7 Fakta Novel Pendekar Hina Kelana, Gamenya Pernah Muncul di Indonesia

- Judul asli novel ini adalah Xiao Ao Jiang Hu, yang melambangkan kebebasan di tengah konflik dan pengkhianatan.
- Tokoh utama Linghu Chong adalah seorang pendekar pedang yang menghadapi konflik dengan gurunya dan menemukan teknik pedang legendaris.
- Kisah ini menyoroti persahabatan, cinta, tipu daya, dan pengkhianatan di dunia persilatan yang kompleks.
Novel Pendekar Hina Kelana adalah salah satu mahakarya Jin Yong, penulis legendaris asal Tiongkok yang dikenal dalam genre wuxia. Kisah ini mengangkat petualangan seorang pendekar yang mencari kebebasan sejati di tengah intrik dunia persilatan. Novel ini telah diadaptasi ke berbagai media, termasuk film, serial televisi, dan game.
Penasaran dengan novel Pendekar Hina Kelana? Simak fakta-faktanya di bawah ini!
1. Makna di Balik Judul

Judul asli novel ini dalam bahasa Mandarin adalah Xiao Ao Jiang Hu (笑傲江湖), yang secara harfiah berarti "Tertawa di Dunia Persilatan." Judul ini melambangkan kebebasan sejati di tengah konflik, intrik, dan pengkhianatan yang merajalela di dunia pendekar.
Dalam cerita, Xiaoao Jianghu bukan hanya sekadar judul, tetapi juga nama sebuah karya musik yang digubah bersama oleh dua pendekar dari kubu yang berlawanan—Liu Zhengfeng dan Qu Yang.
Liu Zhengfeng berasal dari Perguruan Gunung Heng Selatan, yang dikenal sebagai bagian dari aliran lurus dan terhormat. Sementara itu, Qu Yang merupakan anggota Sekte Suci Matahari Bulan, yang dicap sebagai sekte sesat.
Pada hari Liu Zhengfeng menggelar upacara pensiunnya dari dunia persilatan, ia dituduh berkhianat terhadap aliansi aliran lurus karena berteman dengan Qu Yang.
Kemudian terpojok, Liu Zhengfeng dan Qu Yang akhirnya memilih bunuh diri. Namun, sebelum ajal menjemput, keduanya sempat menyerahkan partitur Xiaoao Jianghu kepada Linghu Chong.
2. Tokoh Utama

Tokoh utama Pendekar Hina Kelana adalah Linghu Chong, murid dari Yue Buqun, pemimpin aliran Huashan di masa itu. Linghu Chong dikenal sebagai seorang pendekar pedang yang periang namun berhati mulia, dengan kegemaran khasnya menikmati minuman beralkohol.
Perkembangan kekuatannya dimulai ketika ia diasingkan dari Huashan, setelah dicurigai berasosiasi dengan Tian Boguang, seorang bandit ternama. Selama pengasingan itu, Linghu Chong menemukan ukiran teknik pedang di dalam sebuah gua dan tanpa sengaja mempelajarinya. Kemampuannya semakin diasah ketika ia bertemu Feng Qingyang, seorang ahli pedang legendaris yang mengajarinya Sembilan Pedang Dugu.
Namun, alih-alih dihargai, kemajuan pesat yang diperoleh Linghu Chong justru memicu kecemburuan dan kecurigaan dari Yue Buqun yang ambisius. Ketegangan ini menjadi benih konflik yang terus membayangi perjalanan hidup Linghu Chong.
3. Sinopsis Pendekar Hina Kelana

Kisah ini menyoroti persahabatan dan cinta, tipu daya dan pengkhianatan, ambisi serta nafsu kekuasaan yang menguasai dunia persilatan. Di tengah semua itu berdiri Linghu Chong, seorang yatim piatu yang menjadi murid senior Yue Buqun, pemimpin Aliran Huashan, sekaligus tokoh utama cerita ini.
Perjalanan hidup Linghu Chong diwarnai oleh pencariannya sebagai seorang pendekar pedang, sambil menyaksikan berbagai intrik kejam dan perebutan kekuasaan yang mengancam perdamaian. Seiring waktu, ia tidak hanya mengasah kemampuan bertarungnya, tetapi juga menghadapi dilema moral yang menguji kesetiaan, prinsip, dan hatinya sendiri.
4. Dongfang Bubai Sebenarnya Tak Sepenting Itu di Novel

Dongfang Bubai menjadi karakter ikonis sejak kemunculannya dalam film Swordsman II, berkat pengolahan karakter yang menarik dan penampilan brilian Brigitte Lin dalam memerankannya.
Padahal, dalam novel aslinya, sosok Dongfang Bubai hanya muncul sebentar dan berakhir dibunuh oleh Ren Woxing. Namun, popularitas versi Brigitte Lin membuat adaptasi Pendekar Hina Kelana selanjutnya, termasuk Invincible Swordsman, memberikan karakter ini lebih banyak sorotan dan pengembangan.
5. Menunjukkan Bahwa Aliran yang Dianggap Lurus Bisa Bermasalah

Novel ini menunjukkan bahwa aliran yang dianggap lurus dan benar pun tidak selalu tanpa cela. Kesombongan mereka dalam menganggap diri sebagai pembela kebenaran sering kali justru melahirkan ketidakadilan.
Contohnya, Linghu Chong dihukum hanya karena dianggap berasosiasi dengan Tian Boguang, karena anggota Huashan dilarang terlibat dengan sosok kriminal atau dari sekte sesat.
Tragedi yang menimpa Liu Zhengfeng dan Qu Yang juga sudah menyoroti kemunafikan tersebut. Meski persahabatan mereka murni terjalin dari kecintaan yang sama terhadap musik, mereka tetap diburu oleh para pendekar aliran lurus hingga terpojok dan memilih mengakhiri hidup mereka bersama.
Padahal tokoh-tokoh dari aliran lurus sering kali terungkap sebagai sosok yang penuh ambisi dan tipu daya. Zuo Lengchan selaku pemimpin Aliansi Lima Sekte Pedang terasa sebagai salah satu antagonis utama. Yue Buqun, yang awalnya dihormati oleh Linghu Chong sebagai seorang guru, ternyata memiliki ambisi yang kelak menjadi ancaman serius bagi muridnya sendiri. Aliansi Lima Sekte Pedang yang seharusnya menjadi kekuatan lurus pun didominasi oleh pihak-pihak munafik.
Namun, di tengah kebusukan tersebut, masih ada aliran yang setidaknya masih terasa relatif baik, apalagi jika dibandingkan kondisi Aliansi Lima Sekte Pedang, yaitu Wudang dan Shaolin.
6. Intrik dan Pengkhianatan

Selain duel antar pendekar, novel ini dipenuhi oleh intrik politik dan pengkhianatan yang membuat dunia persilatan terasa kompleks dan penuh jebakan. Tokoh-tokoh seperti Zuo Lengchan dan Yue Buqun menjadi bukti bahwa tidak semua yang berasal dari aliran lurus benar-benar menjunjung kebenaran. Ambisi dan keinginan untuk menguasai dunia persilatan membuat mereka rela mengorbankan prinsip dan kehormatan.
Di sisi lain, Ren Woxing dari Sekte Suci Matahari Bulan juga punya ambisi yang sangat terasa setelah para aliran lurus bermasalah diatasi. Untungnya dia mati dengan anti-klimaks di novel.
Perjalanan Linghu Chong sebagai protagonis pun tidak pernah benar-benar mulus. Langkahnya terus dibayangi oleh tipu daya, kesalahpahaman, dan konflik yang datang dari berbagai arah—baik dari mereka yang disebut lurus maupun sesat.
7. Adaptasi ke Film dan Game

Pendekar Hina Kelana telah diadaptasi dalam berbagai bentuk, termasuk serial film Swordsman. Dalam dunia game, kisah ini diangkat dalam Swordsman Online, yang memungkinkan pemain menjelajahi dunia persilatan dan mempelajari teknik bertarung khas dari novel. Gamenya sendiri pernah masuk Indonesia dibawa oleh developer dan publisher Perfect World.
Pendekar Hina Kelana tidak hanya menyajikan aksi, tetapi juga refleksi tentang kebebasan dan kesetiaan. Dengan konflik kompleks dan karakter mendalam, Pendekar Hina Kelana tetap menjadi salah satu karya wuxia paling berpengaruh sepanjang masa.
Nah itu fakta-fakta novel Pendekar Hina Kelana. Menurutmu gimana? Sampaikan di kolom komentar!