Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

5 Perbedaan Takopi dan Doraemon: Misi Membahagiakan Anak yang Tragis

takopi dan doraemon.jpg
(Dok. Studio Enishiya/Takopi no Genzai)
Intinya sih...
  • Tone komedi vs tone sinis: Doraemon ceria, Takopi brutal dan pahit.
  • Perbandingan Doraemon dan Takopi: Takopi gagal memahami luka manusia.
  • Anak-anak sebagai korban dunia dewasa: Doraemon ringan, Takopi penuh kekerasan emosional.

Ketika Takopi's Original Sin mulai terbit di Manga Plus Indonesia pada 24 Februari 2022, banyak pembaca dibuat terkejut. Sekilas premisnya mengingatkan pada Doraemon: sosok imut datang membawa alat-alat ajaib untuk menolong anak manusia. Tapi eksekusinya justru brutal, pahit, dan dipenuhi rasa putus asa. Dunia yang disinggahi Takopi bukanlah dunia ceria, melainkan realitas yang kejam, di mana niat baik justru bisa memperparah luka.

Yang membuatnya semakin menyayat adalah bahwa semua tragedi ini dialami oleh anak-anak, dengan sorotan yang jujur dan menyakitkan. Tak ada penyangga komedi, tak ada harapan instan. Hanya kepedihan yang terasa nyata.

Kini, Takopi’s Original Sin juga telah hadir dalam bentuk anime, dan horor dari kisahnya menjangkau lebih banyak penonton.

Apa saja yang membedakan Takopi dari Doraemon, padahal keduanya berangkat dari premis serupa? Berikut 5 perbedaan mencolok yang menyorot betapa brutalnya dunia Takopi.

1. Tone komedi vs tone sinis

Doraemon: Nobita's Art World Tales (dok. Toho Animation)

Jika dilihat dari kacamata realistis, kehidupan Nobita sebenarnya tidaklah cerah. Ia adalah anak yang mengalami kesulitan akademis, sering menjadi korban perundungan, dan kerap kali diabaikan atau disalahpahami oleh orang tuanya. Namun dalam Doraemon, semua ini disaring melalui lensa komedi.

Kemalangan Nobita justru menjadi landasan untuk lelucon dan pelajaran ringan. Setiap alat ajaib yang diberikan Doraemon bisa memunculkan harapan atau kekacauan, tapi semuanya dibungkus dalam narasi yang ringan dan hangat. Ketika Nobita gagal, kita tertawa bersamanya, bukan menangis untuknya.

Sebaliknya, Takopi’s Original Sin memilih pendekatan yang sinis dan kejam terhadap kenyataan. Takopi (nama asli Nnu-Anu-Kf), alien mungil dari Happy Planet, seolah berasal dari dunia genre yang berbeda. Ia datang dengan niat murni dan alat-alat ajaib yang tampak lucu, tapi tidak mampu memahami kerumitan emosi dan luka manusia.

Alih-alih menyelesaikan masalah, alat-alat Takopi justru memperburuk keadaan, kadang dengan konsekuensi yang ekstrem, bahkan fatal. Di dunia yang tak mengenal pengampunan, niat baik yang polos pun bisa menjadi senjata yang menghancurkan.

2. Perbandingan Doraemon dan Takopi

takopi no genzai.jpg
(Dok. Studio Enishiya/Takopi no Genzai)

Doraemon bukanlah robot yang sempurna. Dalam beberapa kisah, bahkan Dorami, adik perempuannya, mampu menggantikannya dan memberikan bantuan yang jauh lebih efektif kepada Nobita. Dorami tidak hanya mengeluarkan alat, tapi juga lebih cermat dalam menganalisis situasi dan membimbing Nobita melewati rintangannya.

Namun pada akhirnya, Doraemon tetap menjadi sosok yang hangat, penuh empati, dan kadang bijaksana. Ia mungkin tidak selalu tepat sasaran, tapi kehadirannya membawa rasa aman. Nobita tidak hanya melihatnya sebagai pembantu, tetapi sebagai sahabat sejati, seseorang yang selalu siap menolong, meski tak sempurna.

Di dunia yang lebih ideal, Takopi mungkin bisa membentuk hubungan semacam itu dengan Shizuka, bukan sebagai penyelamat, tapi sebagai teman yang memahami. Tapi dunia Takopi’s Original Sin bukanlah dunia yang memberi ruang untuk kehangatan semacam itu.

Sifat naif Takopi, yang tidak memahami kedalaman luka manusia, justru membuatnya sering gagal memahami apa yang benar-benar dibutuhkan Shizuka. Alih-alih memberi solusi, ia terjebak dalam lingkaran niat baik yang keliru.

3. Anak-anak sebagai korban dunia dewasa

Doraemon: Nobita's Art World Tales (dok. Toho Animation)

Doraemon memperlihatkan dunia anak-anak dengan cara yang masih bisa ditertawakan, sekalipun ada kemalangan, semuanya dibalut dengan nada ringan dan penuh harapan. Tapi Takopi’s Original Sin justru menelanjangi kenyataan pahit: bahwa anak-anak bisa menjadi korban dari lingkungan yang rusak dan kekerasan emosional, bahkan sejak usia yang sangat dini.

Dalam Doraemon, jika ada indikasi anak tumbuh dalam keluarga yang disfungsional (seperti ibunya Gian dan Nobita yang keras dan sering memarahi anaknya) hal itu biasanya disamarkan lewat komedi. Ada semacam justifikasi naratif bahwa si anak memang "perlu diberi pelajaran", dan semuanya tetap terasa aman dalam konteks dunia fiksi yang bersahabat.

Sebaliknya, Takopi tidak memberi ruang untuk penghiburan semacam itu. Baik Shizuka maupun Marina terperangkap dalam realitas yang pahit, mereka menderita akibat keputusan, dosa, dan kegagalan orang dewasa yang seharusnya melindungi mereka. Mereka menanggung akibat yang di luar kendali mereka.

Inilah yang membuat dunia Takopi’s Original Sin terasa begitu menyakitkan. Kita disajikan pada anak-anak yang mencoba bertahan dalam rusaknya kehidupan karena orang dewasa, dunia yang terlalu berat untuk mereka pikul, tapi juga terlalu nyata untuk mereka hindari.

4. Gagdet ajaib = alat plot yang tragis

kamera takopi.jpg
(Dok. Studio Enishiya/Takopi no Genzai)

Layaknya kantong ajaib Doraemon, Takopi juga datang membawa berbagai alat dari dunia asalnya, benda-benda unik yang tampaknya bisa mempermudah hidup manusia. Sekilas, ini terasa familiar. Bahkan seperti Doraemon, alat-alat tersebut bisa disalahgunakan oleh orang yang menggunakannya.

Namun di sinilah perbedaan utamanya muncul dengan sangat mencolok:

  • Dalam Doraemon, ketika Nobita menyalahgunakan alat karena tergoda kekuatan atau kemudahan instan, konsekuensinya biasanya ringan dan jenaka. Ia akan dipermalukan, dihukum oleh alatnya sendiri, atau malah kena batunya dalam cara yang lucu. Korbannya pun sering kali adalah para bully, atau bahkan Nobita sendiri, tidak pernah sampai ke titik yang benar-benar menghancurkan.

  • Di Takopi, penyalahgunaan alat bisa berarti bencana. Gadget-gadget Takopi tidak sekadar gagal menyelesaikan masalah, mereka kadang malah bisa memicu tragedi fatal seperti kematian anak. Bukan karena alatnya jahat, tapi karena dunia tempat alat itu digunakan tidak memberi ruang bagi solusi sederhana.

Inilah yang menjadikan alat-alat Takopi sebagai simbol tragis: bukannya membawa keajaiban, mereka justru menegaskan bahwa tidak ada jalan pintas untuk menyembuhkan luka yang dalam.

5. Logika Takopi dan Doraemon

Doraemon: Nobita's Art World Tales (dok. Toho Animation)

Di Doraemon, meski Nobita dan Doraemon sering blunder, Doraemon secara naluriah tahu batasan antara benar dan salah, niat baiknya diarahkan dengan pengetahuan moral yang cukup jelas. Kesalahan yang terjadi lebih karena ketidaktahuan atau kesemberonoan Nobita, bukan karena niat buruk atau kebingungan moral dari Doraemon.

Sedangkan Takopi, sebagai makhluk naif, berjuang memahami konsep baik dan salah yang rumit di dunia manusia.

Dalam konflik Shizuka versus Marina, Takopi pun harus menghadapi betapa rumitnya manusia...

Nah itu lima perbedaan menarik Takopi dengan Doraemon.

Intinya? Takopi menyajikan konsep Doraemon... tapi dengan cara yang lebih sinis dan kelam.

Menurutmu gimana? Sampaikan di kolom komentar!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us