GENRE: Horor
ACTORS: Josh Brolin, Julia Garner, Cary Christopher
DIRECTOR: Zach Cregger
RELEASE DATE: 7 Agustus 2025
RATING: 4/5
Penilaian Film: Weapons: Saat 17 Anak Tiba-Tiba Hilang di Jam 2 Pagi

- Weapons adalah film horor yang membingungkan dengan pendekatan narasi multi-sudut pandang.
- Film ini menampilkan konflik antara guru, orang tua, dan sekolah dalam menghadapi kejadian hilangnya 17 anak.
- Weapons berhasil menyatukan banyak elemen: horor psikologis, drama keluarga, sindiran sosial, dan bahkan horor supernatural yang surealis.
Bayangkan sebuah malam biasa berubah jadi mimpi buruk bersama. Jam menunjukkan pukul 2:17 pagi ketika 17 anak dari kelas yang sama berjalan keluar dari rumah masing-masing tanpa alasan, seolah dikendalikan oleh sesuatu yang tak kasatmata. Mereka semua murid dari Justine Gandy (Julia Garner), dan hanya satu anak, Alex (Cary Christopher), yang tidak ikut pergi. Dari awal, Weapons langsung menanamkan rasa penasaran dan ketegangan.
Dengan pendekatan narasi dari berbagai sudut pandang sekaligus, film ini mengaburkan batas antara kenyataan dan ilusi, memberikan kesan seolah kita mendengar sebuah teror yang tidak masuk akal di tengah-tengah dunia modern. Penonton dipaksa menebak, ini kasus hilangnya anak secara masal? Ritual gaib? Konspirasi gelap? Atau sekadar tragedi sosial yang dilihat dari kacamata yang salah?
1. Antara Guru, Orang Tua, dan Sekolah

Zach Cregger, yang sebelumnya mencetak kejutan lewat Barbarian (2022), kembali menunjukkan kemampuannya memutarbalikkan ruang aman menjadi sumber bahaya. Kali ini, bukan rumah sewaan yang menyimpan monster, melainkan komunitas pinggiran kota yang mulai retak oleh kemarahan dan paranoia kolektif.
Josh Brolin tampil kuat sebagai Archer Graff, ayah yang kehilangan anak dan menjadikan guru Justine sebagai sasaran amarah. Kegelisahan yang ditimbulkan film ini sangat resonan dengan dunia nyata: mulai dari teori konspirasi seputar pendidikan, ketakutan akan "brainwashing", hingga kekerasan simbolik yang kerap dialami para pengajar.
Film ini tidak memilih satu tokoh utama, melainkan memecah narasinya menjadi enam bagian, tiap segmen memperlihatkan sudut pandang berbeda dari guru, orang tua, polisi, hingga administrator sekolah. Pendekatan ini membuat kita menyusun teka-teki secara perlahan, seperti puzzle psikologis yang mengganggu dan memikat.
2. Horor Psikologis yang Berubah di Tengah Jalan

Setelah menahan napas dalam suasana suram hampir satu jam, Weapons tiba-tiba menyelipkan tokoh aneh bernama Aunt Gladys (Amy Madigan), yang tampil seperti Mary Poppins versi setan, dengan makeup badut yang mengganggu dan karisma menyeramkan. Kehadirannya menandai pergeseran tone dari horor realistis ke absurditas yang nyeleneh, dan itu justru menjadi highlight tak terduga.
Namun di balik kekacauan itu, film ini tetap mengikat benang merahnya, bahwa dalam komunitas ini, ada dua jenis manusia, senjata dan target. Konsep ini menjadi jelas di paruh akhir, ketika kekerasan mulai meletus, dan kita menyadari bahwa "weapons" bukan sekadar sebuah teror, tapi bisa berbentuk trauma, ketakutan, bahkan anak kecil sekalipun. Dan hal ini semakin diperjelas dengan keberadaan Gladys yang terhubung langsung dengan Alex.
3. Final yang Politis dan Puitis, Meski Tak Sempurna

Film ini tidak menjelaskan semua mister, dan justru di situlah kekuatan awal film ini. Jadi, ketika Weapons mulai memberikan jawaban, tentang kenapa anak-anak hilang dan apa sebenarnya yang terjadi, sensasi horornya sedikit memudar. Imajinasi liar penonton yang sebelumnya bebas menduga, kini dibatasi oleh satu penjelasan.
Meski endingnya mantap, tapi ada beberapa bagian yang membelah opini, film ini tetap berhasil meninggalkan kesan mendalam. Cregger menciptakan dongeng gelap abad ke-21, versi modern dari kisah Grimm bersaudara, di mana orang dewasa pun bisa menjadi boneka bagi kekuatan tak terlihat, dan kota kecil bisa berubah menjadi ladang teror yang sulit dijelaskan oleh kata-kata.
4. Kesimpulan

Weapons adalah jenis film horor yang tidak hanya ingin menakut-nakuti penontonnya, tapi juga membuat mereka mikir, bertanya, dan resah. Di tangan Zach Cregger, kisah tentang anak-anak hilang berubah menjadi alegori yang gelap tentang kekerasan struktural, histeria massa, dan trauma kolektif. Semua dibalut dalam narasi yang bercabang dan visual yang menghantui.
Film ini berhasil menyatukan banyak elemen: horor psikologis, drama keluarga, sindiran sosial, dan bahkan horor supernatural yang surealis, semuanya terasa otentik. Meski beberapa penonton mungkin merasa akhir film terlalu “liar” atau tak memuaskan secara logika, justru di situlah keunikan Weapons: ia tidak mencari kenyamanan, tapi konfrontasi. Ia ingin kamu pulang dari bioskop dan tetap terjaga semalaman, bertanya-tanya bagaimana caranya?
Dengan performa akting yang kuat, gaya penyutradaraan yang berani, dan tema yang sangat kontekstual di zaman sekarang, Weapons bukan hanya horor terbaik tahun ini, tapi juga salah satu film paling relevan dan tidak terlupakan dalam satu dekade terakhir.



















