Heboh! Ternyata 40 Persen Orang Jepang Jones Akut
Merasa kamu paling jones di Indonesia? Tenang-tenang, orang Jepang lebih ngenes kok, ini buktinya 40% orang Jepang usia 30 tahun saat ini masih Jones!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yang kita bayangkan selama ini salah, 40% orang Jepang ternyata masih perawan dan perjaka, bahkan banyak diantara mereka yang masih jones, alias jomblo ngenes tingkat akut.
Dari berbagai pengaruh industri film dewasa, budaya gravure, dan banyaknya fitur fan-service di game atau pun film Jepang, membuat kita beranggapan bahwa banyak orang Jepang yang sudah tidak menjaga kesuciannya. Pernyataan itu benar, jika kita kembali ke era 80-an, dimana perekonomian Jepang masih stabil. Para era itu, orang Jepang terutama para gadis tidak malu jika mereka tak lagi perawan sebelum menikah. Meskipun mereka tak perawan lagi, hidup mereka masih terjamin dengan baik.
[youtube_embed id="-8jixGCF1pw"]
[read_more link="http://www.duniaku.net/2014/12/29/ke-apatis-an-orang-jepang-untuk-berumah-tangga-mengancam-ekonomi-global/" title="Ke-‘Apatis’-an Orang Jepang Untuk Berumah Tangga Mengancam Ekonomi Global"]
Namun, dengan perkembangan jaman kini semua telah berubah. Kenyataannya orang Jepang masih banyak yang menjaga kesuciannya. Kini masa muda orang Jepang sudah tak lagi peduli tentang hubungan percintaan apalagi hubungan seks. Dari survey yang dilakukan pemerintah minggu ini menyatakan bahwa 40% (2 dari 5) orang Jepang usia dua puluh hingga tiga puluh tahun masih tidak mau memikirkan hubungan romantis dengan pasangan, bahkan mereka beranggapan bahwa hubungan percintaan tersebut "mengganggu." Bahkan bagi mereka yang menginjak umur 40 tahun pun masih ada juga yang sudah kehilangan rasa ketertarikannya pada lawan jenisnya. Hal ini dibuktikan adanya kelas "Nude Art" yang membantu para pria untuk membantu para pria usia 40 tahun keatas untuk tertarik pada gadis.
Survey lain di tahun 2010 mengatakan bahwa 25% (1 dari 4) dari pria Jepang usia tiga puluh tahun yang belum menikah masih perjaka. Dan untuk gadisnya juga tak jauh beda perbandingannya, hanya sedikit lebih kurang. Hal ini membuktikan bahwa semakin bertambahnya tahun, orang Jepang semakin tak peduli dengan hubungan romantis atau bahkan hubungan seks. Bisa dibilang jones sejati. Haha.
[youtube_embed id="HuMPPk18q3w"]
Jika dihubungkan dengan perekonomian Jepang yang mengalami stagnasi, bagaimana dampaknya jika hal ini terus terjadi hingga kedepannya? Jepang akan mengalami klise tua. Jika dihitung, pada tahun 2060 mendatang, populasi orang Jepang bakal turun hingga lebih dari 30%. Dan lebih parahnya 2 dari 5 jumlah populasinya dipenuhi warga yang berusia lebih dari 65 tahun. Hal ini makin memperburuk perekonomian di Jepang tentunya.
Salah satu dari pria setengah baya yang masih perjaka, mau memberikan pendapatnya tentang "ketidak pedulian" orang Jepang saat ini tentang hubungan romantis. Sebut saja ia Takashi Sakai yang kini berusia 41 tahun dan belum pernah sekalipun berkencan dengan wanita. Sakai menjelaskan alasannya yaitu:
[page_break no="1" title="Menjadi Apatis dalam Hubungan Seksual"]
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/03/13/japans-disposable-workers/" title="Potret Kehidupan Para Disposable Workers di Jepang yang Menyedihkan"]
Sakai mengatakan bahwa "Ketika seorang pria pada umumnya melihat wanita dan tertarik, ia akan mengajak kecan, memegang tangannya, mencium, dan sebagainya." Lalu tambahnya "Namun itu tak terjadi padaku. Seharusnya hal itu datang secara natural oleh pria, tapi aku tak pernah merasakannya." Hal inilah yang membuatnya menjadi apatis dalam hubungan seksual. Dan hal ini tidak hanya ia rasakan sendiri, banyak pria berusia 40 tahun keatas mengikuti kelas "Nude Art" yang diselenggarakan oleh perusahaan White Hand. Mereka diberi pelajaran untuk menggambar bentuk tubuh gadis telanjang. Pelajaran yang ini mampu membantu para pria setengah baya kembali tertarik dengan para gadis dan mencoba untuk berkeluarga.
Menjadi apatis dalam hubungan seksual ini mengakibatkan masalah serius di Jepang. Hingga kini Jepang memiliki populasi paling cepat menua di dunia. Jika para warganya tidak menghasilkan anak yang cukup, dikhawatirkan tidak mampu mempertahankan kesehatan ekonomi Jepang di tahun-tahun mendatang.
[page_break no="2" title="Takut Menderita Karena Patah Hati"]
Berbeda dari drama Jepang yang berkisah mudahnya para pemuda Jepang jatuh cinta, orang Jepang yang sesungguhnya justru sangat susah untuk jatuh hati kepada pasangannya. Dari pengakuan para pria setengah baya yang mengikuti kelas White Hand, mereka memiliki pengalaman nyata yang kurang terhadap lawan jenisnya. Menurut Shingo Sakatsume, pekerja di White Hand mengatakan "Di Jepang, banyak hal yang lebih menarik dibanding cinta dan seks. Yaitu: anime, komik, game, dan olah raga." Tambahnya "Mengapa kamu harus memilih cinta dan seksual, jika ada hal lain yang menyenangkan tanpa adanya potensi untuk merasakan sakit dan menderita (hal ini merujuk pada sakitnya patah hati)."
Ilusi sebuah hubungan romansa yang sempurna dan takutnya seseorang gagal dalam hubungannya menjadi beberapa penyebab orang Jepang malas untuk memulai hubungan pacaran. Termasuk Takashi Sakai yang mengaku hingga diumurnya yang mencapai 41 tahun mengaku belum pernah sama sekali berpacaran ataupun mencium gadis. Lebih parahnya, ia tak pernah mengatakan hal ini kepada teman ataupun keluarganya.
[page_break no="3" title="Susahnya Cari Duid Untuk Hidup di Jepang"]
Kehidupan di Jepang sangat berat. Apalagi dalam masa 20 tahun terakhir, dimana ekonomi Jepang mengalami stagnasi, semua orang Jepang sangat susah untuk mencari uang. Untuk membiayai diri sendiri aja susah, apalagi untuk membiayai istri dan anak-anak. Jika kamu ingat artikel sebelumnya, ada saja orang Jepang yang hanya bisa tinggal di warnet untuk tinggal karena tak mampu membeli atau menyewa rumah. Menurut Sakatsume "Status ekonomi dan pendapatan bulanan terkait erat dengan harga diri orang Jepang. Berpenghasilan rendah berarti harga dirinya rendah." Untuk itulah banyak orang Jepang yang kehilangan hasrat untuk berkeluarga.
Nah, bagaimana menurut pembaca? Apakah kamu masih merasa kurang beruntung menjadi orang Indonesia? Atau masih merasa tidak ada yang lebih jones dibanding kamu?