Kenapa Upin dan Ipin Grafis Majapahit Lebih Disukai? Ini Alasannya!

Upin & Ipin adalah serial animasi anak asal Malaysia yang diproduksi oleh Les' Copaque Production. Ini merupakan pelopor kartun bergaya 3D di Negeri Jiran yang diciptakan oleh founder Les' Copaque, yakni H. Burhanuddin Md Radzi dan istrinya, Hj. Ainon Ariff.
Upin & Ipin mulai disiarkan pertama kali pada 14 September 2007. Serial ini awalnya diperkenalkan sebagai acara televisi spesial Ramadan yang secara khusus tayang guna mengajarkan penonton anak-anak atas kewajiban berpuasa bagi umat muslim di bulan suci tersebut.
Upin & Ipin menawarkan alur ringan yang fokusnya ialah keseharian yang dijalani dua bocah kembar bernama Upin dan Ipin bersama keluarga, teman-teman, dan penduduk Kampung Durian Runtuh lainnya.
Animasi ini masih tayang hingga sekarang dan telah menjadi favorit semua kalangan. Meski begitu, tak sedikit penggemar yang mengaku bahwa mereka lebih menyukai Upin & Ipin versi jadul atau yang lebih populer disebut "Upin & Ipin grafis majapahit". Versi jadul yang dimaksud ialah dari musim pertama hingga musim kelima.
Memang, lima musim pertama dari serial ini terasa lebih ikonis. Kira-kira, kenapa Upin & Ipin grafis majapahit lebih disukai oleh penggemar? Inilah beberapa alasannya!
1. Animasinya sederhana dan bikin nostalgia

Upin & Ipin Musim 1 diproduksi dengan segala keterbatasan dari berbagai aspek, terutama waktu dan biaya. Belum lagi, di era itu, teknologi animasi CGI juga masih sangat terbatas dan belum secanggih sekarang.
Les' Copaque Production yang menggarap Upin & Ipin pun usianya masih terbilang sangat muda, mengingat studio animasi ini baru didirikan pada tahun 2005. Jadi, mereka belum punya modal yang cukup dari segi teknik dan sumber daya untuk menciptakan animasi 3D yang lebih hidup alias realistis.
Karena alasan-alasan tersebut, maka terciptalah animasi Upin & Ipin yang minimalis dan sederhana. Pergerakan dan eskpresi karakternya masih begitu kaku, begitu juga dengan penggambaran latar belakang yang minim detail, serta sejumlah aspek lainnya.
Meski begitu, penggemar terbukti lebih menyukai animasi yang apa adanya ini. Pasalnya, Upin & Ipin versi jadul tersebut justru terkesan lebih ikonis. Setiap kali menonton ulang episode-episode lamanya, penonton akan merasa bernostalgia.
2. Jalan ceritanya natural dan tak banyak elemen fantasi

Nah, sebagai dampak dari kualitas animasi yang minimalis, maka pihak produksi harus bekerja keras demi menciptakan alur cerita yang dipastikan mampu menarik minat penonton. Dengan begitu, mereka tetap bisa menggaet popularitas berbekal kualitas dari segi penceritaan, bukan visualnya.
Harus diakui, musim-musim awal Upin & Ipin memang menawarkan jalan cerita yang lebih natural, di mana fokusnya ialah kehidupan sehari-hari para karakter utama. Lalu, apa yang membedakannya dengan musim-musim terbarunya? Bukankah fokusnya masih sama, ya?
Nah, kalau kita ingat-ingat lagi, Upin & Ipin versi jadul masih menghadirkan alur dan topik cerita yang terasa relate dengan kehidupan kita sebagai penonton, khususnya penonton anak-anak yang usianya sepantaran dengan si kembar. Lalu, dialog antarkarakter di masa itu juga terkesan lebih alami, membuat penonton merasa sedang menyaksikan keseharian mereka sendiri.
Di samping itu, Upin & Ipin yang dulu juga tak begitu banyak mengandung unsur fantasi, drama, dan iklan yang berlebihan. Bagi sebagian orang, elemen tersebut malah membuat animasi satu ini jadi kehilangan jati dirinya.
3. Humornya lebih mengena dan tak terkesan dipaksakan

Alasan lain yang membuat Upin & Ipin grafis majapahit lebih disukai orang-orang ialah karena humor yang disampaikan terasa lebih mengena dan tak dipaksakan.
Salah satu alasan mengapa serial Upin & Ipin menjadi favorit banyak penonton adalah karena unsur komedi yang ditawarkan dalam ceritanya. Unsur tersebut umumnya berasal dari tingkah konyol atau celetukan para karakternya.
Sampai saat ini pun, Upin & Ipin masih sarat akan elemen komedinya. Namun, semakin hari, bumbu humor yang dihadirkan terkesan tak natural alias dipaksakan.
Sebagai contoh, karakter Jarjit sejak awal sudah khas dengan perilakunya yang selalu sukses mengundang gelak tawa. Dia pun sering menciptakan pantun yang kreatif sekaligus aneh secara spontan. Sayangnya, tingkahnya yang sekarang cenderung dibuat-buat.
Kasus serupa juga terjadi pada karakter Fizi yang paling khas akan mulutnya yang suka asal ceplos. Dulu, celotehannya itu begitu alami dan masih bisa diterima sebagai lelucon. Namun, sekarang kata-katanya malah terdengar kasar dan membuatnya terlihat seperti anak kurang ajar.
4. Nuansa kampung yang lebih kental

Pada musim-musim awal terciptanya Upin & Ipin, suasana Kampung Durian Runtuh digambarkan dengan begitu khas dan terasa nuansa tradisionalnya. Hal ini didukung dengan penggambaran latar yang sederhana dan klasik.
Jalanan di kampung tersebut masih sepenuhnya tanah. Rumah-rumah penduduk yang diperlihatkan pun dominan merupakan rumah kayu, kecuali rumah Ehsan, Abang Salleh, atau Mei Mei.
Nuansa kehidupan di kampung di Upin & Ipin versi lawas benar-benar mewakili situasi kampung yang autentik. Ditambah lagi, musim-musim tersebut lebih sering menampilkan interaksi antarpenduduk.
Upin, Ipin, dan teman-temannya di musim-musim pertama Upin & Ipin pun terlihat sering memainkan permainan tradisional, seperti gasing, konda-kondi, baling selipar, dan lain sebagainya.
Namun, di versi-versi terbarunya, aspek-aspek utama itu seperti dilupakan. Hal tersebut ditunjukkan dengan jalan kampung yang kini beraspal dan kurang disorotnya interaksi antarwarga setempat. Kita akan melihat para warga berkumpul pada momen besar saja, seperti saat perayaan Hari Raya atau saat ada tamu istimewa di kedai Uncle Muthu.
Sangat disayangkan, mengingat salah satu alasan awal mengapa Les' Copaque menampilkan Kampung Durian Runtuh sebagai latar utamanya ialah karena hendak memperkenalkan kehidupan di kampung yang masih kental.
5. Kepribadian karakter yang konsisten dan sudah melekat

Alasan terakhir yang membuat penonton lebih menyukai versi lawas Upin & Ipin tentunya karena penggambaran karakteristik masing-masing tokoh yang sudah melekat sejak awal.
Misalnya, awal-awal Kak Ros diperkenalkan sebagai karakter yang sangat tegas dan tanpa ampun. Sikapnya tersebut berhasil membuat Upin dan Ipin kapok sehingga tak berani mengulangi kesalahan yang sama atau tindakan lain yang mereka yakini akan membuat kakaknya itu marah.
Namun, Kak Ros yang sekarang justru terkesan lebih lembek. Di sisi lain, perilaku nakal Upin dan Ipin juga makin ke sini terasa semakin menjadi. Mereka yang dulunya dididik dengan keras, kini malah terlihat seperti bocah manja yang terus-terusan mengandalkan orang lain.
Jadi, itulah kemungkinan alasan kenapa Upin & Ipin grafis majapahit lebih disukai sebagian penggemar. Namun, bukan berarti para penonton menolak perkembangan, lho! Hanya saja, rasanya sangat disayangkan jika pihak Les' Copaque justru terkesan menggebu-gebu dan malah melupakan identitas asli dari karya mereka sendiri.
Kalau kamu, lebih suka Upin & Ipin versi kapan, nih?
Untuk informasi yang lebih lengkap soal anime-manga, film, game, dan gadget, yuk gabung komunitas Warga Duniaku lewat link berikut:
Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku
Tele: https://t.me/WargaDuniaku



















