6 Kemiripan Fast and Furious dengan One Piece! Nakama = Family?

- Nakama dan Family, kata yang melampaui makna aslinya
- Karakternya sama-sama susah mati, terutama bagian dari nakama/family utama
- Musuh menjadi sekutu? Lebih mungkin dari yang kamu kira!
Mungkin kamu langsung bertanya-tanya setelah membaca judul artikel ini:
“Fast and Furious? Apa hubungannya sama One Piece? Miripnya dari mana?”
Tapi, kalau kamu beri waktu sedikit untuk mikir, sebenarnya ada cukup banyak kemiripan menarik antara kedua franchise yang tampak beda dunia ini.
Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!
1. Nakama dan Family, kata yang melampaui makna aslinya

Di dunia One Piece dan Fast & Furious, ada satu kesamaan yang mencolok meski mereka berasal dari dua semesta yang sangat berbeda: keberadaan satu kata magis yang terus diulang hingga melampaui makna aslinya. Dalam One Piece, kata itu adalah “nakama”, sebuah istilah Jepang yang secara harfiah berarti teman atau rekan seperjalanan, tapi dalam tangan Eiichiro Oda berubah menjadi simbol ikatan jiwa yang melampaui darah.
Bagi Luffy, nakama bukan sekadar kru. Mereka adalah orang-orang yang pantas untuk dipercaya, diperjuangkan, dan bahkan dikorbankan nyawa demi mereka. Setiap kali kata "nakama" muncul, ia tak hanya mempertegas loyalitas, tapi juga memicu titik balik emosional dalam cerita, entah itu saat Robin akhirnya berteriak bahwa ia ingin hidup, atau ketika Sanji kembali diterima meski sempat mengkhianati mereka demi keluarganya sendiri.
Sementara itu, di Fast & Furious, kata yang memainkan peran serupa adalah “family.” Diucapkan berkali-kali oleh Dominic Toretto dengan nada rendah dan penuh keyakinan, family bukan cuma berarti orang yang terikat secara biologis. Di tangan Dom, family adalah siapa saja yang sudah membuktikan diri di jalanan, di meja makan, atau di balik kemudi. Kata itu jadi alasan mengapa karakter seperti Brian, Roman, Hobbs, hingga Letty yang sempat hilang ingatan bisa tetap dipeluk kembali dalam lingkaran.
Dan seperti halnya “nakama”, setiap kali Dom menyebut "family", kalimat itu jadi mantra penggerak: untuk membalas dendam, menyelamatkan yang terancam, atau menolak menyerah ketika dunia berusaha memisahkan mereka.
Di dua seri ini, satu kata sederhana menjelma jadi pilar utama narasi. Dan kedua kata memang maknanya jadi lebih luas dari makna asalnya.
2. Karakternya sama-sama susah mati, terutama bagian dari nakama/family utama

Baik di One Piece maupun Fast & Furious, satu hal yang cepat disadari penggemar lama adalah: karakter utama itu susah banget mati. Terutama kalau mereka sudah dianggap bagian dari nakama atau family.
Di One Piece, sebrutal apapun luka yang diderita karakter, pembaca sudah hafal untuk tidak langsung percaya mereka benar-benar mati, setidaknya sampai ada konfirmasi tegas dari Oda. Dunia One Piece memang keras, tapi karakter-karakternya punya daya tahan yang seperti cheat code. Kematian palsu sudah sering terjadi, dan momen Pell di Arabasta mungkin jadi salah satu contoh paling awal yang membekas: dia meledak bersama bom raksasa... lalu ternyata masih hidup.
Anehnya, Fast & Furious yang setting-nya jauh lebih “realistis” justru menunjukkan gejala serupa. Letty mati? Han mati? Gisele tewas?
Halah. Semua balik lagi.
Entah lewat plot twist, rekaman palsu, amnesia, atau alasan yang bahkan sutradaranya pun enggan menjelaskan secara detail.
Yang penting, selama mereka bagian dari family, maka peluang untuk bangkit dari kematian selalu terbuka. Di semesta Fast & Furious, kematian itu cuma jeda dramatis, bukan akhir cerita. Satu-satunya cara agar penonton yakin seseorang benar-benar mati adalah jika ada konflik di balik layar, atau sang aktor memang tak kembali ke waralaba.
3. Musuh menjadi sekutu? Lebih mungkin dari yang kamu kira!

Kalau bicara soal musuh yang kemudian menjadi sekutu, One Piece dan Fast & Furious ternyata punya kecenderungan serupa, dan kadang cukup mengejutkan.
Luffy memang bukan tipe pahlawan yang suka memberi “Ceramah no Jutsu” seperti Naruto. Kalau kamu menyakiti teman atau nakama-nya, reaksi pertamanya biasanya satu: hajar dulu, tanya belakangan. Tapi menariknya, dalam perjalanan waktu, banyak musuh lama justru akhirnya bertarung di sisi Luffy. Entah karena munculnya ancaman bersama, atau karena mereka mulai menghormati tekad dan keberanian Luffy.
Lihat saja di Marineford: Crocodile, Mr. 3, bahkan Buggy yang dulunya musuh konyol, semuanya berdiri di pihak yang sama. Situasi ekstrem kadang membuat musuh berubah fungsi... bahkan jadi sekutu semi-permanen.
Di Fast & Furious, transformasi semacam itu bahkan lebih sering terjadi. Dari Luke Hobbs yang awalnya memburu Dom, Owen dan Deckard Shaw yang sempat jadi ancaman tapi kemudian malah sempat membantu, sampai Jakob Toretto, saudara Dom yang tadinya jadi villain... semuanya akhirnya diterima sebagai bagian dari keluarga.
4. Makan bareng

Eiichiro Oda punya satu kebiasaan yang konsisten: mengakhiri arc besar dengan pesta makan-makan. Setelah konflik usai, darah berhenti tertumpah, dan musuh utama tumbang, saatnya duduk bersama dan menikmati makanan dalam suasana penuh tawa. Semakin besar skala konfliknya, semakin besar pula jumlah orang yang ikut dalam perjamuan.
Lihat saja di Wano. Setelah Kaido dikalahkan, yang berpesta bukan cuma Bajak Laut Topi Jerami, tapi juga para samurai dan juga rakyat Wano yang akhirnya bebas, dan bahkan beberapa sekutu yang sebelumnya punya sejarah kelam. Makan menjadi simbol kemenangan, rekonsiliasi, dan rasa syukur. Sebuah jeda damai sebelum petualangan dimulai lagi.
Lucunya?
Format serupa juga menjadi ciri khas Fast & Furious. Setelah kejar-kejaran absurd, mobil melayang, dan dunia hampir kiamat, Dom Toretto dan family-nya selalu kembali ke momen yang lebih tenang: makan bareng di halaman rumah. Menunya sederhana, biasanya BBQ dan bir, dinikmati dengan tawa dan canda ringan, tapi maknanya dalam: momen kebersamaan yang menyatukan semua karakter, lama dan baru, musuh maupun sahabat.
Di kedua semesta ini, pertempuran diselesaikan dengan pukulan... tapi persaudaraan dirayakan lewat piring dan gelas.
5. Karakternya sama-sama tergolong "outlaw"

Baik Dom Toretto maupun Bajak Laut Topi Jerami sama-sama berstatus sebagai outlaw, pelanggar hukum yang hidup di luar aturan yang berlaku.
Perbedaannya, Topi Jerami konsisten menjadi buronan Pemerintah Dunia, bahkan semakin hari status mereka makin parah karena mereka mulai berhadapan langsung dengan kekuatan tertinggi seperti Gorosei dan Imu. Mereka memang sengaja menentang sistem dan hukum yang ada demi kebebasan dan impian mereka.
Sementara itu, Dom dan family-nya meski sering berhadapan dengan hukum, belakangan mulai bekerja secara rahasia untuk The Agency, organisasi misterius yang dipimpin Mr. Nobody. Namun, bukan berarti mereka bebas dari pengejaran. Di Fast X misalnya, Dom dan kawan-kawan masih dikejar karena jebakan dan tipu daya Dante.
Di dua dunia ini, menjadi “outlaw” bukan berarti jahat, tapi lebih ke pilihan hidup, bergerak di luar sistem demi sesuatu yang lebih besar: keluarga, kebebasan, dan rasa keadilan versi mereka sendiri
6. Aksi yang absurd dimana logika seperti tak masuk lagi

Sejak awal, One Piece sudah menyajikan banyak sekali aksi absurd. Bahkan di awal-awal cerita saat pengguna Buah Iblis yang diperkenalkan baru Luffy dan Buggy, pertarungan-pertarungannya tetap tersaji intens dan menjurus fantastis. Bahkan sudah ada momen seperti seorang manusia yang bahkan tidak memakan Buah Iblis bisa memotong armada sendirian. (Mihawk).
Untuk Fast and Furious pun begitu. Yah awalnya aksinya masih relatif realistis... namun geng Dom makin lama makin naik kelas. Dari maling player DVD kemudian jadi sekumpulan manusia dengan kemampuan baku hantam serta mengemudi super, dilengkapi mobil mentereng.
Dalam kedua seri ini, logika seringkali diabaikan demi menghadirkan adegan spektakuler yang memacu adrenalin dan bikin penonton terpukau. Kalau logika jadi penghalang, baik Luffy maupun Dom pasti memilih jalan yang lebih dramatis: aksi gila yang bikin kita nggak bisa berkedip.
Nah itu lima kemiripan Fast and Furious dengan One Piece.
Jadi apakah Fast and Furious selama ini sebenarnya diam-diam adalah anime live-action?
Yah... faktor aksi tidak masuk akal dan penekanan pada family memang sudah membuatnya terasa begitu sejak lama sih.
Kalau menurutmu gimana? Sampaikan di kolom komentar!


















