Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Penilaian Film: Drop, Kencan Pertama Berubah Menjadi Teror Digital

2589_TP_00073R_CROP (Small).jpg
Dok. Universal
Intinya sih...
  • Kencan Pertama yang Tak BiasaFilm dibuka dengan adegan mengejutkan: sepasang kekasih saling menodongkan senjata. Premis inilah yang ditawarkan Drop, film terbaru dari Christopher Landon.
  • Teror Digital dan Manipulasi TeknologiKetegangan dimulai ketika Violet menerima gambar-gambar aneh dan memes melalui fitur drop, teknologi mirip AirDrop yang memungkinkan file dikirim ke perangkat terdekat.
  • Trauma dan KontrolDrop bukan sekadar thriller penuh teka-teki, tapi juga eksplorasi emosional terhadap trauma dan kontrol dalam relasi manusia. Terungkap bahwa Violet pernah mengalami hubungan yang penuh kekerasan.

GENRE: Thriller

ACTORS: Meghann Fahy, Brandon Sklenar, Violett Beane

DIRECTOR: Christopher Landon

RELEASE DATE: 23 April 2025

RATING: 3/5

Bayangkan kamu sedang menjalani kencan pertama di sebuah restoran mewah, lalu tiba-tiba harus memilih antara menyakiti pasanganmu atau kehilangan keluargamu. Premis inilah yang ditawarkan Drop, film terbaru dari Christopher Landon, sutradara yang dikenal lewat Happy Death Day dan Paranormal Activity. Dengan memadukan paranoia teknologi dan trauma masa lalu, Drop menyajikan thriller penuh ketegangan yang tak disangka punya sisi emosional yang manis.

1. Kencan Pertama yang Tak Biasa

2589_TP_00039_CROP (Small).jpg
Dok. Universal

Film dibuka dengan adegan mengejutkan: sepasang kekasih saling menodongkan senjata. Namun, adegan itu hanyalah prolog untuk kisah utama yang menyusul. Kita kemudian diperkenalkan pada Violet (Meghann Fahy), seorang ibu tunggal yang telah lama kehilangan suaminya. Kini, ia berusaha membuka lembaran baru dalam hidupnya dengan pergi berkencan bersama Henry (Brandon Sklenar), seorang fotografer tampan yang dikenalnya lewat aplikasi kencan.

Bersama kakaknya, Jen (Violett Beane), yang dengan ringan membantu merawat anak Violet, Toby, film ini membangun suasana hangat dan penuh harapan. Lokasi pertemuan mereka adalah restoran mewah bernama Palate, yang dibangun secara khusus untuk film ini. Atmosfer restoran yang elegan, staf yang eksentrik, dan percakapan ringan antara Violet dan para pengunjung lainnya menciptakan suasana nyaman yang menipu, sebelum semuanya berubah menjadi permainan hidup dan mati.

2. Teror Digital dan Manipulasi Teknologi

2589_D019_00177R (Small).jpg
Dok. Universal

Ketegangan dimulai ketika Violet menerima gambar-gambar aneh dan memes melalui fitur drop, teknologi mirip AirDrop yang memungkinkan file dikirim ke perangkat terdekat. Pesan-pesan ini semakin lama berubah menjadi perintah eksplisit yang memaksa Violet mencuri barang milik Henry, hingga pada titik ia harus menyakitinya, jika tidak ingin anak dan saudarinya celaka di rumah.

Menariknya, semua komunikasi ini berlangsung dalam radius 15 meter, yang berarti sang pengancam berada di dalam restoran. Hal ini menciptakan atmosfer paranoia yang intens. Violet mulai mencurigai semua orang, dari staf yang terlalu ramah hingga pengunjung yang tampak biasa. Setiap orang bisa jadi tersangka. Christopher Landon menampilkan pesan-pesan ancaman ini secara visual di lingkungan sekitar Violet, bukan hanya lewat layar ponsel, membuat ketegangan terasa lebih nyata dan mendalam.

Konsep ini tidak hanya menggugah ketakutan akan teknologi, tetapi juga menyinggung soal bagaimana kita kerap kali menyerahkan kendali hidup pada sistem digital yang bisa disalahgunakan, entah oleh algoritma, orang asing, atau bahkan orang dekat yang tahu terlalu banyak.

3. Trauma dan Kontrol

2589_FP_00554R (Small).jpg
Dok. Universal

Drop bukan sekadar thriller penuh teka-teki, tapi juga eksplorasi emosional terhadap trauma dan kontrol dalam relasi manusia. Terungkap bahwa Violet pernah mengalami hubungan yang penuh kekerasan. Situasi yang dialaminya malam itu, dikendalikan, diancam, diintimidasi, membangkitkan kembali luka lama dan ketakutannya.

Namun, di sinilah Drop mengejutkan penonton: alih-alih tenggelam dalam narasi korban, film ini membangun Violet sebagai sosok yang berusaha mengambil kembali kendali. Dia bukan hanya wanita yang ketakutan, tapi seseorang yang berani melawan, meski harus mengambil risiko besar.

Chemistry antara Fahy dan Sklenar juga tak bisa diabaikan. Meski situasi yang mereka hadapi tidak ideal, hubungan mereka terasa tulus. Henry pun bukan pria sempurna, namun ia hadir sebagai karakter yang mendengarkan dan memahami, bahkan ketika Violet tak bisa mengatakan kebenaran secara langsung. Saat keduanya mulai membuka diri, termasuk berbagi trauma pribadi, penonton disuguhi momen-momen yang jujur dan menyentuh di tengah intensitas thriller yang mencekam.

4. Bagian Akhir yang Menegangkan

2589_D026_00434R_CROP (Small).jpg
Dok. Universal

Menuju akhir film, Drop berubah arah ke wilayah aksi yang lebih eksplosif, namun tetap menjaga akar emosionalnya. Kita masih peduli pada keselamatan anak dan saudara Violet, tetapi kini ada yang lebih kuat: harapan akan kebahagiaan. Pertanyaannya bukan lagi hanya soal siapa dalang di balik semua ini, tapi apakah Violet dan Henry bisa punya kesempatan untuk memulai kembali — untuk benar-benar hidup setelah semua luka.

Kemampuan Landon dalam meramu elemen thriller, drama, dan romansa membuat Drop terasa seperti pertunjukan teater modern. Latar tempat yang terbatas, dialog yang tajam, dan permainan emosi yang efektif menciptakan pengalaman sinematik yang memikat dari awal hingga akhir.

Meski premisnya tampak mustahil jika dipikir secara logika, Drop punya keyakinan penuh terhadap kisah yang diceritakannya. Dan mungkin, itulah kunci kesuksesannya — sebuah film yang percaya pada kekuatannya sendiri, dan berhasil membuat penonton ikut percaya.

Drop adalah thriller paranoia yang menyamar sebagai kisah cinta kedua. Dengan elemen misteri yang memikat dan drama emosional yang menggugah, film ini menyentuh dua sisi ekstrem: rasa takut dan harapan. Jika kamu suka film seperti Searching, The Game, atau Nick of Time, maka Drop adalah tontonan yang tak boleh dilewatkan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us