Lima Hal yang Perlu Dilakukan Untuk Memperbaiki Street Fighter V
Apa yang salah dengan Street Fighter V? Game ini terbantai, baik dari sales maupun review. Apa yang harus dilakukan Capcom untuk memperbaiki game unggulannya ini?
Haruskah Capcom Memperbaiki Street Fighter V?
Apa yang sebenarnya terjadi?!
[read_more id="243904"]
Sebelum dirilis, Street Fighter V digadang-gadang sebagai game fighting 2D terbaik. Hype yang dibangun dan trailer-trailer yang dipamerkan Capcom menunjukkan indikasi ke arah sana. Street Fighter V adalah penerus Street Fighter IV, yang telah bertahan sepanjang 8 tahun (dirilis pertama kali bulan Juli 2008). Memiliki slogan: Rise Up! Inilah Street Fighter pertama yang dibangun dengan mindset eSports. Sangat kompetitif, namun juga dipastikan akan jadi game yang ramah bagi newbie. Ambisius!
Namun ketika game ini dirilis... (hening)
Begitu banyak kekecewaan. Metacritis menghimpun skor 7.7 dari 76 kritikus. Yang parah, review user, sebanyak lebih dari 1000 review, yang terkumpul menampilkan angka 3.2. Nilai merah!
Tidak berbeda jauh dengan Metacritics, skor di Gamerankings juga hanya menunjukkan angka 77.48% (dari 57 review) untuk versi PS4 dan, sedikit lebih buruk, 76.29% (dari 14 review) untuk versi PC.
IGN memberinya skor 80, yang kutipan reviewnya sebagai berikut: “It sports a wonderful, diverse cast of characters, places a clear emphasis on strong fundamental play, it gives competitive players a great online experience, and it does it all while looking gorgeous. Strictly in terms of mechanics and competitive features, Street Fighter 5 is just about peerless, but it has quite a ways to go before it stacks up against other fighting games - including its own predecessor - in terms of overall content.”
“The gameplay of Street Fighter V is excellent, and no matter what mode you play, the superb mechanics follow. Unfortunately, the content isn’t substantial, and omits several standard offerings that we’ve come to expect from the genre. It’s a shame that the structure presents so many frustrations, because the gameplay itself is entertaining,” tulis Game Informer, yang memberikan nilai 73.
Lebih parah dari itu, Polygon hanya memberikan nilai 65 dan menuliskan: “We don't doubt that Street Fighter 5 will be more than it is today at some point, and it may not even take long to get there. The most important skeletal elements of a strong fighting game are here, and they set the stage for a fighter that should have the legs to carry it years down the road. But for all but the most dedicated Street Fighter player, Capcom isn't making a reasonable case to jump on board yet.”
[read_more id="234019"]
Apa yang salah?!
Saya menghabiskan weekend kemarin dengan bermain Street Fighter V, baik secara single player, local versus, juga online mode. Kesimpulan saya, game ini terasa “hampa”. Kering. Terasa kurang polish. Bahkan bisa disebut game yang belum siap dirilis.
Game ini cukup menghibur ketika saya bermain melawan kawan-kawan di local versus. Online mode-nya kurang stabil. Bahkan dengan koneksi yang sama (antara 4 dan 5), terkadang masih terasa ada lag. Belum lagi saya harus menunggu lama untuk bisa menemukan lawan yang sesuai. Untuk single player, well saya tidak bisa banyak berkomentar. Aspek single player ini nyaris tidak ada.
Lalu apa yang perlu dilakukan Capcom untuk memperbaiki Street Fighter V?!
Cek di halaman selanjutnya...
[page_break no="5" title="Perbanyak Single Player Mode"]
[read_more id="240752"]
Game fighting memang tidak didesain untuk dimainkan seorang diri. Tapi, HEY, Street Fighter V ini keterlaluan keringnya. Capcom memang menyematkan Story Mode untuk tiap karakter. Namun itu hanya berisi dua hingga pertarungan saja untuk tiap karakter, dengan tingkat kesulitan yang tidak bisa diubah (baca: TERLALU MUDAH!). Tidak ada Arcade Mode di sini. Alasannya, karena game ini tidak dirilis di arcade. Sebagai gantinya, ada Survival Mode. Sebetulnya punya fungsi yang sama, namun saya kehilangan perasaan accomplishment yang saya dapatkan ketika menyelesaikan Arcade Mode.
Lewat update bulan Maret lalu, Capcom menambahkan Challenge Mode (akhirnya!). Seperti biasanya, pemain bisa menyelesaikan beberapa tantangan sekaligus mengasah kemampuan bertarungnya (saya heran, kenapa mode semacam ini bisa tidak disertakan sejak awal). Tampaknya Capcom sudah berada di jalur yang tepat. Rencananya mereka juga akan menghadirkan Cinematic Story Expansion, yang disebut-sebut pertama kalinya untuk Street Fighter (juga game-game fighting Capcom lainnya). Bravo!
Menurut saya, Arcade Mode, dengan real boss dan real ending, juga perlu ditambahkan untuk memperbaiki Street Fighter V. Kalaupun tidak ingin menampilkan karakter overpower sebagai boss terakhir, maka Capcom bisa berkiblat ke seri Street Fighter Zero/Alpha, di mana tiap petarung memiliki boss masing-masing (yang juga merupakan karakter regular).
Tekken selalu kaya akan Single Player Mode. Capcom perlu belajar lebih banyak dari Namco. Come on![/caption]
[page_break no="4" title="Benahi Netcode dan Aspek Online!"]
Ini masalah serius. Pada saat awal dirilis kemarin, Street Fighter V nyaris tidak bisa dimainkan online. Server yang sering down, akses ke jaringan lambat, belum lagi netcode parah, lag berat. Untunglah Capcom sudah memberikan patch yang mengeliminir (hampir) semua permasalahan itu. Meski demikian, saya masih merasakan beberapa permasalahan dalam fitur online ini. Mencari lawan terlalu lama dan terkadang masih ada lag. Capcom perlu mengambil tindakan serius dalam aspek online ini untuk memperbaiki Street Fighter V.
[page_break no="3" title="Lebih Banyak Karakter"]
[read_more id="240890"]
Street Fighter V menghadirkan 16 karakter awal. Bandingkan dengan Street Fighter IV versi konsol yang langsung menghadirkan 22 karakter, belum termasuk tiga karakter rahasia.
Capcom memang menyiapkan enam karakter lagi sebagai karakter DLC awal Street Fighter V. Namun dengan tambahan enam karakter itu pun, Street Fighter IV (tanpa DLC) tetap lebih ramai dibanding sekuelnya. Ingat, Ultra Street Fighter IV, varian terakhir Street Fighter IV, memiliki 44 karakter!
Alex, salah satu karakter DLC Street Fighter V, dihadirkan di bulan Maret ini dan ada free trial selama sebulan. Setelah Alex, akan ada Guile, Ibuki, Balrog, Juri, dan Urien.
Konsep ini menarik. Tiap bulan akan ada karakter baru. Namun untuk memperbaiki Street Fighter V, Capcom harus lebih berani! Siapkan satu paket karakter DLC baru. Kembalikan karakter-karakter favorit, seperti Sagat, Abel, dan Poison; tapi beranilah bereksperimen menghadirkan karakter-karakter yang sudah terlupakan, seperti Eagle dari Street Fighter I (yang juga muncul di SNK vs Capcom), Ingrid dari Street Fighter Zero/Alpha 3 MAX (juga muncul di Capcom Fighting Jam), atau karakter-karakter dari Street Fighter EX, seperti Skullomania, Kairi, dan Hokuto, bahkan mungkin karakter tamu dari game fighting Capcom lain, semacam Morrigan dari Darkstalkers atau Kyosuke dan Akira dari Rival Schools. Kalau karakter Final Fight saja bisa masuk, kenapa Rival School tidak?!
Charlie Nash vs Strider Hiryu? Why not![/caption]
[page_break no="2" title="Lebih Banyak Variasi Karakter"]
Eits, ini berbeda dengan poin sebelumnya!
[read_more id="245426"]
Ketika memainkan Street Fighter III dulu, setelah memilih karakter, pemain akan diberi opsi untuk memilih satu dari tiga Super Arts yang disediakan. Keputusan memilih Super Arts ini berpengaruh besar dalam jalannya pertarungan. Pemain (seolah-olah) punya kontrol terhadap gaya bertarung karakternya. Ketika berhadapan dengan karakter tertentu, pemain bisa memilih Super Arts yang berbeda dengan ketika berhadapan dengan karakter lainnya.
Hal yang sama juga diterapkan di Street Fighter IV. Pemain dapat memilih satu dari dua Ultra Combo sebelum bertarung.
Bagaimana dengan Street Fighter V?
Pemain hanya memilih karakter, memilih kostum, warna, kemudian winning quote. That’s it. Tidak ada lagi pilihan varian jurus pamungkas.
Padahal Capcom sebelumnya sangat kreatif memberikan varian-varian karakter ini. Di Street Fighter Zero/Alpha 3, Capcom menghadirkan sistem ISM. Di sini pemain tidak hanya memilih jurus pamungkas, melainkan juga gaya bertarung. Mau bertarung gaya klasik Street Fighter II yang output damage-nya besar, gaya Street Fighter Zero/Alpha yang fleksibel, atau gaya Custom Combo yang butuh konsentrasi tinggi.
Capcom juga membawa semangat pilihan variasi karakter ini di game Capcom vs SNK. Pemain diberi pilihan Groove. Mau bermain dengan gameplay ala Street Fighter atau mau bermain dengan gameplay ala The King of Fighters. Capcom itu kreatif.
Tapi kenapa di Street Fighter V ini enggak?!
Ken menembakkan Hadoken dengan kakinya?! Kami mau variasi karakter seperti ini, Capcom!![/caption]
Saran saya... hadirkan kembali Omega Mode dari Ultra Street Fighter IV yang fun itu untuk memperbaiki Street Fighter V ini.
[page_break no="1" title="Reboot! Rilis Versi Baru SFV."]
Killer Instinct kini memasuki season ketiga. Free to play.[/caption]
Saya paham betul Capcom ini mengikuti jejak Microsoft Game Studio dengan Killer Instinct. Game Fighting yang terus berevolusi. Diupdate dengan patch, ekspansi, DLC, karakter baru, stage baru, dsb. Tapi come on, Killer Instinct itu game free to play, alias GRATIS! Pemain bisa membeli karakter atau satu pack/season pass. Tapi untuk download dan main, tidak perlu membayar $60 seperti Street Fighter V.
Street Fighter juga V bisa dibilang tidak berhasil (atau lebih blak-blakan, GAGAL!). Bukan hanya dari review, namun juga dari angka penjualan yang hanya terjual 46 ribu kopi dalam minggu pertama. Itu separuh dari penjualan Street Fighter IV versi PlayStation3 yang terjual lebih dari 84 ribu kopi (belum termasuk versi Xbox360-nya).
Langkah apa yang harus dilakukan Capcom untuk memperbaiki Street Fighter V ini? Rilis versi updatenya, marketing baru, tambahkan semua DLC dari season pertama, ditambah 12 karakter baru dan stage baru. Tentu saja dengan judul baru: Street Fighter V season 2... atau Super Street Fighter V!