Review Komik Galaxin: Sukses Menggabungkan Budaya Gobak Sodor dan Cinta-cintaan!
Siapa yang menyangka bahwa cerita romansa ternyata bisa berkolaborasi dengan salah satu permainan klasik di Indonesia, Gobak Sodor? Nah, hal ini kebetulan direalisasikan di dalam sebuah komik komedi-romansa yang berjudul Galaxin.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Siapa yang menyangka bahwa cerita romansa ternyata bisa berkolaborasi dengan salah satu permainan klasik di Indonesia, Gobak Sodor? Nah, hal ini direalisasikan di dalam sebuah komik komedi-romansa yang berjudul Galaxin.
Galaxin, meskipun komik ini sederhana dalam menggambarkan percintaan, nyatanya justru menyimpan segudang nilai plus yang tak kita duga-duga. Komedinya yang terlihat mengalir juga memberi kesan bahwa komik ini tidak lebay dan bisa membaur dengan situasi anak remaja.
Galaxin ini bercerita tentang Arya, si atlet basket ganteng kebanggaan sekolah SMA Harapan Jaya yang jatuh cinta terhadap seorang perempuan berkulit hitam manis, yakni Gendis.
[duniaku_baca_juga]
Gendis sendiri adalah adik kelas Arya. Ia terlihat biasa-biasa saja, bukan gadis yang istimewa. Namun, ada hal yang memang membuat Arya sangat penasaran. Semuanya berawal saat pertama kali ia bertemu dengan Arya pada jam pulang sekolah.
Terus, apa yang terjadi sampai akhirnya Arya klepek-klepek banget sama Gendis? Tak hanya itu, Arya bahkan sampai rela mati-matian belajar permainan lokal terdahulu yang bernama Galasin atau Gobak Sodor. Nah, lho!
Daripada penasaran, kita langsung simak ulasannya, yuk!
[page_break no="1" title="Tak Cuma Menawarkan Romansa, Galaxin Juga Melestarikan Budaya"]
Sumber: CIAYO[/caption]
Galaxin, sebuah komik komedi romansa remaja di CIAYO yang rilis pada tanggal 23 Maret 2017. Komik Galaxin dibuat oleh dua orang dengan bidang berbeda, Yogadanu sebagai penulis cerita dan Zainul Moza sebagai ilustrator.
Bukan merupakan hal yang baru ketika kreator dari dua bidang berbeda berkolaborasi membuat sebuah karya yang unik. Tidak hanya di Indonesia, kolaborasi semacam ini juga dapat kita temui di luar negeri.
[read_more id="360580"]
Beberapa komikus yang menganut paham ini misalnya Takeshi Obata dan Tsugumi Ohba, dua kreator jenius di balik melegendanya Death Note.
Keunikan Galaxin yang tak ditawarkan oleh kisah romansa remaja lain adalah tak sekadar menjadi cerita cinta-cintaan, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya pelestarian budaya bangsa. Salah satunya adalah bagaimana komik ini sangat melestarikan permainan zaman lampau sebelum era smartphone menyerang, yakni Galasin atau Gobak Sodor.
Gobak Sodor. Sumber: Okezone[/caption]
Galasin atau Gobak Sodor adalah sejenis permainan daerah asal Indonesia, merupakan sebuah permainan yang terdiri dari dua grup. Masing-masing tim terdiri dari 3-5 orang.
Inti permainan Galasin ini hanyalah mengadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan, seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
[page_break no="2" title="Kisah Cinta dan Slice of Life yang Nggak Biasa"]
Sumber: topsy.one[/caption]
Kalau bicara soal cinta-cintaan, alur cerita Galaxin memang termasuk “pasaran”. Namun, Galaxin tidak terasa membosankan. Di sinilah letak keunikan cerita Galaxin.
Perjuangan seorang Arya demi mendapatkan hati Gendis ini terbilang tak biasa. Arya memang seorang atlet basket, namun ia rela memelajari olahraga Gobak Sodor sedemikian keras hanya untuk memikat hati Gendis. Plot yang tak biasa, bukan?
[duniaku_adsense]
Arya tak seperti Lupus yang terus-menerus humoris atau Dilan yang terus-menerus karismatik. Walau ganteng, ia tak terlihat terlalu mencolok. Misalnya, ia suka latah saat tersandung, kaget, atau terjatuh.
Gambaran ini tentu saja terlihat seperti melawan arus, di mana orang ganteng biasanya terlihat elegan dan sempurna. Arya tidak demikian, ia seperti orang ganteng di dunia nyata pada umumnya. Kadang-kadang kelihatan cool, tapi kadang-kadang juga bisa kelihatan kocak.
Sumber: InstaRix[/caption]
Untuk mendukung Arya meraih tujuannya, tokoh lain juga dihadirkan sebagai pendukung. Ia adalah Guntur, rekan basket Arya. Lucunya, Arya dan Guntur ini ke mana-mana selalu bedua. Kalau ada Arya, pasti ada Guntur.
Salah satu kelucuan Arya dan Guntur bisa dibaca pada Episode 10: Duel. Episode ini bercerita tentang perekrutan tim Galaxin Arya di ekskul futsal.
[read_more id="359849"]
Di episode ini ada adegan saat Guntur meledek Arya, “Fuuh… akhirnya cowok hits nomer satu bertemu cowok hits nomer dua, kalo cewek-cewek pada tahu bisa rame juga.”
“Oi Guntur, kamu udah mulai mirip ya…” balas Arya.
“Mirip? Mirip siapa?”
“Lambe Turah.”'
[duniaku_baca_juga]
Di Episode 10 ini, bukan cuma kelakuan Arya dan Guntur yang membuat pembaca senyum-senyum sendiri, tetapi juga kelakukan guru BP ganteng berkumis yang mempunyai jurus tatapan mata untuk “membekukan” murid.
Ada juga sesi pertandingan futsal antara Dirga dan Arya di lapangan. Namun, ini bukan sembarang pertandingan. Pertandingan futsal ini adalah salah satu cara Arya untuk mendapatkan hati Gendis secara tidak langsung.
Arya dan Dirga bersepakat, jika Arya berhasil menjatuhkan mistar di atas gawang, maka Dirga harus bergabung dengan tim Galaxin Arya. Bayangkan, demi cewek, Arya rela melakukan olahraga yang bukan keahliannya.
Terasa nostalgic, nggak sih? Kalangan milenial tahun 90-an pastinya pernah melakukan satu atau dua kali “pertunjukkan olahraga” semacam itu untuk membuat gebetan terkesan, misalnya lomba lari atau menjebol gawang lawan saat bermain futsal. Galaxin ini memang jenius dalam menyuntikkan “budaya jadul” yang semakin redup.
Ngaku Aja, Kamu yang Lahir di Era 90-an, Pasti Pernah Berusaha Membuat Gebetan Terkesan dengan Olahraga. Sumber: target="_blank" >Youtube[/caption]
Plot seperti ini unik, karena tanpa gombalan manis pun bisa terlihat romantis. Perempuan sebetulnya cuma ingin mengetahui seberapa usahamu untuk mendapatkannya.
Baca lanjutannya di halaman berikutnya, guys.
[page_break no="3" title="Gaya Ilustrasi Non-Manga dan Cerita Klasik Dengan Budaya Lokal 90-an"]
Sumber: CIAYO Blog[/caption]
Ilustrasi komik Galaxin sekilas mengingatkan kita akan komik-komik lokal terdahulu. Galaxin ini tidak mengambil gaya seperti manga pada umumnya, namun memiliki banyak penggemar yang luas.
Keunggulan ilustrasi komik Galaxin ini adalah menggambarkan situasi Indonesia yang cukup kental. Seragam putih abu-abu, warna rambut cokelat alami atau hitam, dan situasi kemacetan di Indonesia, semuanya berkumpul di dalam komik ini.
[duniaku_baca_juga]
Untuk ukuran komik kekinian, Galaxin cukup berani mengambil risiko mewarnai rambut degan warna normal, serta menggambarkan “ketampanan dan kecantikan” yang Indonesia banget. Biasanya, para komikus akan lebih milih mengambil ilustrasi manga-style dengan warna rambut warna-warni seperti ketumpahan cat.
Kelogisan cerita komik Galaxin juga tak kalah menarik. Selain budaya 90-an, ada kerja sama tim, persahabatan, dan kehidupan sekolah yang bisa kita temui di dunia nyata. Semua aktivitas komunikasi dilakukan dengan cara yang natural, tidak semata-mata kepo melalui media sosial.
[read_more id="352645"]
Bagaimana pun, pada akhirnya cinta-cintaan memang tak cukup hanya lewat perangkat teknologi, kan? Waktu jaman kita sekolah, kamu juga pasti merasakan hal serupa. Walau teknologi sudah canggih, tetapi ada kalanya kamu juga harus bertatap muka. Galaxin menyuguhkan nostalgia ini untuk kita resapi.
[page_break no="4" title="Dikemas Secara Natural dan Tidak Berlebihan"]
Sumber: CIAYO[/caption]
Komik Galaxin adalah salah satu contoh komik lokal yang realistis dan tidak menye-menye. Tidak ada penindasan antar para pejuang cinta. Semua bersaing secara sehat, bahkan menyehatkan.
Dialog agak baku pada komik ini juga tidak memberikan kesan tidak gaul, justru di sanalah poin menariknya. Yogadanu, selaku penulis, mampu mengemas dialog baku menjadi humor sederhana, tapi mengocok perut.
Walau dialognya lebih sering menggunakan “aku-kamu” atau “saya-kamu”, komik ini tetap terlihat lucu dan menarik. Salut untuk Yogadanu dan Zainul Moza. Mereka mampu membuktikan bahwa yang baku belum tentu kaku. Sukses terus, Galaxin!