Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Penilaian Film: Until Dawn, Ketika Kematian Bukanlah Akhir dari Teror

DF-02318.jpg
Dok. Sony Pictures
Intinya sih...
  • Clover dan teman-temannya terjebak dalam time loop mematikan di penginapan terpencil, harus bertahan hidup dan menghentikan kutukan yang mengikat mereka.
  • Adengan sadis dan konflik antar karakter menambah keseruan film, dengan beberapa karakter memilih mati demi mendapatkan informasi lebih banyak.
  • Until Dawn adalah campuran misteri, komedi gelap, dan aksi berdarah yang menghibur tanpa mencoba terlalu keras untuk menjadi sesuatu yang ‘tinggi’.

GENRE: Horor

ACTORS: Ella Rubin, Michael Cimino, Odessa A'zion

DIRECTOR: David F. Sandberg

RELEASE DATE: 23 April 2025

RATING: 3/5

Setelah sempat menyeberang ke dunia superhero lewat dua film Shazam!, sutradara David F. Sandberg akhirnya kembali ke akar horornya dengan Until Dawn, film adaptasi dari video game populer keluaran Sony. Meski belum pernah memainkan gamenya, film ini terasa seperti suguhan berdarah yang menyenangkan, campuran antara nostalgia genre slasher klasik dengan gaya modern yang tak malu-malu mengolok-olok dirinya sendiri. Sandberg tidak berusaha membuat horor yang terlalu serius; sebaliknya, ia justru merayakan kekacauan yang ditawarkan skenario absurd ini dengan sepenuh hati.

Dengan premis yang bersumber dari sistem "butterfly effect" khas game-nya, di mana setiap pilihan bisa mengubah nasib karakter. Film ini terasa seperti taman bermain bagi segala macam tropes horor. Mulai dari rumah sewa misterius, remaja penasaran, hingga makhluk gaib, semua hadir dalam satu paket penuh darah yang tetap menghibur.

1. Misteri yang Terulang Tanpa Henti

until_dawn_still_requests_4k_f_t_tl_24p_r709g24_20250106.jpg
Dok. Sony Pictures

Clover (diperankan dengan apik oleh Ella Rubin) menjadi pusat cerita sebagai tokoh "final girl" kita. Ia membawa teman-temannya ke sebuah penginapan terpencil, mengikuti jejak kakaknya, Melanie (Maia Mitchell), yang hilang secara misterius setahun lalu. Tapi perjalanan ini dengan cepat berubah menjadi mimpi buruk ketika mereka dibunuh satu per satu lalu hidup kembali.

Ya, mereka terjebak dalam semacam time loop mematikan, di mana setiap malam mereka dibantai hanya untuk bangun kembali di tempat yang sama dengan luka fisik yang sama pula. Dengan setiap reset waktu, mereka berusaha memecahkan teka-teki aneh ini, berharap bisa bertahan hidup sampai fajar dan menghentikan kutukan yang mengikat mereka.

2. Pertumpahan Darah yang Penuh Gaya dan Karakter yang Tak Sempurna

DF-06852_CROP.jpg
Dok. Sony Pictures

Until Dawn tak pelit soal adegan sadis. Mulai dari pemenggalan brutal hingga ledakan yang tidak masuk akal, semuanya disajikan dengan efek praktikal yang memuaskan penikmat gore. Yang menarik, beberapa karakter justru memilih mati demi mendapatkan informasi lebih banyak tentang cara keluar dari lingkaran neraka itu. Konflik juga muncul di antara mereka, terutama pasangan Nina (Odessa A’zion) dan Abe (Belmont Cameli) yang mulai menunjukkan retakan dalam hubungan mereka.

Meski sebagian besar karakter terlihat seperti stereotip horor standar, penulisan yang cerdas membuat mereka tetap terasa menyenangkan untuk diikuti. Ji-young Yoo sebagai Megan, dengan sisi spiritualnya, dan Michael Cimino sebagai Max si ‘good guy’ menambah warna di antara kekacauan malam yang tak berkesudahan itu.

3. Campuran Misteri, Komedi Gelap, dan Aksi Berdarah yang Menghibur

DF-03298_r.jpg
Dok. Sony Pictures

Sebagai film horor, Until Dawn tidak mencoba terlalu keras untuk menjadi sesuatu yang ‘tinggi’. Justru karena itulah film ini berhasil. Ketika ceritanya mulai mencoba masuk ke ranah penjelasan logis, daya tariknya sedikit berkurang. Tapi akting Ella Rubin yang karismatik dan kehadiran Peter Stormare sebagai villain eksentrik menjadi penyelamat di paruh akhir film.

Bagi para penonton awam yang belum pernah menyentuh gamenya, film ini tetap terasa seru. Ia bukan sekadar adaptasi kosong, tapi sebuah interpretasi liar dari semangat game-nya, lengkap dengan darah, teriakan, dan kelucuan yang tak terduga. Kadang, kita memang hanya butuh tontonan horor yang tahu dirinya konyol, dan Until Dawn melakukan itu dengan penuh percaya diri.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi
EditorFahrul Razi
Follow Us