Amati, Tiru, Modifikasi: Sebuah Praktek Lumrah dalam Industri Kreatif!

Tidak ada lagi ide yang benar-benar 100% asli, semuanya hanya merupakan olahan dari sesuatu yang sudah pernah ada sebelumnya. Di sinilah muncul metode Amati, Tiru, Modifikasi sebagai solusi.

Amati, Tiru, Modifikasi: Sebuah Praktek Lumrah dalam Industri Kreatif!

Semakin hari, semakin sulit untuk menemukan ide yang benar-benar otentik. Bagaimana tidak? Kita bukan manusia pertama yang hidup di bumi, bukan? Tidak ada lagi ide yang benar-benar 100% asli, semuanya hanya merupakan olahan dari sesuatu yang sudah pernah ada sebelumnya.

Ide orisinil bisa dikatakan sebagai barang langka di zaman modern seperti ini. Kelangkaan ide inilah yang kemudian seringkali memicu perdebatan. Beberapa orang bahkan seringkali kepedean menghakimi karya-karya yang terlihat mirip dengan sesuatu—mereka mengatakan bahwa karya-karya itu termasuk tindakan plagiarisme. Padahal, sejatinya, mirip bukan berarti plagiat.

Secara definisi, plagiarisme merupakan sebuah aktivitas mengklaim karya atau ide orang lain sebagai milik kita. Dari sini, kita bisa melihat bahwa plagiarisme bukan membuat sesuatu yang mirip, tetapi mencuri sesuatu milik orang lain. Membuat dan mencuri adalah dua hal yang berbeda, bukan?

Jika ditilik lebih jauh, pada dunia industri, ada metode yang sering kita sebut sebagai ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Industri apa pun, termasuk industri kreatif, pasti melakukan praktek ini. Menariknya, meskipun sering dianggap plagiat, ATM sebenarnya jauh berbeda dengan plagiat.

Lalu, apa sih sebenarnya ATM itu? Apa yang membedakan ATM dengan plagiat? Apakah ATM memang digunakan dalam kehidupan sehari-hari? Yuk, simak penjelasannya!

Amati, Tiru, Modifikasi: Sebuah Praktek Lumrah dalam Industri Kreatif! Sumber: Screenrant[/caption]

Sebelum mulai membahas perbedaan antara ATM dan plagiat, ada baiknya kita mengetahui definisi ATM terlebih dahulu.

ATM sebenarnya merupakan akronim dari kata Amati, Tiru, dan Modifikasi. Dalam dunia industri, ATM adalah praktek yang umum dilakukan. Pada dasarnya, prinsip ATM adalah untuk mempelajari dan meniru sebuah ide yang telah ada, untuk kemudian DIMODIFIKASI menjadi sesuatu yang baru dan berbeda.

Lalu, apakah prinsip ini menjadikan ATM sebagai sesuatu yang ilegal? Tentu saja tidak.

Situs BigThink sendiri memaparkan bahwa sebenarnya tidak ada ide yang benar-benar original. Semua karya, sebenarnya merupakan campuran dari satu atau dua ide yang telah ada sebelumnya, dengan tambahan atau modifikasi yang diperlukan.

Pada situs CIAYO sendiri telah dipaparkan bahwa ATM tidak sama dengan tindakan plagiat. ATM menyertakan proses berpikir untuk memodifikasi objek yang sudah ada menjadi sesuatu yang unik, sedangkan dalam proses plagiat tidak pernah ada proses tersebut—alias cuma mengklaim dan mencuri.

Amati, Tiru, Modifikasi: Sebuah Praktek Lumrah dalam Industri Kreatif! Sumber: DeviantArt[/caption]

Bahkan, siapa yang menyangka bahwa nama-nama besar seperti Shakespeare, Bob Dylan, hingga Mozart dan Picasso baru menemukan gaya khas mereka setelah beberapa kali melakukan proses amati, tiru, dan modifikasi dari kreator dan inovator yang mereka puja.


Jadi, apa bedanya ATM dan plagiat? Lihat halaman selanjutnya!

Amati, Tiru, Modifikasi: Sebuah Praktek Lumrah dalam Industri Kreatif! Teringat sesuatu? Sumber: Blogspot[/caption]

Beberapa orang tampaknya masih kurang mampu membedakan konsep modifikasi dan plagiarisme. Tak jarang kita melihat kasus kreator yang dicap plagiat, hanya karena mereka membuat karya yang mirip dengan satu atau dua karya terkenal. Padahal, konsep plagiat sendiri tidak pernah ada hubungannya dengan kemiripan, tetapi lebih ke arah false claim alias klaim palsu terhadap karya orang lain.

Kalau berbicara pada konteks “kemiripan” berarti ada sesuatu yang dimodifikasi alias berbeda. Tidak benar-benar sama. Kita tidak berbicara soal pencurian atau klaim palsu, tetapi berbicara soal upaya untuk menjadi berbeda.

Mari berkaca pada Marvel dan DC, dua perusahaan komik raksasa di Amerika Serikat itu malah saling bertukar “serangan” ATM terhadap satu sama lain. Deadpool terinspirasi dari Deathstroke, Commander Steel terinpirasi dari Captain America, Black Cat terinspirasi dari Catwoman, dan lain-lain. Apakah berarti keduanya melakukan tindakan ilegal? Tidak.

Contoh lainnya bisa kita lihat dari Naruto yang ternyata mendapatkan inspirasi dari Hunter x Hunter. Juga tokoh komik lokal legendaris Gundala, yang ternyata terinspirasi dari superhero buatan DC Comics, The Flash. Hasmi—kreator asli Gundala—bahkan mengakuinya sendiri saat konferensi pers.

Kesimpulannya, ATM dan plagiat merupakan dua hal yang berbeda. Yang membuat kedua hal ini tak sama adalah proses berpikirnya. Pada ATM, kita melibatkan proses berpikir dan modifikasi selama penggodokan ide. Pada plagiarisme, kita mencuri dan benar-benar plek sama dengan yang aslinya.

Amati, Tiru, Modifikasi: Sebuah Praktek Lumrah dalam Industri Kreatif!

Sebagai penutup, kami berpesan untuk tidak terlalu terpaku memikirkan soal keaslian ide. Mencari ide yang seratus persen orisinil adalah sebuah upaya yang mustahil. Hal ini justru ditakutkan akan menjadi bumerang alias memadamkan semangat berkarya secara perlahan. Tak ada salahnya terinspirasi, yang dilarang adalah mencuri atau membuat klaim palsu.

No minder day, no mager day. Tetaplah berkarya, jangan dengarkan orang-orang sirik!

Diedit oleh Snow

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU