Review Jailangkung 2: Kacau, Konyol, dan Membodohi
Jailangkung 2 ini dipenuhi oleh cerita yang kacau, tidak masuk akal, konyol, dan celakanya, membodohi penonton. Silakan tinggalkan otak dulu di satpam sebelum masuk bioskop.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jailangkung 2 ini parah. Ini bukan soal horornya efektif atau tidak; pembahasan itu terlalu tinggi untuk film ini, melainkan soal filmnya yang bahkan tidak layak sama sekali disajikan untuk penonton yang membayar. Simak mengapa dalam review Jailangkung 2 berikut ini.
Rumah produksi Screenplay Films tampaknya tidak peduli dengan perkembangan film tanah air, khususnya horor. Horor selalu jadi genre yang paling disukai para penonton Indonesia, dan beberapa rumah produksi selalu berlomba-lomba memanfaatkannya demi mendongkrak penjualan tiket entah bagaimanapun caranya.
Selain bermain di genre, Jailangkung 2 masih membawa bintang dari film sebelumnya, Jailangkung (2017). Aktor dan aktris muda populer Jefri Nichol dan Amanda Rawles kembali berpetualang di dunia mistis rekaan duo sutradara Rizal Mantovani dan Jose Purnomo. Aktor muda tampan Naufal Samudra kemudian bergabung mengikuti Jefri dan Amanda.
Kombinasi genre dan pengaruh dua bintang muda tersebut ternyata berpengaruh pada jumlah penonton. Terhitung 25 Juni, Jailangkung 2 berhasil mencapai angka lebih dari satu juta penonton sejak dirilis 15 Juni lalu.
Mengapa Screenplay Films tampak tidak peduli dengan perkembangan film tanah air? Sebelum baca review Jailangkung 2 selanjutnya, coba tengok sinopsisnya berikut ini.
Sinopsis
Jailangkung 2 secara linier mengikuti kisah film pertamanya. Dalam Jailangkung (2017), kita mengikuti tiga kakak beradik Angel (Hannah Al Rashid), Bella (Amanda Rawles), dan Tasya (Gabriella Quinlyn) membongkar misteri ayah mereka (diperankan Lukman Sardi) yang koma secara misterius.
Untuk memecahkan misteri tersebut, Bella meminta bantuan temannya, Rama (Jefri Nichol), seorang mahasiswa antropologi yang menggeluti hal-hal berbau mistis.
Jailangkung 2 dimulai dengan menceritakan kisah tenggelamnya kapal Ourang Medan. Tahun 1947 di suatu tempat di pulau Sumatra, kapal Belanda ini bermaksud pulang ke Eropa dengan membawa barang-barang bekas tanah jajahan.
Di antara barang-barang tersebut, ada sebuah kotak berjeruji yang tertutup kain. Isinya yang misterius itu kemudian menarik perhatian tiga awak kapal pribumi. Mereka kemudian mengendap-ngendap untuk mencari tahu dan menemukan sosok perempuan yang mengenakan kalung jimat.
Oleh karena jimatnya diambil, sosok perempuan itu mengamuk dan membunuh semua awak kapal. Belakangan diketahui perempuan tersebut adalah Matianak, sosok gaib yang dapat dipelihara. Jimat yang diambil tiga awak kapal sebelumnya tadi adalah alat yang dapat mengontrolnya.
Film kemudian bergerak ke masa sekarang. Keluarga Bella yang baru saja mendapatkan pengalaman menyeramkan di film pertama kini kembali diteror di rumah mereka.
Narasi yang Malas
Sebagai sekuel, sebuah film harus mampu menjelaskan pada penonton tentang latar belakang film sebelumnya. Tidak harus blak-blakan, minimal penonton tidak bingung darimana film sekuel ini bermula.
Sayangnya, Jailangkung 2 tampak tidak tertarik dan justru malas dengan hal tersebut. Beberapa adegan flashback memang ada, tapi hanya seperti potongan-potongan tanpa konteks.
Misalnya, tokoh Angel yang dalam film ini diceritakan mampu memporak-poranakan meja makan dengan kekuatan telekinesis. Sikapnya mencurigakan dan mengurung diri di kamar bersama bayinya yang pucat (anehnya, Bella dan keluarganya santai betul melihat kakaknya melahirkan dan berbuat aneh; tidak ada kesadaran bahwa ada bayi di rumah mereka).
Karakterisasi Bella dan keluarganya ini pun sebenarnya amat aneh. Sang adik, Tasya, misalnya bermain jelangkung tanpa tahu jelangkung itu dapat memancing hal-hal gaib. Sementara kakaknya, Bella, melihat sosok wanita tertidur dengan wajah tertutup kain. Tanpa takut, Bella mendekati sosok tersebut dan membuka kain di wajahnya.
Saya penasaran, para karakter di film ini sebenarnya pernah nonton film horor atau enggak, sih? Minimal, apa mereka tidak pernah membaca hal-hal mistis dan klenik sehingga Bella mau saja membuka kain yang menutupi wajah sosok wanita tadi seperti membuka tudung saji di meja makan?
Kembali pada soal narasi yang malas, kisah Angel di film pertama hanya diceritakan sekejap saja, yakni sepotong adegan ia melahirkan di dalam lubang kuburan. Itu saja. Bagaimana caranya ia hamil dan apa konteks kehamilan itu tidak diceritakan lebih lanjut.
Jailangkung 2 berharap penonton ingat seolah baru saja menonton film pertama.
Ia justru menghabiskan waktunya untuk membangun suasana creepy dengan lampu-lampu yang kelewat redup dan jumpscare non-stop yang entah datang dari mana.
Bella misalnya, selalu dikejutkan dengan keberadaan hantu-hantu, baik di rumah, di kampus, hingga bahkan di SPBU. Anehnya, tidak dijelaskan hantu-hantu ini asalnya dari mana dan apa motivasi mereka menakut-nakuti Bella.
Bagaimana kita bisa betul-betul takut jika konteks kejadiannya pun tidak jelas. Ini seperti seorang teman mengagetkanmu dari balik dinding. Kita memang terkejut karena momen kejutan dan suara keras, tapi pada akhirnya ia tidak menakutkan sama sekali.
Selain narasinya yang malas, ia juga membodohi lewat cerita-ceritanya yang amat tidak masuk akal. Simak momen-momen konyolnya dalam review Jailangkung 2 di halaman sebelah.
Cerita yang Membodohi
Hantu-hantu yang meneror keluarga Bella banyak sekali, namun yang menjadi penjahat utamanya ialah Matianak. Bella bersama Rama, seorang mahasiswa antropolog andal, berusaha membongkar misteri ini sekaligus mencarikan solusinya.
Namun dalam perjalanan mereka, bukan misteri menyeramkan yang dihasilkan, melainkan hal-hal konyol. Salah satunya adalah adegan pencarian informasi tentang Matianak.
Bella, Rama, dan Bram (Naufal Samudra) ada di perpustakaan untuk membahas apa itu Matianak dan bagaimana mengalahkannya. Rama dan Bram ini mahasiswa antropologi yang diharapkan oleh film menjadi sosok “peneliti” hal-hal klenik.
Namun sebagai akademisi, tingkah polah mereka sama sekali tidak menunjukkan metode keilmiahan. Dalam mencari informasi Matianak misalnya, Rama hanya bermodal laptop dan internet dan simsalabim... segala informasi tentang siapa itu Matianak dan jimat pengontrol yang tenggelam bersama kapal Ourang Medan dapat dijelaskan.
Saya tidak tahu situs apakah yang dibuka Rama ini. Lebih parahnya lagi, Bella dan Bram percaya saja tanpa bertanya lebih lanjut. Kepercayaan Bella ini berbuah perjalanan mereka untuk menyelam ke dasar laut tempat bangkai kapal Ourang Medan di Selat Malaka.
Coba bayangkan, berawal dari “informasi sahih” Rama yang ia dapat dari Mbah Google, mereka sampai berlayar ke Selat Malaka.
Sesampainya di sana, mereka kemudian menyelam dengan menggunakan scuba. Semua berjalan oke sebelum saya mengetahui di mana mereka menyelam... yes, mereka menyelam di antara karang yang dangkal.
Saya bingung, mereka ini menyelam di dasar laut dalam apa menikmati kekayaan hayati Bunaken.
Setelah banyak sekali hal-hal konyol yang terjadi dalam film ini, di tengah film saya menyadari tidak ada gunanya saya menggugat ini dan itu. Sebab filmnya sendiri pun tampak tidak punya upaya untuk membuat dirinya masuk akal dan justru membodohi penontonnya. Jadi saya memutuskan untuk menertawakannya saja.
Ada satu adegan yang saking lucunya sampai bikin mindblown. Bahkan sambil menulis review Jailangkung 2 ini saya masih tidak habis pikir.
Jadi dalam perjalanan mereka ke Selat Malaka, mobil Rama, Bella, dan Bram mengisi bensin. Bella kemudian keluar untuk beli jajanan di mini market SPBU. Setelah masuk ke dalam, ia mendapati mini market-nya gelap, sepi, dan tidak ada kasir.
Bella menelpon, “Halo, Ram. Ini kok enggak ada kasirnya, ya?
Rama menjawab, “Yaudah kamu belanja aja, kasirnya lagi pergi kali.” Bella mengiyakan dan mengambil keranjang belanja.
Baik Bella maupun Rama, apa tidak pernah terpikir jika mini market-nya sebenarnya sudah tutup? Sebegitunyakah keinginan Jailangkung 2 untuk membangun adegan horor di mini market?
Tapi, tunggu... ada yang lebih mindblown...
Setelah Bella dikejar-kejar hantu di dalam mini market, ia berusaha keluar. Rama yang curiga mengapa Bella lama sekali pun menjemput. Rama kemudian terjebak di dalam dan berpikir keluar lewat pintu belakang.
Rama berlari menuju pintu belakang dan coba tebak ke mana pintu tersebut mengarah. Bukan gang sunyi atau ruangan penuh jebakan, melainkan plaza dua lantai. Ya, kamu tidak salah baca, di bawah SBPU ada sebuah plaza dua lantai.
Kesimpulan
Kesimpulan review Jailangkung 2 ini terdapat dalam jawaban dari pertanyaan di awal tulisan: Mengapa rumah produksi Screenplay Films tampak tidak peduli dengan perkembangan horor tanah air?
Jawabannya adalah karena mereka membuat film tanpa berniat membuat yang (setidaknya) layak. Mereka memanfaatkan genre favorit orang Indonesia tanpa (setidaknya) berusaha menghormati kecerdasan penonton.
Dengan rilis di masa Lebaran (di mana penonton beramai-ramai ke bioskop), mereka mencederai martabat film Indonesia dan merusak kepercayaan penonton akan industri yang sedang berkembang ini.
Demikian review Jailangkung 2. Bagaimana filmnya menurutmu? Apakah kamu sepakat dengan review Jailangkung 2 ini? Sampaikan di kolom komentar, ya.
Mau dapat PS4 dan Nintendo Switch? Kunjungi BEKRAF Game Prime 2018, event industri game terbesar se-Indonesia pada tanggal 13-15 Juli 2018 di Balai Kartini, Jakarta! Kunjungi bit.ly/GamePrime18DN untuk mendaftarkan dirimu GRATIS!