Kurangnya Apresiasi untuk Sony ditengah Hadirnya Vita
Saya masih ingat ketika masih duduk di Sekolah Dasar dulu, rasanya perusahaan game seperti Sony dan konsol rumahan yang bernama PlayStation atau PSOne sudah menjadi sebuah trademark yang benar-benar paten.
Saya masih ingat ketika masih duduk di Sekolah Dasar dulu, rasanya perusahaan game seperti Sony dan konsol rumahan yang bernama PlayStation atau PSOne sudah menjadi sebuah trademark yang benar-benar paten. Rasanya bahkan Nintendo pun tidak dapat mengalahkannya, Sega Saturn, Game Cube, juga bukan merupakan tandingan dari konsol yang bernama PSOne ini. Selanjutnya muncul PlayStation 2 yang kata kebanyakan orang merupakan konsol rumahan terbaik buatan Sony. Saya sendiri tidak menyangkal hal tersebut mengingat berapa ribu jam yang sudah saya habiskan di depan konsol berwarna hitam dengan logo biru itu. Game-game yang ada di konsol ini pun sangat beragam dengan kualitas grafis yang berevolusi. Mulai dari gaya pixel hingga gaya realis seperti Final Fantasy XII.
Namun, bila dilihat sekarang, kondisi Sony saat ini bisa dikatakan jauh dari masa-masa itu. Kita semua tentu tahu bahwa Sony sekarang memang tidak berada dalam masa puncaknya lagi. Seperti yang dikatakan oleh David Cole tentang bagaimana PlayStation 3 sebenarnya merupakan mesin game yang sangat kuat dengan konten yang bagus, namun sayang, tidak banyak dari konsumen yang mengerti dan sadar akan hal tersebut. Sama halnya dengan adik dari PSP yakni PlayStation Vita, justru dengan adanya fitur 3G, konsumen semakin dibingungkan dengan kemana sebenarnya produk ini disasarkan, untuk apa, dan seberapa besar konsumen membutuhkan Vita.
Secara pribadi, saya tidak menyangkal bahwa pendapat David Cole adalah benar adanya. Saya sampai sekarang masih memilih Play Station 2 dan PSP untuk sebuah gaming experience, peluncuran Vita juga tidak mendapat banyak respon yang “wah” di luar sana. Tidak seperti dulu saat PlayStation 2 pertama diluncurkan, saya juga masih ingat betapa hebohnya dulu di Surabaya, rental-rental pun banjir pengunjung. Simpel, gamer mendapatkan apa yang mereka inginkan secara langsung. Gamer membutuhkan game, dengan adanya game mereka bisa merogoh berapapun uang mereka, menghabiskan berapapun waktu mereka dengan game. Sepertinya dalam pemasaran Sony akhir-akhir ini, terutama untuk Vita, kurang akan hal tersebut. Para gamer pun ragu, seperti yang saya sebutkan di atas tadi, untuk apa dan sebutuh apakah para gamer akan mesin tersebut karena tanpa fitur 3G pun sebenarnya para gamer sudah bisa mendapatkan gaming experience yang luar biasa. Pasar Sony seperti menjadi lesu dan belum bisa mengembalikan masa kejayaannya kembali seperti dulu, Sony harus benar-benar mengambil langkah yang langsung tanpa bertele-tele untuk meraup kembali gamernya yang telah “malas”. Bukan hanya sekedar ingin beli untuk eksis saja, namun karena benar-benar butuh konsol tersebut, bukan hanya karena ingin memiliki, namun benar-benar membutuhkan kehadiran konsol tersebut di sekitar untuk menyempurnakan kebahagiaan si gamer. Saya yakin Sony mampu melakukannya, karena Sony pernah berhasil membuat para gamer membutuhkannya.