Mengenal Seluk-beluk Balap Liar di Jepang Ala The Fast and the Furious: Tokyo Drift
Balap liar di Jepang sudah menjadi sebuah budaya urban. Menjajal dunia kebut-kebutan ilegal ini akan membawamu serasa berada di dalam film The Fast and the Furious: Tokyo Drift
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Balap liar di Jepang sudah menjadi sebuah budaya urban. Menjajal dunia kebut-kebutan ilegal ini akan membawamu serasa berada di dalam film The Fast and the Furious: Tokyo Drift.
Banyak orang yang beranggapan jika balap liar merupakan sesuatu yang berbahaya. Terlebih ini juga adalah tindakan ilegal yang melanggar hukum. Tapi bagi orang Jepang, balap liar adalah sebuah budaya urban yang terus dijaga hingga sekarang.
[duniaku_baca_juga]
Tak aneh mengapa sutradara Justin Lin memilih Jepang sebagai latar dari franchise Fast and Furious yang berjudul The Fast and the Furious: Tokyo Drift.
Jepang menyebut para pembalap jalanan dengan nama Hashiriya. Ada beberapa katagori balapan liar di Jepang. Di antaranya adalah drifting, cornering (meninkung), dan kebut-kebutan di jalur lingkaran yang disebut rullet-zoku.
Tokyo menjadi kota besar di Jepang yang menjadi favorit para Hashiriya menguji kemampuan mobil hasil modifikasi. Selain karena merupakan pusat hiburan di Jepang, Tokyo juga memiliki banyak jalanan yang cocok dijadikan balap liar. Salah satu contohnya adalah lintasan melingkar di jalanan kota Tokyo yang pas dijadikan arena rullet zoku.
Balap liar di Jepang juga sering ditemukan di kota Osaka. Bahkan di kota tersebut ada kelompok yang mengklaim turut bertanggung jawab atas berkembangnya gaya tuning yang dikenal sebagai JDM.
JDM atau Japan Domestic Market merupakan aliran/gaya yang mengacu pada barang-barang modifikasi yang diperjualbelikan di area Jepang atau bahkan diimpor ke berbagai negara.
Balap liar di Jepang pun tak cuma berada di kota-kota besar saja. Salah satu yang cukup populer adalah balap liar di pegunungan Jepang dan biasa disebut Tōge atau Touge. Dalam artian harfiah Touge adalah menyalip mobil lain di jalanan pegunungan.
Berbeda dengan balap liar di tengah kota, balap liar di pegunungan memiliki risiko yang lebih besar. Kontur jalan yang naik-turun, serta memiliki tikungan-tikungan tajam, membuat para Hashiriya diharuskan memiliki keahlian menggunakan rem tangan serta manuver-manuver ekstrim demi menjaga mobil yang melaju kencang tetap stabil.
Biasanya ada beberapa katagori balapan liar pegunungan atau Touge. Pertama adalah Cat & Mouse/Sudden Death. Di sini, para pembalap akan kejar-kejaran di mana pemenangnya adalah yang mampu menambah jarak antara mobil. Jika sang pengejar mampu memperpendek jarak, maka dialah yang memenangkan pertarungan. Begitu pun sebaliknya.
Kedua adalah Straight Up. Dilakukan pada jalanan pegunungan yang cukup lebar, pembalap akan melakukan start dengan posisi yang sama. Jadi ini seperti balapan tradisional tapi dilakukan di jalanan berbukit yang tentu punya risiko lebih besar.
Ketiga adalah Random Battle. Di sini dua pembalap mencari sendiri tipe balapan apa yang cocok dengan cara bekendara bersama-sama sambil berkomunikasi menggunakan lampu hazard.
Keempat adalah Ghost Battle. Pembalap tidak akan beradu cepat dengan pembalap lain di atas trek, melainkan beradu siapa pemilik waktu tercepat dalam sebuah balapan. Jadi, hanya satu mobil yang dibiarkan melaju dan mencetak waktu paling cepat.
Konsep balap liar Touge sendiri sempat diadaptasi dalam sebuah anime balapan berjudul Initial D karangan Shigeno Shuichi. Bahkan kabarnya, karakter utama Takumi Fujiwara terinspirasi oleh Keiichi Tsuchiya sama menggunakan Toyota AE86.
Karena balapan liar dan ilegal tentu pihak kepolisian Jepang tak tinggal diam melihat hal tersebut. Polisi Jepang telah memasang banyak alat pendeteksi kecepatan di beberapa lokasi yang sering dijadikan tempat balapan liar. Selain itu, mereka juga melakukan patroli rutin di jalanan Jepang ketika malam.
[read_more id="340600"]
Tapi para Hashiriya sudah mengetahui di mana saja letak alat pendeteksi kecepatan. Bahkan mereka memiliki alat khusus untuk mendeteksi keberadaan mobil polisi yang mendekat. Dengan begitu, balap liar di Jepang tetap "aman" dan menjadi budaya urban yang terus ada.