6 Fakta Kazuo Umezu, Mangaka Horror yang Menginspirasi Junji Ito!
Dia mendapat julukan sebagai "god of horror manga"
Penggemar manga horror tentunya tak akan asing dengan nama Kazuo Umezu atau yang akrab disapa "Umezz" satu ini. Tokoh kelahiran 3 September 1936 asal Prefektur Wakayama ini adalah seorang seniman manga horor paling terkenal yang pernah ada.
Kazuo Umezu tak hanya terkenal, tetapi juga turut menjadi sosok penting yang telah mendobrak laju perkembangan manga horor di jepang, bahkan menginspirasi sejumlah tokoh kenamaan yang namanya dikenal luas di seluruh dunia. Tak heran jika ia juga mendapat julukan sebagai "god of horror manga".
Merasa asing dengan nama mangaka yang satu ini? Yuk, simak beberapa fakta Kazuo Umezu berikut!
1. Terinspirasi untuk menggambar manga setelah membaca Shin Takarajima
Kazuo Umezu telah dikenalkan dengan dunia seni gambar sejak belia. Pada usia 7 tahun, sang ibu aktif memotivasinya agar mulai menggambar. Di sisi lain, setiap sebelum Umezu akan tidur, ayahnya akan menceritakan dongeng tentang legenda hantu lokal dan perempuan ular.
Pada akhirnya, saat duduk di kelas 5, Umezu membaca manga anak bertajuk Shin Takarajima (1947) yang merupakan hasil kolaborasi mangaka Osamu Tezuka bersama Sakai Shichima, lalu mulai terinspirasi untuk menggambar manga.
Shin Takarajima sendiri diadaptasi dari Treasure Island karya Robert Louis Stevenson. Namun, dalam Shin Takarajima, karakter-karakternya ditampilkan dalam wujud hewan.
2. Manga pertama yang dia terbitkan adalah Mori no Kyoudai
Pada akhirnya, Kazuo Umezu menerbitkan manga pertamanya pada tahun 1955. Manga berjudul Mori no Kyoudai tersebut dibuat berdasarkan sebuah dongeng Jerman tahun 1812, yakni Hansel and Gretel atau yang dikenal pula dengan judul Little Step Brother and Little Step Sister.
Populer pula dengan judul The Siblings in the Forest, Mori no Kyoudai menceritakan kembali kisah kakak dan adik Hansel dan Gretel dengan penyesuaian style manga yang memang tengah hype pada masa itu.
Selanjutnya, Umezu akan beralih ke gaya gekiga, yakni style manga Jepang yang jauh lebih sinematik disertai tema yang sifatnya lebih dewasa alias realistis. Ini sangat berbeda dengan karya-karya khas Osamu Tezuka yang pertama kali memotivasi Umezu.
Dari sanalah kecenderungan seorang Kazuo Umezu sebagai mangaka mulai terbentuk, di mana ia berspesialisasi dalam menyisipkan unsur-unsur seputar paranormal dalam karyanya.
3. Manga Reptilia karyanya telah mendobrak aturan perindustrian manga shoujo
Di saat yang sama ketika Umezu pindah ke Osaka dan mulai tenggelam pada style gekiga dan karya horornya, Umezu juga mulai mengerjakan manga shoujo, yaitu manga yang target pasarnya ialah perempuan dewasa.
Kemudian, karena kemunduran industri kashi-hon, yaitu manga atau majalah yang disewakan, Umezu pun memutuskan pindah ke Tokyo pada tahun 1063. Tak hanya itu, dia juga berhasil melakukan gebrakan besar kala itu.
Umezu mengembangkan style manganya yang lebih khas, yakni dengan melanggar aturan konvensional yang diterapkan pada manga shoujo. Tepatnya, Umezu mulai memadukan estetika manga shoujo dengan visual horor yang cenderung aneh dan pastinya menyeramkan.
Salah satu karya hitnya yang mencerminkan gaya tersebut ialah Reptilia, manga trilogi yang terbit di majalah Shūkan Shōjo Friend pada tahun 1960-an dan bercerita tentang perempuan yang dapat berubah menjadi makhluk menyerupai ular. Ini tentunya terinspirasi dari dongeng yang biasa dibacakan sang ayah saat Umezu masih kecil.
Baca Juga: 11 Manga Terseram, Kisah Horor yang Bikin Gak Bisa Tidur!
4. Peraih penghargaan Shogakukan Manga Award ke-20
Manga horror, sci-fi, dan supernatural karya Kazuo Umezu yang berjudul The Drifting Classroom berhasil membawanya meraih penghargaan pada ajang 20th Shogakukan Manga Award pada tahun 1974. Ini sekaligus menjadi awal yang menjanjikan sejak beralihnya Umezu dari penerbit Kodansha ke Shogakukan.
Terbit mulai tahun 1972 hingga 1974, The Drifting Classroom menyoroti sebuah sekolah dasar yang diteleportasi ke dunia yang menyeramkan dengan banyaknya makhluk berbahaya setelah terjadinya gempa bumi dahsyat.
Kesuksesan The Drifting Classroom mengantarkannya pada sebuah adaptasi film live action oleh Studio Bandai Entertainment pada tahun 1987 di bawah arahan sutradara Nobuhiko Obayashi.
Kemudian, pada tahun 2002, Fuji TV mengadaptasi manga tersebut menjadi drama televisi dengan judul The Long Love Letter.
5. Menginspirasi mangaka horor kenamaan, Junji Ito
Kazuo Umezu berhasil menjadi manga artist yang menginspirasi banyak mangaka horor kenamaan yang namanya begitu populer, salah satunya Junji Ito. Bahkan, Umezu nyatanya hampir berkolaborasi dengan sosok yang kini diakui sebagai maestro manga horor tersebut.
Selain Junji Ito, Umezu juga telah menjadi tokoh yang memotivasi dan membawa pengaruh besar bagi perkembangan karier Toru Yamazaki dan Minetarou Mochizuki. Mochizuki sendiri ternyata telah menjadi pembaca setia karya-karya Umezu sejak usianya masih belia, lho!
6. Pensiun dari dunia manga dan membuat film
Sampai akhirnya, pada tahun 1995, Umezu memutuskan untuk pensiun dari dunia penerbitan reguler setelah menyelesaikan Fourteen. Alasannya adalah karena penyakit tendinitis yang dideritanya.
Manga Fourteen sendiri dikhususkan sebagai sekuel dari The Drifting Classroom. Itu merupakan manga seinen bergenre sci-fi yang terbit mulai tahun 1990 sampai 1995 dengan total 20 volume.
Namun, pada tahun 2014, Umezu kembali aktif berkarya, tetapi bukan lewat manga, melainkan sebuah film otobiografi bertajuk Mother. Kazuo Umezu sendiri saat itu berperan langsung sebagai sutradara sekaligus menulis naskahnya.
Film yang menceritakan kisah hidup Umezu tersebut menggandeng aktor bernama Kataoka Ainosuke VI yang memerankan karakter Umezu.
Nah, itulah sejumlah fakta Kazuo Umezu, mangaka horor ternama yang telah menginspirasi Junji Ito. Pernah baca karyanya, gak?
Untuk informasi yang lebih lengkap soal anime-manga, film, game, dan gadget, yuk gabung komunitas Warga Duniaku lewat link berikut:
Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku
Tele: https://t.me/WargaDuniaku