencengkeram dengan ketegangan yang mendidih. Seorang pilot maskapai, diperankan oleh Adam Scott, dengan ekspresi panik dan penuh ketakutan, memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh sebuah mainan monyet kuno. Suasana semakin mencekam ketika ketakutan itu menjadi nyata—dengan cara yang brutal. Sebuah harpun melesat, darah menyembur, dan dalam sekejap, kekuatan jahat sang monyet menjadi tak terbantahkan. Adegan ini bukan hanya memperkenalkan ancaman utama, tetapi juga menunjukkan bahwa tidak ada yang benar-benar aman dalam film ini.

Ketika latar berpindah ke tahun 1990-an di New England, teror terus menghantui anak-anak si pilot, Hal dan Bill Shelburn. Dua saudara kembar ini memiliki dinamika yang kontras. Hal pendiam dan penuh beban, sementara Bill lebih keras dan meledak-ledak. Keduanya terikat oleh satu hal, warisan mengerikan dari ayah mereka. Seiring waktu berjalan, mereka belajar bahwa setiap kali monyet itu diaktifkan, seseorang harus mati. Dan tidak ada cara untuk menghentikannya.

2. Teror yang Tidak Ada Asal-Usulnya

Dok. Neon

Salah satu elemen paling menakutkan dari The Monkey adalah bagaimana film ini tidak pernah memberikan penjelasan tentang asal-usul kekuatan jahatnya. Tidak ada ritual kuno atau penjelasan supernatural yang bertele-tele—hanya fakta sederhana dan mengerikan bahwa benda ini membunuh, dan tidak ada yang bisa berbuat apa-apa selain menunggu kematian berikutnya. Setiap ketukan drum yang bergema dari monyet ini menjadi tanda kematian yang tak terhindarkan, menciptakan ketegangan yang tiada henti. Suara itu tidak hanya menghantui para karakter di layar, tetapi juga menanamkan ketakutan dalam benak penonton, seolah-olah kita semua sedang menghitung waktu menuju malapetaka berikutnya.

Osgood Perkins, yang sebelumnya dikenal dengan Longlegs, memahami bagaimana cara membangun suasana ketakutan yang merayap perlahan sebelum akhirnya meledak dalam kekerasan yang mengejutkan. Dia menciptakan dunia yang absurd namun menakutkan, di mana kematian datang dengan cara yang brutal dan mendadak. Setiap kematian dalam The Monkey dieksekusi dengan kreativitas yang mengerikan—sebuah pisau hibachi yang melayang, tubuh yang terkoyak tanpa ampun, dan cipratan darah yang terasa terlalu nyata. Ini bukan sekadar horor slasher biasa; setiap adegan kematian menyimpan rasa putus asa yang mendalam, mengingatkan bahwa kehidupan manusia bisa berakhir dalam sekejap, tanpa peringatan.

Tapi The Monkey tidak hanya bergantung pada kekerasannya. Film ini juga bermain dengan absurditas dan humor gelap, menciptakan sensasi yang semakin mengganggu. Terkadang, kita tertawa—lalu langsung terdiam, tersadar bahwa kengerian sedang mengintai di tikungan. Ada sesuatu yang sangat tidak nyaman dalam perpaduan antara horor dan humor yang digunakan Perkins, seolah ia sengaja menyesatkan penonton sebelum menjatuhkan kita ke dalam jurang ketakutan yang lebih dalam.

3. Kesimpulan

Dok. Neon

The Monkey bukan sekadar film horor, ini adalah mimpi buruk yang terus berulang dalam setiap detik yang bergulir. Setiap dentuman drum monyet tua itu adalah hukuman mati yang tak bisa dihindari, setiap adegan dipenuhi dengan atmosfer yang menyesakkan.

Dengan visual yang mencekam, akting yang penuh emosi, dan rasa takut yang merayap perlahan sebelum meledak dalam kekejaman yang tak terduga, The Monkey menjadi salah satu film horor paling mencengangkan tahun ini. Ketika lampu bioskop kembali menyala, satu pertanyaan masih terngiang di benak. "Bagaimana jika monyet itu tidak pernah berhenti bermain?"

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
Damian
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Damian
EditorDamian
Follow Us