Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Penilaian Film: Karate Kid: Legends, Jackie Chan Kembali

DF-43213_r.jpg
Dok. Sony/Karate Kid: Legends
Intinya sih...
  • Karate Kid: Legends menghadirkan rasa baru tetapi setia pada nilai lama
  • Li Fong, sosok penerus yang patut diperhitungkan dalam cerita ini
  • Film ini lebih dari sekadar duel, tetapi juga tentang pesan moral yang relevan

GENRE: Action

ACTORS: Jackie Chan, Ben Wang, Ralph Macchio

DIRECTOR: Jonathan Entwistle

RELEASE DATE: 28 Mei 2025

RATING: 3/5

Setelah sukses besar Cobra Kai yang ditayangkan hingga enam musim, Karate Kid: Legends menjadi penanda kembalinya Ralph Macchio sebagai Daniel LaRusso dalam sebuah film layar lebar yang juga melibatkan Jackie Chan sebagai Mr Han dari versi reboot tahun 2010. Disutradarai dengan pendekatan penuh hormat terhadap warisan The Karate Kid, film ini tidak hanya menyatukan dua generasi bintang laga, tapi juga menghadirkan energi segar lewat tokoh remaja bernama Li Fong (diperankan Ben Wang), yang menjadi murid baru di bawah bimbingan Mr Han dan LaRusso.

1. Karate Kid Rasa Baru yang Tetap Setia pada Nilai Lama

DF-43397_r.jpg
Dok. Sony/Karate Kid: Legends

Tiga tahun setelah peristiwa Cobra Kai, Daniel LaRusso kini hidup tenang layaknya Mr Miyagi di masa lalu. Namun ketenangan itu terusik ketika Mr Han datang dan memintanya turun tangan sekali lagi. Film ini tidak sekadar mengandalkan duel dan jurus, tetapi menyisipkan pesan klasik: bahwa pertarungan sejati dalam seni bela diri bukanlah soal menang, tapi soal menghindarinya sebisa mungkin.

Ralph Macchio di usianya yang ke-63, ia mungkin tidak lagi semuda dulu, tapi semangat dan filosofi Miyagi-Do masih kuat dalam dirinya. Ia bahkan telah mencapai sabuk hitam dalam gaya Gōjū-ryū. Gaya yang menjadi dasar dari Miyagi-Do yang tenang dan defensif. Kehadiran Ralph Macchio membawa sebuah benang merah yang jelas bagi dunia Karate Kid lama dan baru.

2. Li Fong, Sosok Penerus yang Patut Diperhitungkan

DF-44677_r.jpg
Dok. Sony/Karate Kid: Legends

Bintang muda Ben Wang tampil memukau sebagai Li Fong—remaja canggung yang ternyata punya potensi besar. Macchio bahkan menyebut Wang sebagai bagian favoritnya dari film ini. “Dia melakukan hampir semua stunt-nya sendiri, dan benar-benar bekerja keras,” ujarnya. Wajah Li yang kikuk namun simpatik menjadikannya pusat emosi cerita, mengingatkan kita bahwa The Karate Kid selalu tentang orang biasa yang bisa jadi luar biasa.

Kehadiran Daniel LaRusso di tengah cerita berfungsi memperkaya sisi 'karate' dalam dunia yang sebelumnya lebih didominasi kungfu (ala Mr Han). Kombinasi dua pendekatan bela diri ini memberikan variasi menarik dalam koreografi pertarungan, yang kali ini dibuat lebih modern, cepat, dan penuh potongan ala film aksi masa kini.

3. Lebih dari Sekadar Duel, Ini Tentang Mengejar Harapan

DF-45204_45224_rv2.jpg
Dok. Sony/Karate Kid Legends

Satu hal yang membuat Karate Kid: Legends terasa istimewa adalah pesan moralnya yang tetap relevan lintas generasi. Seni bela diri di sini bukan untuk membangun prajurit, tapi untuk mendidik manusia agar mampu mengendalikan dirinya. "Bertarung selalu menjadi pilihan terakhir," kata Macchio, sebuah prinsip yang menjadi benang merah dari semesta Karate Kid sejak 1984.

Film ini juga sukses membangun chemistry antarpemain lintas usia, menjadikannya tontonan keluarga yang menyentuh. Ada nuansa Fame, di mana kita menyaksikan para remaja bertumbuh melalui disiplin dan kegagalan. Semuanya terasa aman dan penuh harapan, sesuatu yang makin langka di film laga modern.

4. Kekuatan Nostalgia dan Pesan Moral

DF-44389_44405_rv2.jpg
Dok. Sony/Karate Kid: Legends

Macchio, yang kini lebih banyak berkarya di balik layar, mengaku sempat ragu kembali ke waralaba ini. Namun akhirnya ia luluh karena proyek ini ditangani oleh para penggemar berat Karate Kid yang tahu betul esensinya. Ia juga mengingat momen mengharukan saat kembali bertemu Billy Zabka (pemeran Johnny Lawrence) di pemakaman Pat Morita (Mr Miyagi) pada 2005, momen yang menyatukan kembali dua rival lama sebagai sahabat.

Karate Kid: Legends bukan hanya film aksi remaja biasa. Ia adalah refleksi perjalanan panjang seorang legenda, pelestarian filosofi bela diri yang damai, dan jembatan generasi yang manis antara masa lalu dan masa kini. Ini film yang mengingatkan kita bahwa menjadi kuat bukan berarti selalu siap bertarung, tapi tahu kapan saatnya menghindar. Dan kalau film ini mengajarkan satu hal, itu adalah, semua orang bisa jadi pemenang, selama mau berusaha.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us