Membuka Tabir Kasus Jiro Inao dan 5 Fakta Bunuh Diri di Jepang yang Begitu Mengerikan
Jepang dan bunuh diri memang bukan dua kata yang asing. Di negara yang pernah menjajah Indonesia itu, bunuh diri adalah sesuatu yang tak aneh. Bahkan bunuh diri di Jepang merupakan salah satu tindakan terhormat untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuat.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kayoko Ueno, Sosiolog dari University of Tokushima, menyebut Jepang sebagai “nation of suicide” atau bangsa yang hobi bunuh diri. Bunuh diri di Jepang menjadi cara terhormat untuk mengakui kesalahan yang telah diperbuat.
Kasus bunuh diri General Manager JKT48 Jiro Inao kembali membuka tabir gelap tradisi bunuh diri yang sudah melekat pada masyarakat Jepang. Warga Jepang, Jiro Inao (48), ditemukan tewas bunuh diri di kediaman pribadinya, di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan, pada Selasa (21/3).
Diduga motif bunuh Jiro Inao dikarenakan tekanan hebat yang ia terima selama menjabat sebagai General Manager JKT48. Hal ini tak terlepas dari popularitas JKT48 yang perlahan menurun, di mana teater JKT48 yang selalu sesak oleh penggemar mulai sepi.
[duniaku_baca_juga]
Jepang dan bunuh diri memang bukan dua kata yang asing. Di negara yang pernah menjajah Indonesia itu, bunuh diri bukanlah sesuatu yang aneh. Bahkan bunuh diri di Jepang adalah salah satu tindakan terhormat untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuat.
Nah berikut ini fakta-fakta menarik seputar kasus bunuh diri di Jepang.
[page_break no="1" title="Tradisi Sejarah Leluhur"]
Seperti sudah sedikit disinggung, tindakan bunuh diri adalah sebuah tradisi turun temurun di Jepang yang dinamakan Seppuku. Di era samurai, bunuh diri adalah pilihan terhormat alih-alih harus mati di tangan musuh. Atau ketika Perang Dunia II, di mana para tentara Jepang tak segan untuk menabrakan pesawat-pesawat miliknya ke pesawat musuh.
Tradisi mengerikan ini pun terus dipraktekan sampai di era modern. Contoh terakhirnya tentu kejadian bunuh diri yang dilakukan oleh Jiro Inao
[page_break no="2" title="Tingkat Depresi"]
[duniaku_adsense]
Depresi menjadi momok besar dan faktor utama mengapa masyarakat Jepang modern melakukan bunuh diri. Bahkan satu dari lima kasus bunuh diri terjadi karena alasan depresi. Sakit menjadi faktor selanjutnya kasus bunuh diri yang dipandang mampu memotong masa penderitaan.
[page_break no="3" title="Gantung Diri Menjadi Cara Favorit"]
Dari sekian banyak cara mengakhiri hidup, gantung diri menjadi cara favorit masyarakat Jepang. Menurut data WHO, mayoritas kasus bunuh diri di Jepang adalah dengan gantung diri.
Meskipun banyak orang mengira jika menabrakan diri ke kereta adalah cara yang paling banyak digunakan orang untuk bunuh diri. Padahal, hanya 2,1% dari kasus bunuh diri laki-laki dan 3,6% perempuan yang bunuh diri mati karena kereta.
Selain gantung diri, overdosis dan melompat dari gedung adalah cara lain orang Jepang mengakhiri hidupnya.
[page_break no="4" title="Upaya Pencegahan Bunuh Diri"]
Pada tahun 2003, pemerintah Jepang mencatat terdapat lebih dari 34.427 orang bunuh diri. Jumlah itu menjadi rekor tertinggi hingga sekarang.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, akhirnya pemerintah Jepang mengeluarkan kebijakan lewat Basic Act on Suicide Prevention yang dimulai sejak tahun 2006. Hasilnya pun cukup positif, dimana angka bunuh diri di Jepang terus menurun. Pada tahun 2014, kasus bunuh diri "hanya" mencapai 24 ribu kasus saja.
[page_break no="5" title="Film Dokumenter Tentang Bunuh Diri"]
Kasus bunuh diri di Jepang menarik hati seorang sutradara bernama Rene Duignan untuk membuat film dokumenter mengenai praktik bunuh diri berjudul Saving 10.000: Winning a War on Suicide in Japan.
[read_more id="302070"]
Film ini mengisahkan bagaimana masyakat Jepang yang terlilit utang atau masalah ekonomi, akan memilih bunuh diri supaya mendapatkan asurasi yang pada akhirnya bisa dipakai membiayai hidup orang-orang di sekitarnya seperti keluarga atau anak yang ditinggalkan.
Diedit oleh Febrianto Nur Anwari