Napak Tilas 2011: Duniaku, Gaming, Vandaria
Tahun 2011 baru saja berlalu. Begitu banyak hal menarik dan pengalaman seru sepanjang tahun ini. Berikut adalah 2011 year in review, ditulis secara personal oleh Ami Raditya (aka GrandC).
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saya nyaris tak percaya, kita sudah masuk ke tahun 2012. Well, this is THE 2012. Tahun yang disakralkan (bahkan sebelum film 2012-nya Roland Emmerich). Tidak percaya, coba deh lihat list Wikipedia berikut.
[/caption]
Bagi saya pribadi, 2011 adalah tahun yang luar biasa. Tahun ini saya keluar dari 'comfort zone' dan berani melakukan berbagai macam hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh saya. Salah satunya adalah kuliah lagi. Saya mengambil program S2 Magister Kenotariatan di Universitas Airlangga, Surabaya. Siapa sangka, ternyata perkuliahan saya ini membuahkan kelahiran Duniaku.net.
Berawal dari sindiran Mike Morhaime (CEO Blizzard) pada saya di akhir tahun 2010. Beliau berkata, "Kenapa ya, di Indonesia tidak ada website game yang cukup oke." Saya tidak bisa menjawab, karena "cukup oke" itu sangat subjektif. Di Indonesia banyak sekali website game, dan menurut saya cukup oke. Tapi faktanya, Blizzard pertama kali mengundang jurnalis game Indonesia dari perwakilan media cetak. Bukan web. Dan sebuah kehormatan bagi saya, mewakili majalah OMEGA, diundang langsung oleh CEO Blizzard, Mike Morhaime di event BlizzCon mereka.
[/caption]
Sindiran Mike Morhaime saya lemparkan ke teman-teman ZIGMA dan OMEGA. Mereka yang passionate mengerjakan website. Tapi kami tidak punya resource yang cukup untuk mengerjakan dari sisi teknis website. Lewat perkuliahan, saya mengenal Edo Yudanto dan Robbi Baskoro, yang akhirnya menjadi partner dalam membangun Duniaku.net.
Tidak perlu menunggu lama, Duniaku.net melejit dan meledak bak kembang api tahun baru. Diisi oleh banyak kontributor hebat (perwakilan dari berbagai media dan komunitas game), berisi artikel-artikel yang tidak hanya melulu game, bahkan sering kali menggelitik, dan jangan lupa... terus melahirkan inovasi baru. Terakhir, tim Duniaku.net melahirkan video channel unik bernama DuniakuDV.
[/caption]
Saya tidak tahu apakah Duniaku.net sudah menjawab tantangan Mike Morhaime. Namun bagi saya, inilah definisi website game yang oke. Website game yang nggak melulu game!
Nah, bagaimana dengan ZIGMA dan OMEGA?
Menurut saya, di era kecepatan informasi via internet seperti sekarang, pembaca sudah tidak lagi memerlukan bacaan yang up-to-date. Pokok bahasan harus dialihkan kepada collectible, bukan lagi sumber berita. ZIGMA dan OMEGA sudah melakukan hal yang tepat. ZIGMA banyak mendukung perkembangan karya-karya anak bangsa, sedangkan OMEGA yang undisputed (masih menjadi majalah game online PERTAMA dan SATU-SATUNYA di Indonesia) akan memiliki fokus yang berbeda.
[/caption]
Saya bahas lebih lanjut tentang peran OMEGA di halaman selanjutnya.
Dari sisi gaming, 2011 juga tahun yang sangat spesial. Diawali dari kegilaan Kinect, yang mentransformasi Xbox360 menjadi sarana hiburan keluarga. Bayangkan, saya jadi keranjingan nge-Dance lewat Dance Central; istri saya meninggalkan Celebrity Fitness untuk Fitness Evolution, bahkan anak saya, Freya, berhasil menyelesaikan game pertamanya... Once Upon a Monster (yang menurut saya 100x lebih keren dari semua game edukasi).
Di tengah kesibukan saya yang luar biasa, saya tetap meluangkan waktu untuk main game. Memang tidak sebanyak dulu, tapi setidaknya saya tetap mencoba game-game triple A dan yang menarik bagi saya.
Di tengah-tengah hiruk-pikuk Batman: Arkham City, Uncharted 3: Drake’s Deception, Battlefield 3, Modern Warfare 3, Gears of War 3, dan Skyrim, saya ternyata sangat menikmati Half-Minute Hero: Super Mega Neo Climax, yang dirilis pertengahan tahun ini di Xbox Live Arcade. Heck, saya ternyata menikmati cukup banyak game Arcade. From Dust yang creepy tapi keren (dan berbahasa Melayu/Indonesia), Torchlight, Dungeon Defenders (yap juga ada di Android, tapi versi Xbox-nya still the best, local LAN party!), dan Bastion yang cantiiik sekali (must play!).
[/caption]
Selain game Xbox Live Arcade, tak disangka-sangka, tahun ini saya juga mulai keranjingan game mobile. Saya menghabiskan waktu (dan dollar) cukup banyak untuk Smurf's Village (yang ternyata, ketika Galaxy Tab saya diupgrade menjadi Gingerbread, semua datanya hilang... lang... lang). Selain men-Smurf sebuah desa, game-game mobile yang cukup menyita perhatian saya adalah Fruit Ninja (saya juga membeli versi Kinect-nya), Plant vs Zombie (versi Android), Final Fantasy berbahasa Indonesia, Cut the Rope, dan Angry Birds (juga varian Season dan Rio-nya). Oh ya, saya cukup addict dengan game (umm, mungkin lebih tepat disebut apps) buatan Outfit 7. Yap, Talking Tom, Talking Ben, Talking Santa, Talking Santa and Ginger, dan variannya. Saya bahkan beli semuanya di Android Market. Full version!
[/caption]
Saya juga gamer kompetitif. Selain Horde session dengan teman-teman GameQuarters, saya ditenggelamkan oleh game-game fighting tahun ini. Tahun ini yang menyita perhatian saya adalah Marvel vs Capcom 3 (dan varian Ultimate-nya yang baru saja dirilis). Yang membuat game ini begitu hebat adalah karena bisa dimainkan siapa saja. Capcom berhasil menerapkan formula easy-to-play dan hard-to-master di sini. Saya tidak pernah kehabisan lawan, dan ternyata levelnya pun sebelas-duabelas, lah. Lumayan berimbang.
[/caption]
Kekecewaan terbesar saya di tahun ini adalah Dragon Age II. Bagaimana mungkin Bioware tega merilis game yang belum selesai seperti itu? Reused dungeon? cuma satu kota? dan Darkspawn yang minimalis? Come on, Dragon Age: Origins 10x lebih baik dari ini.
[/caption]
Runner up-nya dipegang oleh The King of Fighters XIII. Saya adalah supporter seri KOF sejak lama. Tapi maaf, untuk KOFXIII ini, walau sudah dipoles sedemikian rupa dengan gameplay dikembalikan ke klasik, tetap bukan selera saya. Somehow, saya justru lebih menikmati sistem Guard Clash KOFXII beberapa tahun lalu (dan KOF terbaik tetap KOFXI, yang sudah berumur lebih dari lima tahun itu).
[/caption]
Game keren yang saya belum sempat main adalah Minecraft, Apparatus, dan Star Wars: The Old Republic. Hmm, mungkin nanti setelah saya menyelesaikan Skyrim, ya. Selanjutnya, kita simak perkembangan game di tanah air, yuk...
Untuk game online, saya kembali melihat pertumbuhan yang cukup segnifikan. Dominasi tidak lagi pada genre MMORPG dan FPS saja. Game dengan gameplay unik macam Atlantica Online atau Avalon ternyata memiliki penggemarnya sendiri. Game flash macam Ninjakita juga ternyata juga bisa sukses dilisensikan resmi di Indonesia. Ini membuka kemungkinan munculnya berbagai game untuk membidik pasar-pasar baru.
Tahun ini saya juga melihat Indonesia mulai dibidik oleh publisher-publisher Internasional. Blizzard mencoba masuk pasar Indonesia tahun lalu lewat IAH Game. Sayang, gregetnya kurang. Padahal gamenya sangat bagus (Starcraft II). Tahun ini, yang siap menyerbu Indonesia adalah Asiasoft. Pertengahan tahun lalu saya sempat diundang ke mabes mereka di Thailand. Berbeda dengan Blizzard, Asiasoft tampaknya paham betul behavior gamer Indonesia. Saya jadi penasaran bagaimana sepak terjang mereka tahun depan.
[/caption]
Tapi 2011, menurut saya, adalah tahun kebangkitan developer game lokal. Saya melihat beberapa developer Indonesia sudah mulai menunjukkan taringnya. Mulai dari Toge Productions dengan Necronator II, Agate Studio dengan Smash Mania yang mengintegrasikan teknologi terbaru untuk game mobile, hingga event Indonesia Bermain yang merupakan kombinasi GDC dan E3-nya Indonesia. Ini pestanya developer Indonesia!
[/caption]
Developer game Indonesia saat ini tampaknya terbelah menjadi dua bagian. Developer flash game (untuk Facebook, website flash, dsb) dan developer mobile (Android, iOS, juga ada yang untuk Nokia). Dari segi kapabilitas, menurut saya sebagian developer Indonesia sudah siap untuk membuat game triple A (baik untuk konsol maupun PC). Masalahnya terletak pada funding. Di sisi lain, saya melihat para publisher game sebetulnya punya resource yang cukup untuk membangun game online triple A made-in-Indonesia. Mudah-mudahan hal ini bisa terwujud di tahun ini.
[/caption]
Masih ingat di awal artikel, tentang peran OMEGA. Nah, majalah game online PERTAMA dan SATU-SATUNYA di Indonesia ini juga akan difokuskan untuk membahas perkembangan developer game Indonesia yang mulai menggeliat. Tentu saja, Duniaku.net juga akan berperan untuk mengangkat mereka. Misi kami adalah menghubungkan developer dengan publisher besar, sehingga cita-cita kita... melihat game triple A made-in-Indonesia bisa segera tercapai. Amiiin.
Tahun 2011 bagi saja juga berarti satu hal: Vandaria.
Tahun ini saya kembali mengembangkan konsep universe yang sudah saya terlantarkan selama lebih dari tahun. Selama itu pula Vandaria dikembangkan oleh komunitas dan semangatnya tidak pernah luntur.
Saya sangat bangga, Vandaria Wars, trading card game yang berkembang oleh dan untuk komunitas, bertahan memasuki tahun keenamnya. Hal ini adalah prestasi yang luar biasa. Trading card game bukan suatu bisnis yang murah. Namun kecintaan komunitas Vandaria membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Vandaria Wars bisa tetap hidup, makin berkembang, bahkan tanpa ada company yang menanganinya secara profesional.
[/caption]
Untuk menunjukkan keseriusan saya, tahun ini saya mulai menerbitkan novel bersama Gramedia Pustaka Utama, salah satu penerbit novel terbaik Indonesia. Dua novel Vandaria, yaitu Harta Vaeran (ditulis oleh Pratama Wirya) dan Ratu Seribu Tahun (ditulis oleh Ardani Persada), dinobatkan sebagai Buku Fantasi Terlaris 2011 oleh TV One (dalam acara Apa Kabar Indonesia). Ini merupakan kado akhir tahun yang sangat membanggakan.
[/caption]
[/caption]
[/caption]
Prestasi ini memantabkan saya untuk makin melebarkan sayap Vandaria di tahun 2012 ini. Jika Anda mengikuti timeline Twitter saya (@ami_raditya) atau menjadi subscriber di Facebook saya (facebook.com/kingrand), Anda tentu tahu bahwa sepanjang tahun 2011 saya berusaha untuk merangkul teman-teman industri kreatif untuk bersatu, mengkristal, dan besar bersama Vandaria.
Saya meyakini bahwa industri kreatif Indonesia (baik itu novel, komik, ilustrasi, animasi, mainan, game, dsb) akan sulit menjadi juara di negeri ini, jika kita semua tidak bersatu. Dengan memanfaatkan Vandaria, yang sudah memiliki fanbase cukup besar dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, saya optimis kita bisa memproteksi market Indonesia dan menjadi tuan rumah di negeri kita sendiri.
Ini adalah perjalanan besar saya di tahun 2011. Saya berharap tahun 2012 menjadi tahunnya Vandaria. Tidak hanya sebatas Vandaria Wars atau novel terlaris saja (catatan: saat ini saya tengah menyiapkan enam novel Vandaria), melainkan juga komik, animasi, game, dan lain sebagainya.
[/caption]
[/caption]
[/caption]
[/caption]
[/caption]
[/caption]
[/caption]
[/caption]
[/caption]
[/caption]
Nantikan ledakan beruntun Vandaria tahun ini!
Lalu apa harapan saya di tahun 2012 ini?
Hmm... (berpikir sejenak), mengingat 2012 adalah tahun yang sangat disakralkan, maka harapan tahun ini HARUS luar biasa. Harus out-of-the-box!
Seperti yang sudah saya tulis di halaman sebelumnya, harapan saya tahun 2012 adalah tahun Vandaria. Enam novel lagi, tiga game besar (Facebook dan mobile), dua varian komik (satu komik berseri dengan skala massive, sementara yang satu lagi bersifat stand alone dan easy to read), hingga produk-produk yang inovatif dan revolusioner. Aplikasi keren di iOS/Android, misalnya? Atau game edukasi yang tidak menggurui?
[/caption]
Untuk dunia game Indonesia, saya juga menaruh harapan yang sangat besar. Saya ingin melihat game triple A, made-in-Indonesia. Titik. Syukur-syukur game itu juga gamenya Vandaria (sehingga bisa campaign bareng dan promosikan dengan menggunakan semua link kekuatan yang dimiliki). Saya ingin melihat game social, atau MMORPG, yang menghubungkan gamer Indonesia, namun dikembangkan dan dimiliki oleh orang Indonesia. Itu bukan hal yang mustahil, kan?
Di dunia game internasional, menurut saya sudah waktunya untuk konsol generasi baru. Bukan sekedar handheld (well, 3DS and Vita is nice). Saya ingin konsol generasi baru dengan otot yang lebih kuat. Bukan sekedar soal grafis, melainkan frame-rate. Dan support mod, please. Saya suka ngiri melihat gamer PC bisa pamer mod Skyrim yang keren-keren, sementara saya stuck dengan patch resmi.
Mungkin agak gila, tapi rasa yakin tablet Android/iPad/Windows8 juga sudah cukup powerful untuk memainkan game konsol. Mungkin belum perlu yang se-massive Skyrim. Tapi bayangkan jika semua game Xbox Live Arcade bisa dimainkan di tablet Windows8? Lengkap dengan link ke Gamertag resmi Xbox kita? Juga dengan Achievement-nya!
[/caption]
Bicara tentang Windows8, saya ingin agar Microsoft membuat software emulasi resmi Xbox360. Memainkan game Xbox360 di PC langsung (plug-and-play) dengan Windows8, lengkap dengan link ke Gamertag dan Achievement. Tidak susah, kok harusnya. Saya yakin itu meningkatkan initial player Xbox360, menghidupkannya lewat gerakan komunitas, sementara tim Microsoft beralih ke Xbox generasi terbaru.
Terakhir, untuk Duniaku.net, saya berharap agar website favorit kita ini bisa lebih berkembang. Terus melahirkan artikel-artikel berbobot, menggelitik, dan cerdas. Juga, DuniakuDV... keep the GREAT work!!
[/caption]