Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Preview: Yasha: Legends of the Demon Blade, Roguelite Nuansa Jepang

Screenshot versi demo Yasha: Legends of the Demon Blade. (Dok. 7QUARK/Yasha: Legends of the Demon Blade)

Duniaku.com mendapat kesempatan mencoba demo Yasha: Legends of the Demon Bladegame roguelite yang dikembangkan 7QUARK.

Versi demo ini kami dapat dari Game Source Entertainment.

Bagaimana kesan kami soal demonya? Baca di bawah ini! 

1. Gambaran Yasha: Legends of the Demon Blade

Screenshot versi demo Yasha: Legends of the Demon Blade. (Dok. 7QUARK/Yasha: Legends of the Demon Blade)

Ini gambaran dasar Yasha: Legends of the Demon Blade berdasarkan keterangan di Steam, " Kalahkan kekuatan jahat dalam dunia roguelite yang memukau dengan nuansa Jepang! Jadilah master Pedang Iblis dan lawan gerombolan iblis di dunia fantasi berlatar periode Edo. Dalam setiap perjalanan, kamu akan mengungkap kebenaran tersembunyi di balik masa-masa penuh gejolak."

2. Yang tersaji di demo

Screenshot versi demo Yasha: Legends of the Demon Blade. (Dok. 7QUARK/Yasha: Legends of the Demon Blade)

Dalam demo ini, saya bisa memilih tiga karakter: Shigure, Sara, dan Taketora.

Masing-masing memiliki gaya bermain yang unik. Shigure terasa seperti seorang samurai klasik, dan dia bisa berganti dua jenis pedang. Salah satu pedangnya memiliki efek seperti memunculkan lingkaran api yang menyakiti musuh. Pedang-pedang lainnya yang bisa dibuka juga memiliki beragam efek fantastis. 

Sara lebih lincah dan gesit, bertarung layaknya seorang ninja dengan serangan cepat menggunakan dua pedang pendek. Sementara itu, Taketora menghadirkan kombinasi fleksibel—ia bisa bertarung jarak dekat dengan cakarnya atau menyerang dari kejauhan menggunakan busur dan panah.

Ketiga karakter ini menghadapi area dan boss yang sama. Dalam demo yang saya coba, area pantai tersaji sepenuhnya, sedangkan area berikutnya—yang berlatar musim gugur—hanya tersedia sebagian.

Yang menarik, setiap karakter memiliki jalur cerita yang berbeda. Baru setelah memainkan Shigure, Sara, dan Taketora, saya mendapatkan gambaran yang lebih utuh tentang plot Yasha: Legends of the Demon Blade.

Screenshot versi demo Yasha: Legends of the Demon Blade. (Dok. 7QUARK/Yasha: Legends of the Demon Blade)

3. Kematian di sini bisa sakit, tapi bukan akhir

Screenshot versi demo Yasha: Legends of the Demon Blade. (Dok. 7QUARK/Yasha: Legends of the Demon Blade)

Didesain sebagai roguelite, kematian di Yasha: Legends of the Demon Blade bukan sekadar akhir, tetapi bagian dari perjalanan. Jika kamu kalah, kamu harus memulai lagi dari area awal—tanpa pengecualian.

Misalnya, jika kamu tumbang di tangan boss terakhir dalam demo, Komainu, maka kamu akan kembali ke area pantai di awal permainan dan harus menghadapi semua boss sebelumnya lagi.

Namun, sebagai roguelite, kematian bukan hanya hukuman, tetapi juga peluang untuk berkembang lebih kuat.

Beberapa sumber daya yang telah kamu kumpulkan di percobaan sebelumnya akan tetap bertahan, memungkinkanmu untuk meng-upgrade atau membuka skill baru. Misalnya, kamu bisa mendapatkan kesempatan terbatas untuk hidup kembali setelah mati, menambah jumlah dash agar lebih leluasa menghindari serangan musuh, atau membuka jenis senjata baru untuk menyesuaikan gaya bertarungmu.

Dengan setiap percobaan ulang, tidak hanya karaktermu yang semakin kuat, tetapi juga pemahamanmu terhadap pola serangan musuh dan boss. Kegagalan yang sebelumnya menjadi batu sandungan kini bisa kamu atasi dengan lebih mudah.

4. Beberapa unsur yang saya suka

Screenshot versi demo Yasha: Legends of the Demon Blade. (Dok. 7QUARK/Yasha: Legends of the Demon Blade)

Beberapa hal yang saya suka dari demo ini:

-Tiga perspektif yang unik. Kisah Shigure, Sara, dan Taketora disajikan dari sudut pandang berbeda, meskipun mereka melewati area yang sama. Ini membuat cerita terasa lebih kaya dan menarik untuk dijelajahi dari berbagai sisi. Sambil menunggu perilisan versi resminya, tak ada salahnya mencoba ketiga karakter hingga akhir untuk melihat bagaimana narasi berkembang dari perspektif mereka.

-Gaya bermain yang berbeda. Shigure, Sara, dan Taketora memiliki gaya bertarung yang unik, sehingga setiap karakter memberikan pengalaman bermain yang berbeda. Meskipun mereka melewati area yang sama, kamu perlu beradaptasi dan menguasai mekanik masing-masing agar bisa menyelesaikan demo dengan sukses.

-Replayability tinggi berkat format roguelite. Dengan format roguelite, demo ini bisa menghabiskan berjam-jam permainan, terutama jika kamu ingin mencoba semua karakter. Jika kamu merasa cocok dengan gaya permainannya tapi masih harus menunggu rilis penuh di April, menjelajahi demo ini secara maksimal bisa menjadi cara yang seru untuk mengisi waktu.

-Atmosfer Jepang yang memikat. Dari desain karakter, desain musuh, nuansa latar, hingga musik latarnya, semua elemen ini berhasil membangun atmosfer yang kuat dan membuat pengalaman bermain semakin imersif.

-Sentuhan humor yang menyegarkan. Humor dalam ceritanya memberikan hiburan ekstra di sela-sela aksi, membuat pengalaman bermain terasa lebih dinamis dan tidak melulu serius.

-Dukungan gamepad yang disarankan, tapi kontrol tetap nyaman bahkan ketika main dengan keyboard dan mouse. Game ini merekomendasikan penggunaan gamepad, dan memang terasa lebih intuitif dengan kontrol tersebut. Namun, sebagai seseorang yang sudah terbiasa memainkan roguelite lain seperti Hades dengan keyboard dan mouse, saya merasa kontrolnya tetap nyaman dan tidak menjadi kendala saat mencoba nekat menggunakan itu.

5. Secara keseluruhan, Yasha: Legends of the Demon Blade terasa menarik

Screenshot versi demo Yasha: Legends of the Demon Blade. (Dok. 7QUARK/Yasha: Legends of the Demon Blade)

Secara keseluruhan, demo Yasha: Legends of the Demon Blade terasa menarik. Saya penasaran bagaimana cerita Shigure, Sara, dan Taketora akan berkembang di versi penuhnya. 

Game penuhnya sendiri dijadwalkan rilis 24 April 2025. Jadi masih ada waktu untuk menunggu. 

Nah itu preview Yasha: Legends of the Demon Blade dari saya.

Gimana menurutmu? Sampaikan di kolom komentar!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us