Inilah Empat Korban Karoshi Yang Paling Tragis di Jepang
Nomor empat adalah kasus yang paling tragis dan membukitkan beratnya kerja di Jepang
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Empat kasus kematian akibat kebanyakan bekerja ini akan membuat kamu berpikir bagaimana sulitnya bekerja di Jepang
Akhir-akhir ini kata karoshi menjadi kata yang ramai diperbincangkan di seluruh media internasional. Bagi yang belum tahu karoshi adalah sebuah istilah Jepang yang bermakna “mati karena kelelahan bekerja”. Penyebab karoshi sendiri biasanya karena serangan jantung, stroke atau bunuh diri akibat dari stress dan kelaparan karena ketatnya pekerjaan atau pekerjaan tersebut menuntut waktu lembur yang banyak dan membuat kondisi kesehatan dari pekerja tersebut memburuk dari hari ke hari.
Karoshi sendiri pertama kali ditemukan di tahun 1969 ketika ada seorang pria berumur 29 tahun yang bekerja di bagian distribusi Koran Jepang meninggal dunia akibat stroke. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1978 untuk merujuk kepada kasus kematian akibat kelelahan bekerja yang semakin banyak di era tersebut.
[duniaku_baca_juga]
Penyebab dari karoshi sendiri juga disinyalir akibat cara dan jam kerja yang sangat berat dan padat. Untuk memulihkan ekonomi mereka pasca Perang Dunia II, para pekerja Jepang dituntut untuk bekerja lebih keras dan lebih banyak. Para pekerja Jepang juga sering dituntut untuk lembur dan sering tidak dibayar. Hal ini membuat tingkat stress para pekerja ini semakin meningkat.
Banyaknya kasus karoshi akhir-akhir ini menarik perhatian media internasional karena kasus ini sudah menjadi fenomena tersendiri di Jepang. Untuk mengungkap seberapa tragisnya karoshi di Jepang, berikut empat korban karoshi yang paling tragis dan paling menghebohkan di Jepang.
[page_break no="1" title="Naoya"]
Ilustrasi pekerja yang kelelahan[/caption]
[duniaku_adsense]
Sangat jarang orang yang setelah lulus kuliah langsung mendapat pekerjaan di perusahaan besar. Hal itu dirasakan oleh seorang ibu bernama Michiyo Nishigaki sangat bangga ketika anak satu-satunya bernama Naoya Nishigaki bekerja di sebuah perusahaaan besar di bidang komunikasi setelah menyelesaikan kuliahnya.
Ibunya sendiri waktu itu berpikir bahwa pekerjaan tersebut cocok dengan Naoya yang menyukai IT dan segala hal berbau komputer. Namun dua tahun setelah ia bekerja sesuatu yang tidak biasa dan berbahaya mulai terjadi.
“Ia bilang kepada saya bahwa ia sibuk, tetapi ia berkata bahwa ia baik-baik saja” kata Nishigaki. “Tetapi ketika ia datang ke rumah untuk pemakaman ayah saya ia berkata bahwa ia tidak bisa beranjak dari tempat tidur. Ia berkata: Biarkan saya tidur sejenak, saya tidak bisa bangun. Maaf, Bu, biarkan saya tidur”.
[read_more id="327049"]
Setelah ia mengetahui ada yang salah dengan buah hatinya ia langsung menghubungi teman-temannya dan ia menemui fakta bahwa anaknya terlalu banyak bekerja.
“Ia biasanya selalu bekerja sampai kedatangan kereta terakhir, tetapi jika ia ketinggalan kereta ia akan tidur di mejanya. Kejadian yang paling parah ia terkadang harus lembur dari jam 10 malam sampai besok pagi dan bekerja selama 37 jam”, sambung Nishigaki.
Akibat dari kejadian ini Naoya meninggal pada umur 27 tahun akibat overdosis dari obat stress yang diberikan. Kematian dia resmi disebut sebagai kasus karoshi. Ibu dari Naoya merasa sangat terpukul atas kejadian ini.
[page_break no="2" title="Pekerja bangunan berumur 23 tahun"]
Pembangunan Studio untuk Olimpiade Tokyo 2020[/caption]
Pada 11 Oktober 2017 kemarin, seorang pekerja bangunan di Jepang dikabarkan meninggal dunia akibat bunuh diri. Pekerja tersebut sedang berada di proyek pembangunan studio olimpiade baru untuk Olimpiade Jepang pada tahun 2020. Pekerja ini telah bekerja selama 190 jam selama sebulan sebelum mengakhiri hidupnya pada Maret kemarin.
Pekerja ini telah bekerja 80 jam melebihi jam normal dan masuk dalam kategori karoshi. Pekerja yang baru bekerja selama kurang dari setahun ini dilaporkan bekerja selama 160 jam di bulan Januari.
Kematian dari pekerja ini mendapat perhatian di seluruh Jepang pada bulan Juli ketika keluarga korban melapor ke pemerintah untuk membuktikan bahwa ia adalah korban karoshi.
Mayat dari pria ini ditemukan di sebuah gunung di pusat Jepang pada April, seminggu setelah ia hilang. Petugas menemukan sebuah catatan terakhir dari korban yang mengatakan “sudah mendorong dirinya sampai batas secara mental dan fisik”.
Menurut statistik, pekerjaan yang berkaitan dengan konstruksi menjadi penyumbang terbanyak korban karoshi di Jepang dengan 16 korban yang diketahui oleh pemerintah Jepang pada tahun lalu.
Masih ada lagi dua kasus akibat karoshi yang paling tragis di Jepang. Cek halaman berikutnya untuk melihat dua kasus tersebut
[page_break no="3" title="Miwa Sado"]
Miwa Sado[/caption]
[duniaku_baca_juga]
Berita tentang kematian Miwa Sado sempat viral di media sosial dan di pemberitaan media internasional. Miwa Sado yang merupakan seorang jurnalis politik di lembaga penyiaran public di Jepang, NHK telah meninggal akibat gagal jantung.
Otoritas di Tokyo menyatakan bahwa nyawa perempuan berusia 31 tahun itu melayang akibat mengalami gangguan kesehatan dari karoshi. Sado yang bekerja di kantor pusat NHK di Tokyo ini, bekerja selama 159 jam dan hanya mengambil dua hari libur selama sebulan. Hal ini yang menyebabkan penyakit gagal jantung yang menimpanya pada bulan Juli 2013 kemarin.
Miwa ditemukan tak bernyawa oleh temannya di tempat tidur di apartemennya di Tokyo pada Juli 2013. Sado sendiri pernah meliput untuk pemilihan di pemerintahan metropolitan Tokyo dan untuk parlemen Jepang sebulan sebelum kematiannya di tahun 2013. Deadline yang luar biasa ketat dan tekanan kerja yang luar biasa membuat kesehatannya terus menurun. Ia meninggal tiga hari setelah pemilihan pemerintahan tinggi Jepang selesai.
[read_more id="323827"]
Menurut orang tuanya, Miwa mengaku sangat sibuk pada saat itu. Ayah Miwa berkata bahwa ia adalah anak yang jarang mengeluh. Satu hari sebelum ulang tahunnya pada 27 Juni ia mengirim email kepada ayahnya dan berkata “Saya sangat sibuk serta stress dan berpikir untuk berhenti kerja setidaknya satu hari, tapi saya rasa saya harus bertahan”.
Pihak NHK sendiri menyatakan bahwa kematian salah satu reporternya merupakan kesalahan organisasi secara keseluruhan, termasuk sistem ketangakerjaan dan bagaimana pemilu harusnya diliput.
[page_break no="4" title="Matsuri Takahashi"]
Matsuri Takahashi[/caption]
[duniaku_adsense]
Kasus ini merupakan kasus yang paling fenomenal di Jepang dan membuka mata dunia tentang karoshi. Seorang karyawati cantik bernama Matsuri Takahashi memutuskan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri akibat merasa tertekan dengan pekerjannya. Perempuan ini bunuh diri pada hari Natal tepatnya pada tanggal 25 Desember 2015.
Media Jepang, Asahi melaporkan berdasarkan pernyataan pengacara keluarga bahwa jumlah jam lembur Matsuri pada 9 Oktober hingga 7 November 2015 mencapai 105 jam belum lagi ia harus bekerja lembur hingga 70 jam dalam sebulan.
Perempuan yang bekerja untuk perusahaan periklanan terbesar di Jepang, Dentsu ini mulai bekerja pada April 2015. Sebelum ia meninggal ia sempat menulis sesuatu di sosial media diantaranya adalah “Aku ingin mati” dan “Mental dan fisik saya sudah hancur”.
Akibat kasus ini CEO dari Dentsu Tadashi Ishii memutuskan untuk mengundurkan diri. “Saya mengundurkan diri sebagai tanggung jawab meninggalnya staf kami. Mulai sekarang penanganan sumber daya manusia akan semakin diperbaiki agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.”, ungkap Ishii kepada pers pada Rabu, 28 Desember 2016 kemarin.
Kasus ini membuat mata Kementrian Tenaga Kerja Jepang terbuka dan semakin gencar dalam mempromosikan jalan keluar jika ada pekerja yang sudah mengalami lembur di luar jam normal seperti meluncurkan program “Premium Friday” dimana para pekerja bisa pulang lebih dulu di Jum’at terakhir di tiap bulannya agar mereka bisa menikmati hidup mereka di luar kerja dan bisa melakukan aktivitas lainnya.
Itulah empat kasus karoshi yang paling tragis di Jepang. Pelajaran yang bisa diambil dari kasus ini adalah agar kita juga tahu batasan kita dalam bekerja dan melakukan aktivitas lain yang menggembirakan hati dan melepas stress agar siap untuk bekerja kembali dengan semangat.
Diedit oleh Fachrul Razi