Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Karakter Kang the Conqueror Terasa Gagal di Film Marvel?

Kang the Conqueror dalam Ant-Man and the Wasp: Quantumania (dok. Marvel Studios/Ant-Man and the Wasp: Quantumania)
Kang the Conqueror dalam Ant-Man and the Wasp: Quantumania (dok. Marvel Studios/Ant-Man and the Wasp: Quantumania)
Intinya sih...
  • Kang terasa tidak sekokoh Thanos fondasinya
  • Ant-Man and the Wasp: Quantumania merusak auranya di awal
  • Banyak kehebatan Kang hanya diceritakan, bukan ditunjukkan

Kalau mau jawaban singkat soal kenapa karakter Kang the Conqueror terasa gagal di film-film Marvel, penyebab paling jelas tentu adalah kasus hukum Jonathan Majors.

Setelah aktor pemerannya terjerat kontroversi dan akhirnya dipecat oleh Marvel Studios, masa depan karakter ini pun langsung berada di ujung tanduk. Tapi masalahnya, bahkan sebelum drama di dunia nyata itu terjadi, penerimaan fans terhadap Kang sebenarnya sudah terasa goyah.

Kang memang diperkenalkan sebagai ancaman besar dalam Multiverse Saga, tapi sejak awal ia belum pernah benar-benar membangun rasa ancaman yang kuat, atau koneksi emosional seperti yang berhasil dicapai Thanos sebelumnya.

Jadi... apakah kegagalan Kang murni karena aktornya bermasalah? Atau ada masalah yang lebih dalam sejak awal?

Berikut adalah analisis saya soal kenapa Kang the Conqueror gagal menjadi villain besar di MCU.

1. Sejak awal, Kang terasa tidak sekokoh Thanos fondasinya

Kang the Conqueror akhirnya muncul di Quantumania. Apakah dia jadi kawan atau lawan? (Dok. Marvel Studios)

Seperti banyak karakter MCU lainnya, Thanos awalnya juga bukan nama besar bagi mereka yang tidak mengikuti komik. Tapi meskipun begitu, dia sudah memiliki reputasi yang cukup solid di luar medium komik. Misalnya, dia adalah boss terakhir di game Marvel Super Heroes, salah satu game klasik yang memperkenalkan banyak karakter Marvel ke gamer. Selain itu, kisahnya di arc Infinity Gauntlet, di mana ia memusnahkan separuh semesta, cukup dikenal bahkan di kalangan penonton awam yang tidak membaca komik secara rutin.

Di sisi lain, Kang terasa jauh lebih niche dibanding Thanos.

Ia tidak pernah muncul di seri game Marvel vs. Capcom, yang bagi banyak orang adalah pintu gerbang mengenal karakter Marvel. Ia juga absen dari game Marvel Ultimate Alliance, padahal game ini sangat populer di kalangan gamer kasual dan menampilkan karakter-karakter seperti Doctor Doom sebagai villain utama.

Kisah-kisah besar Kang di komik juga lebih niche bagi fans ketimbang judul seperti Infinity Gauntlet yang menyajikan kehebatan Thanos.

Jadi, apakah karakter seperti ini bisa sukses di layar lebar?

Jawabannya: bisa saja. Guardians of the Galaxy adalah contoh nyata bahwa karakter yang bahkan lebih tidak dikenal dari Kang pun bisa jadi populer, asal diolah dengan tepat. Sayangnya, itu bukan yang terjadi pada Kang.

2. Ant-Man and the Wasp: Quantumania merusak auranya di awal

Ant-Man and the Wasp: Quantumania sayangnya kurang bisa memaksimalkan potensi Kang dengan style ikonik seri film ini. (Entertainment Weekly)

Ketika varian Kang bernama He Who Remains muncul di akhir musim pertama Loki, banyak penonton langsung terpikat. Sosoknya misterius, tenang, dan penuh teka-teki, dengan ancaman yang lebih banyak tersirat daripada eksplisit. Ia adalah figur yang berhasil mengakhiri perang multiverse, menjadikan Alioth, entitas pemangsa waktu yang tak bisa dilawan, sebagai senjata, dan bahkan mampu melihat setiap peristiwa sebelum terjadi, membuat semua serangan Sylvie percuma sebelum multiverse mulai bercabang.

Lebih dari itu, ketika dia akhirnya dibunuh, ia tidak menunjukkan rasa takut, justru menebar ancaman halus: bahwa varian dirinya yang lain jauh lebih berbahaya.

Dari sinilah hype tentang Kang dibangun. Marvel tampaknya sedang mempersiapkan sosok yang bisa menjadi ancaman skala Thanos berikutnya. Sosok yang punya kendali atas waktu, multiverse, dan kehancuran.

Namun ekspektasi itu hancur begitu saja di Ant-Man and the Wasp: Quantumania.

Film yang seharusnya jadi panggung unjuk kekuatan Kang justru menjadi titik awal keruntuhannya. Bukannya memperlihatkan betapa mengerikannya seorang penakluk multiverse, kita malah disuguhkan Kang yang... terdesak oleh semut.

Ia tidak menciptakan momen ikonik atau menimbulkan korban besar. Alih-alih mengukir teror seperti Thanos di Infinity War, Kang justru dibuat kewalahan oleh pasukan semut super. Dan di klimaks film, dia dikalahkan oleh Ant-Man dan Wasp, dua pahlawan yang secara skala kekuatan maupun reputasi kalah jauh di bawah nama-nama besar seperti Thor atau Captain Marvel.

Penonton pun mulai bertanya-tanya:

“Cuma gini toh penakluk multiverse yang katanya mengalahkan banyak varian Avengers?”

3. Pada akhirnya banyak kehebatan Kang hanya diceritakan

Kang the Conqueror (dok. Marvel Studios/Ant Man and The Wasp: Quantumania)
Kang the Conqueror (dok. Marvel Studios/Ant Man and The Wasp: Quantumania)

Masalah terbesar dari penyajian Kang, terutama di Quantumania, adalah kehebatannya hanya diceritakan, bukan ditunjukkan. Ini bertentangan langsung dengan prinsip klasik penulisan cerita: show, don’t tell.

Penonton diberi tahu bahwa Kang adalah sosok luar biasa berbahaya. Bahwa ia pernah menaklukkan banyak dunia, mengalahkan berbagai varian Avengers, bahkan sampai diasingkan oleh versi dirinya sendiri karena terlalu berbahaya. Tapi semua itu hanya disampaikan lewat dialog.

Yang benar-benar ditampilkan justru sebaliknya: sosok yang kesulitan menghadapi Ant-Man, Wasp, dan pasukan semut. Bukannya membangun rasa takut atau respek, ini justru membuat Kang terlihat lemah dan tidak kredibel.

Yang menarik, bahkan Thanos pun sebelum benar-benar turun tangan di Infinity War tidak pernah diperlihatkan lemah. Ia hadir hanya dalam beberapa adegan singkat di film-film sebelumnya, tapi auranya selalu terjaga. Sosok seperti Ronan the Accuser, yang sudah sangat kuat dan ambisius, tetap memperlihatkan rasa takut dan hormat kepada Thanos. Bahkan dialog singkat pun cukup untuk menggambarkan bahwa Thanos adalah ancaman besar yang sedang mengintai dari balik layar.

Bandingkan dengan Kang. Seharusnya dia menjadi penerus posisi “big bad” pasca-Thanos, tapi justru aura ancamannya dihancurkan sejak kemunculan penuh pertamanya. Tanpa demonstrasi kekuatan yang jelas dan konsisten, penonton sulit merasa terancam oleh sosok yang bahkan tidak bisa menahan serangan koloni semut, terlepas dari konteks teknologi Quantum Realm sekalipun. Ini bukan sekadar soal kekuatan fisik, tapi soal bagaimana membangun persepsi kekuatan secara sinematik.

4. Pendekatan Council of Kang bukan hal yang bagus

Council of Kangs, salah satu villain yang sebelumnya disiapkan muncul di Avengers: Kang Dynasty. (dok. Marvel Studios/Ant Man and The Wasp: Quantumania)
Council of Kangs, salah satu villain yang sebelumnya disiapkan muncul di Avengers: Kang Dynasty. (dok. Marvel Studios/Ant Man and The Wasp: Quantumania)

Setelah Kang dibangun jadi ancaman besar, mid-credits Ant-Man and the Wasp: Quantumania seperti mengindikasikan bahwa masalahnya bukan hanya dia melainkan banyak variasi Kang lain.

Kalau saja Kang disajikan lebih mengancam, lebih berbahaya, di cerita utama Ant-Man and the Wasp: Quantumania mungkin fans akan lebih terkesan. Jadi kalau satu saja sudah berbahaya, gimana kalau jumlahnya seperti tak terhingga?

Namun masalahnya, satu Kang saja tidak terasa berbahaya. Penonton baru saja menyaksikan versi “terbuang” dari Kang dikalahkan oleh Ant-Man. Tanpa fondasi ancaman yang kuat di versi utamanya, kehadiran varian-varian lain justru terasa... menggelikan.

Alhasil, Council of Kangs malah tampil seperti parade cosplay Jonathan Majors dengan kostum aneh dan aksen yang berlebihan. Bukan intimidasi yang muncul, tapi kebingungan.

Reaksi penonton pun berbicara: meski teaser ini menyiratkan ancaman skala besar, dampaknya tidak kuat. Alih-alih penasaran atau takut, banyak fans justru semakin skeptis terhadap arah yang Marvel pilih untuk saga ini.

5. Kasus Jonathan Majors adalah pukulan terakhir

Kang the Conqueror di trailer Ant-Man and the Wasp: Quantumania. (Dok. Marvel Studio/Ant-Man and the Wasp: Quantumania)

Tidak bisa disangkal, kasus hukum yang menjerat Jonathan Majors menjadi pukulan telak bagi masa depan karakter Kang di MCU. Setelah Majors resmi dipecat, masa depan Kang sebagai big bad langsung dipertanyakan.

Namun secara pribadi, saya yakin jika karakter Kang sudah lebih diterima dan dipercaya oleh fans, Marvel kemungkinan besar akan memilih opsi recast, mengganti aktornya, tapi tetap melanjutkan cerita. Apalagi Kang adalah sosok multiversal yang punya banyak varian. Menghadirkan versi Kang dengan wajah berbeda bukan hal yang aneh, bahkan justru sesuai dengan konsep ceritanya.

Masalahnya, Kang sudah kehilangan kepercayaan publik sebelum kasus itu mencuat. Penyajian buruk di Quantumania, respons suam-suam kuku dari fans, hingga pendekatan yang terlalu abstrak dengan Council of Kangs, semuanya membuat karakter ini goyah sejak awal. Kasus Jonathan Majors hanya menjadi pukulan terakhir, momen yang memastikan nasib Kang sebagai penjahat utama yang gagal di MCU.

Dia kemudian diganti Doctor Doom.

Itulah analisis saya tentang kenapa Kang the Conqueror gagal di film Marvel.

Kalau menurut kamu gimana? Setuju atau punya pandangan lain? Yuk, diskusi di kolom komentar!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us