Kenapa Maharatu Marah ke Manusia di Film Pabrik Gula?

- Aturan jam merah diterapkan agar buruh tidak bertemu dedemit, bunyi lonceng dan peluit uap menjadi penanda waktunya.
- Kekacauan dimulai dari Naning dan Hendra yang melanggar aturan jam merah, berbuat mesum, dan mencuri perhiasan di area terlarang.
- Satu-satunya cara mengakhiri amarah Maharatu adalah dengan ritual manten tebu
Seperti yang kita tahu, konflik yang terjadi dalam film horor biasanya tercetus akibat faktor dedemit yang memang menargetkan manusianya sendiri atau karakter manusianya yang justru membuat kesalahan di tempat kediaman para makhluk astral sehingga lelembut-lelembut itu murka dan memulai teror gaib bahkan sampai ke orang lain yang tak punya kaitan terhadap masalah yang terjadi. Nah, hal itu terjadi pada film Pabrik Gula, di mana Maharatu diceritakan telah murka dan membuat kekacauan di pabrik gula tempat Endah dan lainnya bekerja.
Nah, kenapa hal itu bisa terjadi? Begini penjelasannya!
Spoiler alert di bagian pembahasan!
1. Diketahui tujuan jam merah diterapkan agar buruh tak ketemu dedemit

Nah, awalnya para tokoh utama sudah mendapat pemberitahuan kalau ada jam kuning dan jam merah.
Jam kuning ditandai dengan bunyi lonceng setiap waktu kepulangan para karyawan. Nah di situ, mereka dianjurkan harus tinggal di loji masing-masing. Mereka tak direkomendasikan untuk keluar kecuali memang urusannya benar-benar darurat sebelum jam sembilan terlewati.
Nah, begitu sampai jam sembilan, ada bunyi peluit uap yang menandakan jam merah sudah dimulai. Di momen ini, para karyawan benar-benar tak boleh keluar sama sekali karena pada momen itulah, para lelembut pabrik gula mulai berkeliaran.
2. Namun Naning dan Hendra justru melakukan hal paling terlarang

Pada awalnya, kekacauan di pabrik gula sendiri diduga disebabkan oleh Endah yang melanggar aturan jam tersebut sampai ia sempat dikejar Dalboh karena mengintip pagelaran wayang gaib yang digelar saat jam merah.
Namun menurut Mbah Jinah, apa yang dilakukan Endah sebenarnya tak berdampak apapun selain memang ia apes berjumpa dengan para dedemit.
Masalah terbesarnya justru dimulai dari kelakuan Naning dan Hendra yang sama-sama melanggar aturan jam merah dengan perbuatan yang lebih parah. Mereka diketahui sengaja memanfaatkan momen jam merah agar bisa berbuat mesum di area gudang barat yang memang tak akan disentuh manusia.
Tak sampai di situ, Naning juga diketahui menerobos batas tempat Maharatu dan mencuri perhiasan yang terdapat di siitu.
Hal inilah yang mengundang kemarahan Maharatu dan dedemit lain sampai menelan dua korban jiwa dari kalangan buruh.
3. Hanya ritual manten tebu yang bisa mengakhiri amarah Maharatu

Awalnya, Mbah Jinah dan Mbah Samin sempat mencoba mengatasi dengan memberikan sesaji berupa dua ekor hewan ternak sapi. Sayangnya, Maharatu malah menolak permintaan maaf tersebut.
Nah, usai kejadian Wati dan para buruh kerasukan, barulah Mbah Samin dan Mbah Jinah mengetahui dari Endah yang mendapat visi bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri teror dari Maharatu adalah dengan menggelar ritual manten tebu.
Masalah, ritual itu sendiri mengharuskan mereka mengubur hidup-hidup sepasang lelaki dan perempuan yang didandani layaknya pengantin. Hendra dan Wati tentu saja harus menanggung akibatnya dengan menjadi tumbal baru.
Bahkan meski Mbah Jinah sudah mengakalinya dengan boneka yang dilumuri darah pasangan terlarang tersebut, Maharatu sudah tahu trik tersebut dan bahkan menukarnya secara gaib sehingga Hendra dan Naning yang awalnya di rumah dinas mendadak berakhir terkubur hidup-hidup di lubang kuburan di ladang tebu.
Itulah penjelasan kenapa Maharatu murka dalam film Pabrik Gula.
Bagaimana pendapat kalian?
Untuk informasi yang lebih lengkap soal anime-manga, film, game, dan gadget, yuk gabung komunitas Warga Duniaku lewat link berikut:
Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku
Tele: https://t.me/WargaDuniaku