6 Perbedaan Dragon Ball Z dan Kai, Mana yang Kamu Ikuti?

Anime Dragon Ball Z adalah sekuel dari Dragon Ball yang mengadaptasi paruh terakhir dari manga asli karya Akira Toriyama. Meski dikenal sebagai anime shounen yang melegenda, tetapi beberapa penggemar kurang menyukainya karena alurnya yang terasa jauh lebih lambat dibandingkan prekuelnya.
Beberapa tahun setelah DBZ tamat, tayang Dragon Ball Z Kai sebagai adaptasi manga yang konon lebih akurat. Kedua seri memang memiliki banyak kesamaan, tapi ada sejumlah bagian penting yang membedakannya. Nah, inilah beda Dragon Ball Z dan Kai yang harus kamu tahu.
1. DBZ Kai diakhiri dengan Cell Games

Cell Games merupakan saga kesebelas dalam seri Dragon Ball Z. Sebagaimana judulnya, saga ini berfokus pada peristiwa Cell Games, yakni sebuah turnamen bela diri kelas dunia yang diselenggarakan oleh Cell.
Di sana, Z Fighters akan menjadi salah satu lawan Cell. Tak cuma itu, akan muncul petarung tangguh lainnya yang turut berpartisipasi dalam pertarungan hidup dan mati demi menguji wujud Perfect mereka yang berhasil dibangkitkan.
Saga ini bukanlah penutup, tetapi serial Dragon Ball Z Kai justru diakhiri dengan Cell Games, tepatnya dengan total 97 episode. Selama beberapa tahun, tak ada kejelasan apakah DBZ Kai akan dilanjutkan, sampai akhirnya tayang DBZ Kai: The Final Chapters pada 2011.
DBZ Kai: The Final Chapters merupakan versi remaster dari Majin Buu Saga yang diklaim lebih mengikuti cerita asli pada manganya. Namun, sekuel ini cukup menjadi perdebatan, terutama karena alurnya yang berjalan cukup lambat.
2. Banyak sensor di DBZ Kai

Dragon Ball Z telah dikenal sebagai serial shounen yang penuh aksi dan sarat akan adegan berdarah. Baik pada manganya maupun pada adaptasi anime aslinya yang tayang sejak 1989 hingga 1996.
Salah satu adegan berdarah tersebut dapat disaksikan pada momen kematian Goku dan Raditz yang terjadi pada awal cerita. Saat itu, tampak kedua karakter terluka parah dengan lubang di dada mereka yang penuh darah.
Akan tetapi, anehnya, versi Dragon Ball Z Kai memilih untuk mengurangi adegan-adegan yang menampilkan darah secara signifikan. Pada versi Kai, luka yang diderita Goku dan Raditz hanya digambarkan dengan lubang hitam semata tanpa adanya darah.
Meski DBZ Kai melakukan banyak penyensoran, tetapi bukan berarti versi ini menghilangkan luka-luka yang dialami para karakter. Mereka tetap terluka dan berdarah, tapi tak sedramatis DBZ asli.
Selain sensor darah, DBZ Kai juga menghilangkan penampilan karakter yang terbuka tanpa pakaian. Saat ditayangkan di Nicktoons, DBZ Kai versi bahasa Inggris juga melakukan penyesuaian pada warna Mr. Popo yang semula hitam menjadi biru.
3. Naskah dialog DBZ Kai lebih mirip dengan manga

Kalau ditanya apa keunggulan Dragon Ball Z Kai dengan versi adaptasi anime DBZ yang asli, jawabannya ialah akurasi. Tepatnya, akurasi dalam hal kemiripan dialog atau naskah pada anime dengan manga yang ditulis langsung oleh Akira Toriyama.
Pada adaptasi anime Dragon Ball Z tahun 1989, Funimation selaku lisensor telah melakukan perombakan besar terhadap naskah serial ini. Berkat perubahan tersebut, sampai-sampai versi dub-nya jadi terkesan hampir tak mewakili alur cerita dan tema asli secara keseluruhan.
Ini berbeda dengan DBZ Kai yang sepertinya hendak menonjolkan kemiripannya dengan naskah asli dari materi sumber. Dengan begitu, penggemar yang hanya menonton versi bahasa Inggris Dragon Ball Z berkesempatan untuk mendalami alur yang lebih dekat dengan manganya.
4. DBZ punya banyak episode filler

Beda Dragon Ball Z dan Kai berikutnya terlihat dari ketersediaan episode filler. Anime-anime lawas sering kali memanfaatkan episode filler dalam jumlah yang banyak. Ini merupakan episode yang alurnya benar-benar melenceng dari alur utamanya. Namun, umum digunakan untuk menciptakan jeda yang cukup antara adaptasi anime dengan materi dari manganya ongoing.
Dragon Ball Z adalah salah satu anime yang menggunakan episode filler untuk tujuan tersebut. Tak heran, manga Dragon Ball sendiri baru rampung pada 1995, sedangkan anime DBZ sendiri mengadopsi bab 195—519 dari manga berjumlah 520 chapter tersebut.
Anime DBZ utamanya banyak menampilkan filler menuju penghujung seri, seperti Garlic Junior Saga. Alur tersebut dibuat berdasarkan salah satu film DBZ yang sebagian besar tak dianggap sebagai canon.
Di sisi lain, DBZ Kai memilih untuk menghilangkan sebagian besar episode filler tersebut. Jadi, pada versi tersebut, penggemar tak akan melihat momen kocak saat Piccolo dan Goku belajar mengemudi atau berkenalan dengan kekasih Krillin, yakni Maron. Namun, sebagai gantinya, penggemar tak perlu mengikuti jeda pada tengah-tengah peristiwa besar yang mungkin saja bakal memengaruhi mood menontonmu.
5. Lagu opening dan ending

Bagi sebagian penggemar, opening dan ending mungkin hanya semacam selingan yang umumnya akan mereka skip saat menonton suatu anime. Namun, beberapa penggemar justru menganggap keduanya sebagai aspek atau bagian yang tak dapat mereka lewatkan.
Apalagi anime Dragon Ball Z telah menghadirkan lagu pembuka dan penutup yang ikonis. Sebut saja Cha-La Head-Cha-La, We Gotta Power, dan Boku-tachi wa Tenshi datta dari Hironobu Kageyama atau Dete Koi Tobikiri Zenkai Power! dari MANNA.
Namun, saat menyaksikan DBZ Kai, kamu tak akan mendengar lagu-lagu itu lagi. Sebagai gantinya, ada Dragon Soul dan Yeah! Break! Care! Break! dari Tanimoto Takeyoshi, serta Kokoro no Hane dari AKB48, dan masih banyak lagi.
Meskipun berbeda, tetapi pada dasarnya DBZ Kai juga punya lagu opening dan ending yang bagus. Sama halnya dengan scene yang ditampilkan pada bagian tersebut, meski DBZ Kai sendiri seakan menonjolkan elemen-elemen yang mengarah pada spoiler.
6. Soundtrack

Sama halnya dengan lagu opening dan ending, soundtrack atau musik latar turut menjadi aspek penting yang mungkin cenderung dikesampingkan oleh sebagian orang. Dragon Ball Z sendiri menghadirkan soundtrack legendaris yang digubah oleh Shunsuke Kikuchi. Berkat musik-musik karyanya yang cerdas, adaptasi anime tersebut sukses membangun atmosfer serta nuansa pada momen-momen tertentu. Lebih kerennya lagi, Kukuchi selalu tahu bagaimana caranya memanfaatkan keheningan dan memberikan jeda sebelum memasukkan musik pada saat yang tepat.
Di DBZ Kai, Kenji Yamamoto lah yang berkesempatan untuk menjadi komposer musiknya. Dia juga dikenal akan beberapa soundtrack untuk game Dragon Ball. Sayangnya, Kenji Yamamoto mengalami skandal plagiarisme sehingga Toei pun harus menyunting kembali episode-episode yang menghadirkan musik latar dari Kikuchi.
Itulah beberapa beda Dragon Ball Z dan Kai yang perlu kamu tahu. Kamu tim nonton keduanya atau cukup salah satunya, nih?
Untuk informasi yang lebih lengkap soal anime-manga, film, game, dan gadget, yuk gabung komunitas Warga Duniaku lewat link berikut:
Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku


















