Rapat Pleno Studi dan Perencanaan Ekonomi Kreatif: "Animasi Dapat Merevolusi Industri Secara Cepat"

“Patut kita ketahui Presiden pertama didunia yang mengunjungi Disney Land adalah bapak Ir. Soekarno pada tahun 1956 sedangkan Disney Land pada saat itu baru berdiri kurang lebih 1 tahun, yang mana pada tahun 1955 menjadi tahun didirikannya. Artinya mungkin saja presiden Soekarno sadar bahwa cara merevolusi secara cepat yaitu dengan Animasi,” mengutip pernyataan dari Ahmad Rofig ketika mengikuti Rapat Pleno Studi dan Perencanaan Ekonomi Kreatif.

Rapat Pleno Studi dan Perencanaan Ekonomi Kreatif: Animasi Dapat Merevolusi Industri Secara Cepat

Pada tanggal 3 Juli 2014 bertempat di Balairung Kementerian Pariwisata dan Kreatif, melalui Rapat Pleno Studi dan Perencanaan Ekonomi Kreatif, membahas secara terperinci mengenai masing-masing sub sektor industri yang membangun ekonomi kreatif di Indonesia.

Terdapat sekitar 15 subsektor yang menjadi fokus pengembangan ekonomi kreatif pada tahun 2015-2025, yang termasuk kedalam subsektor tersebut diantaranya, arsitektur, desain, film,video dan fotografi, kuliner, kerajinan, mode, musik, penerbitan dan percetakan, permainan interaktif, periklanan, riset dan pengembangan, seni rupa, seni pertunjukan, teknologi informasi dan televisi serta radio.

Setiap subsektor ekonomi kreatif pastinya memiliki penekanan potensi dan permasalahan yang berbeda-beda. Namun sebagian besar subsektor menekankan pentingnya pendidikan untuk dapat menciptakan SDM yang inovasi harus dilihat sebagai aset bukan hanya sekedar faktor pendukung.

Secara khusus Focus Group Discussion (FGD) untuk subsektor Film, Video, dan Fotografi dipisahkan menjadi 4 bagian, yaitu Film, Animasi, Video dan Fotografi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakter secara mendasar dan pelaku dari keempat bagian dalam subsektor Film, video, dan Fotografi.

Berbicara mengenai animasi, merupakan suatu hasil karya kreatif yang disenangi oleh banyak orang, baik itu dari kalangan anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Saat ini perkembangan untuk animasi sangatlah begitu cepat, tentunya juga dibarengi dengan kemajuan teknologi yang ada pada saat ini.

Apabila kita melihat perkembangan animasi di negara kita, bisa dikatakan sedikit tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya. Walaupun tertinggal perkembangan animasi saat ini bisa dibilang cukup baik. Pasalnya sudah lumayan banyak orang yang tertarik untuk terjun didalamnya, maka dari itu animasi termasuk menjadi salah satu penggerak ekonomi kreatif di Indonesia.

Di subsektor animasi, “pembiayaan tidak hanya terbatas pada penyediaan dana tetapi juga terkait dengan upaya-upaya penciptaan model bisnis yang membuat industri animasi dapat berkembang secara berkelanjutan,” ujar Ahmad Rofiq dari subsektor animasi.

Rapat Pleno Studi dan Perencanaan Ekonomi Kreatif: Animasi Dapat Merevolusi Industri Secara Cepat

Kita juga harus berbangga karena sudah ada beberapa karya animasi anak bangsa yang telah dihasilkan seperti Meraih Mimpi, Battle of Surabaya karya dari Yogyakarta dan kini sedang bekerjasama dengan Walt Disney untuk menggembangkannya, serta karya anak bangsa terbaru  Kuku Rock You yang juga akan menghiasi pertelevisian di hari minggu kalian.

“Patut kita ketahui Presiden pertama didunia yang mengunjungi Disney Land adalah bapak Ir. Soekarno pada tahun 1956 sedangkan Disney Land pada saat itu baru berdiri kurang lebih 1 tahun, yang mana pada tahun 1955 menjadi tahun didirikannya. Artinya mungkin saja presiden Soekarno sadar bahwa cara merevolusi secara cepat yaitu dengan Animasi,” mengutip pernyataan dari Ahmad Rofig.

Rapat Pleno Studi dan Perencanaan Ekonomi Kreatif: Animasi Dapat Merevolusi Industri Secara CepatPresiden Pertama Indonesia Bapak Ir.Soekarno bersama pendiri Walt Disney: Walter Elias Disney.

Dalam FGD Ahmad Rofig menyampaikan “visi dari animasi adalah untuk merubah karakter, menciptakan SDM yang handal, industri yang dinamis, serta lingkungan industri yang kondusif.”

“Untuk masalah animasi di bidang pendidikan kendalanya adalah tidak adanya sinkronisasi antara kurikulum pendidikan dengan industri,” lanjutnya.

Dia menegaskan, “masih banyak kendala-kendala untuk mengembangkan animasi di negara ini, terutama dari segi SDMnya dan harus diperbaiki mulai dari bagaimana cara mereka belajar, seperti contoh belajar animasi dapat melaui internet seperti video streaming youtube. Berbeda apabila ingin menjadi produser melainkan harus experience dulu selama beberapa tahun baru bisa menjadi produser.”

“Masalah berikutnya adalah biaya sangat tinggi dan menjadi horror yang menakutkan bagi para pihak pelaku animator, konon katanya mungkin hal ini dikarenakann Disney pernah membuat statement bahwa pekerjaan animasi merupakan pekerjaan yang tersulit serta termahal didunia. Tapi apabila kita cari di google kita bisa lihat salah satu produksi animasi yaitu Pixar film, pendapatan dari perusahaan tersebut yang memakan biaya produksi hingga milyaran, namun pendapatan yang mereka dapat bisa sampai triliunan,” lanjut Ahmad Rofig.

“Di Negara yang animasinya maju biasanya ada dukungan dari pemimpin negaranya seperti contoh Malaysia, pada 10 tahun lalu pemimpin negara tersebut berkata bahwa negara kita harus bisa mengekspor film animasi, dan sekarang terbukti dengan munculnya Upin Ipin dan serial kartun lainnya dari negara menara kembar tersebut. Film dan animasi telah merevolusi Industri mereka, yang dahulunya produk-produk mereka kurang laku, dengan bantuan animasi produk tersebut bisa menjadi lebih menarik dan diminati, dengan kata lain animasi sangat berperan dalam banyak hal,” ungkapnya.

Semoga dengan adanya dukungan pemerintah terhadap sub sektor yang membantu Ekonomi Kreatif di Negara kita, bisa membantu bagi masyarakat yang sekaligus menjadi pelaku di bidang kreatif, untuk terus mengembangkan bakat serta kreatifitas yang mereka miliki.

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU