5 Keunggulan Solo Leveling: Ragnarok dari Boruto!

- Para karakter baru bisa bersinar tanpa mengerdilkan karakter lama Solo Leveling: Ragnarok memberikan penghormatan kepada karakter-karakter dari seri aslinya sambil fokus pada perkembangan karakter baru.
- Sikap Suho lebih baik dari Borotu yang awalnya menyebalkan, dengan memiliki sikap dewasa dan bertanggung jawab.
- Perkembangan karakter sampingan terasa natural dengan latar belakang, motivasi, dan kontribusi yang jelas terhadap perkembangan cerita dan karakter utama.
Pada awalnya, Solo Leveling: Ragnarok sempat diragukan karena banyak yang skeptis seri lanjutan yang menyoroti anak tokoh protagonis utama bisa mempertahankan kualitasnya. Namun cerita Sung Suho ini justru membuktikan bahwa ia bisa melampaui seri utamanya sendiri bahkan dengan seri lain yang sejenis seperti Boruto yang merupakan lanjutan kisah Naruto.
Nah, kira-kira poin apa saja yang jadi keunggulan Solo Leveling: Ragnarok daripada Boruto?
1. Para karakter baru bisa bersinar tanpa mengerdilkan karakter lama

Solo Leveling: Ragnarok terkesan masih memberikan penghormatan kepada karakter-karakter dari seri aslinya sambil tetap fokus pada perkembangan karakter baru.
Keberadaan dan peran Sung Jin-Woo, meskipun tidak menjadi fokus utama, tetap terasa signifikan di mana ia digambarkan sebagai sosok dewa penjaga bumi yang harus bertarung melawan para Outer Gods seorang diri. Para hunter generasi sebelumnya juga ditampilkan sebagai veteran yang bijak dan pintar dalam mengambil keputusan. Bahkan level kekuatan Cha Hae-In dalam versi novelnya digambarkan sudah mencapai ranah Hunter tingkat nasional akibat pengaruh Suho saat masih dalam kandungan.
Boruto justru sering dikritik karena penggambaran karakter-karakter lama seperti Naruto dan Sasuke yang terasa "dilemahkan" demi menyoroti generasi baru. Bayangkan saja, ada banyak adegan yang seolah dipaksakan seperti Sasuke yang lengah hingga matanya tertusuk oleh Boruto yang dikontrol Momoshiki sampai Naruto yang harus kehilangan Kurama demi melawan Ishiki yang padahal sedang melemah.
2. Sikap Suho lebih baik dari Borotu yang awalnya menyebalkan

Sebagai sesama anak dari tokoh protagonis utama, kebanyakan orang lebih menyukai Sung Suho ketimbang Boruto di awal cerita.
Hal itu diperlihatkan dari perbedaan sikap yang ditampilkan keduanya. Sung Suho digambarkan memiliki sikap yang lebih dewasa dan bertanggung jawab. Seiring berjalannya waktu, ia menyadari warisan kekuatan ayahnya dan alasan kenapa dia ditinggalkan sendirian oleh kedua orang tuanya. Ia juga memiliki rasa keadilan yang kuat dan keinginan untuk melindungi orang-orang di sekitarnya. Ia juga memiliki hasrat yang besar untuk menjadi lebih kuat. Ini bukan hanya untuk melindungi diri sendiri, tetapi juga untuk memahami dan mungkin melampaui kekuatan ayahnya.
Sedangkan Boruto tampak terlalu memandang tinggi dirinya sendiri. Gara-gara itu, ia selalu mengupayakan apapun seorang diri tanpa mengandalkan bantuan orang lain. Tak heran jika ia nekat menghalalkan segara cara termasuk berbuat curang seperti saat main game atau dalam pertandingan antar shinobi. Meski untungnya, sifat-sifat tersebut mulai menghilang dari Boruto seiring berjalannya cerita.
3. Perkembangan karakter sampingan terasa natural

Karakter sampingan dari seri Solo Leveling: Ragnarok bisa dibilang punya penggambaran yang lebih baik daripada Boruto.
Potensi penggambaran karakter sampingan yang lebih solid dan berdampak dibandingkan dengan Boruto di awal kemunculannya. Meskipun jumlah karakter sampingan di Ragnarok belum sebanyak Boruto yang telah berjalan lebih lama, kualitas dan relevansi peran mereka dalam narasi utama terasa lebih menonjol. Alih-alih sekadar menjadi pelengkap atau figuran, karakter-karakter pendukung di sekitar Sung Suho mulai dibangun dengan latar belakang, motivasi, dan kontribusi yang lebih jelas terhadap perkembangan cerita dan karakter utama.
Misalnya, interaksi Suho dengan pamannya, Jinho, atau para hunter lain yang ia temui dalam dungeon, memberikan dimensi emosional dan praktis yang lebih signifikan. Pertempurannya dengan Lee Minsung juga membawa dampang signifikan pada motivasi Suho yang selama ini terkubur.
Sementara di awal Boruto, beberapa karakter sampingan terasa kurang mendapatkan sorotan yang memadai atau perannya belum terasa krusial dalam alur utama, karakter-karakter di Ragnarok sejauh ini menunjukkan potensi untuk menjadi elemen yang lebih terintegrasi dan berkontribusi lebih besar pada keseluruhan narasi
4. Penyajian skala kekuatan musuh yang masih masuk akal

Salah satu kritik yang sering dilayangkan terhadap serial Boruto adalah tergesa-gesanya memperkenalkan ancaman utama di awal cerita, yang berpotensi merusak pembangunan narasi dan keseimbangan kekuatan. Debut Momoshiki dan Kinshiki yang terjadi relatif dini dalam alur Boruto menjadi contoh nyata. Kemunculan entitas sekuat mereka di hadapan para protagonis yang masih dalam tahap perkembangan menimbulkan permasalahan dalam jenjang kekuatan musuh.
Logika cerita menjadi terkesan dipaksakan karena formula musuh yang secara konstan lebih kuat dari pendahulunya terasa tidak organik dan kurang memiliki dasar yang kuat setelah kemunculan kekuatan tingkat dewa seperti Otsutsuki di awal cerita. Hal ini berisiko mengurangi ketegangan dan rasa pencapaian seiring berjalannya cerita, karena skala ancaman tertinggi sudah diperkenalkan terlalu awal, menyulitkan penulis untuk menghadirkan musuh yang terasa lebih mengancam di kemudian hari.
Sebaliknya, Solo Leveling: Ragnarok menunjukkan pendekatan yang lebih terukur dan bijaksana dalam memperkenalkan antagonis utamanya.
Meskipun konsep entitas kuat seperti Itarim telah disinggung, para musuh yang dihadapi Sung Suho di awal perjalanannya disajikan dengan tingkat kekuatan yang proporsional dan masuk akal. Penyesuaian ini mempertahankan tensi ketegangan cerita secara bertahap, memungkinkan pembaca untuk menyaksikan perkembangan kekuatan Suho seiring dengan meningkatnya level ancaman.
Keseimbangan logika cerita pun terjaga karena peningkatan kekuatan musuh terasa organik dan sejalan dengan perkembangan narasi. Pendekatan ini memberikan ruang bagi penulis untuk membangun ancaman yang lebih kompleks dan berlapis di masa depan, tanpa terbebani oleh kemunculan musuh dengan kekuatan absolut di awal cerita.
5. Potensi narasi yang lebih segar

Dengan karakter utama yang memiliki kepribadian dan tantangan yang berbeda dari ayahnya, Solo Leveling: Ragnarok memiliki potensi untuk menghadirkan narasi yang lebih segar dan tidak hanya mengulang formula seri sebelumnya. Boruto di awal kemunculannya seringkali terasa seperti mengulang beberapa tema dari Naruto dengan dinamika karakter yang berbeda.
Meski sekarang mengangkat Otsutsuki sebagai tema musuh utamanya, Boruto memakai beberapa elemen lama Noruto seperti pertikaian para shinobi dengan kelompok penjahat sampai eksperimen yang melibatkan beberapa tokoh kunci.
Sedangkan Solo Leveling: Ragnarok dengan fondasi dunia yang telah mapan namun memberikan ruang eksplorasi yang luas di luar Bumi, memiliki peluang untuk menyajikan konflik dan tantangan yang benar-benar baru. Alih-alih berkutat pada dinamika kekuatan politik atau perseteruan antar faksi di dunia hunter yang sudah dikenal, Ragnarok berpotensi mengangkat ancaman kosmik yang belum pernah disentuh di seri sebelumnya.
Tak heran jika seri Solo Leveling: Ragnarok lebih banyak menuai pujian bahkan saat baru mengakhiri season pertamanya daripada Boruto.
Itulah lima keunggulan Solo Leveling: Ragnarok daripada Boruto.
Bagaimana pendapat kalian?
Untuk informasi yang lebih lengkap soal anime-manga, film, game, dan gadget, yuk gabung komunitas Warga Duniaku lewat link berikut:
Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku
Tele: https://t.me/WargaDuniaku