Penilaian Film Tha Rae: The Exorcist, Horor Eksorsisme Rasa Thailand

- Film horor eksorsisme dengan nuansa lokal Thailand
- Atmosfer mistis yang mencekam dengan perpaduan Katolik dan budaya lokal
- Efek spesial yang dieksekusi dengan baik dan sentuhan berbeda dalam horor religius
GENRE: Horror
ACTORS: Jirayu Tangsrisuk, Peerawit Attachitsathaporn, Thanes Warakulnokroh
DIRECTOR: Taweetwat Wantha
RELEASE DATE: 16 September 2025
RATING: 3/5
Disutradarai oleh Taweewat Wantha, nama yang sebelumnya dikenal lewat karya fantasi dan thriller, Tha Rae: The Exorcist menjadi proyek ambisius yang menggabungkan horor eksorsisme klasik dengan nuansa lokal Thailand. Naskahnya ditulis bersama Worawit Chaiwongkhod dan Buddhiporn Bussabarati, dua penulis yang sering menyelipkan elemen budaya dalam kisah-kisah populer.
Proses produksinya juga menarik, karena syuting dilakukan langsung di desa Tha Rae, komunitas Katolik terbesar di Thailand, sehingga latar tempat bukan sekadar dekorasi, melainkan bagian penting dari cerita. Diproduksi oleh Sahamongkol Film International, film ini dipersiapkan dengan skala besar, memadukan riset sejarah, penggambaran ritual Katolik, serta tradisi shaman lokal, untuk menciptakan atmosfer horor yang berbeda dari biasanya.
1. Horor Eksorsisme dengan Rasa Lokal Thailand

Film ini membawa kita ke Tha Rae, sebuah desa Katolik yang kaya akan sejarah religius. Kisah dimulai ketika iblis yang pernah dikalahkan empat puluh tahun lalu kembali dan merasuki seorang mantan imam. Upaya eksorsisme gereja pun gagal, membuat seorang imam muda harus mencari bantuan tak terduga, seorang shaman lokal dengan cara-cara non-ortodoks. Dari titik ini, film tidak sekadar menyajikan teror supranatural, melainkan juga refleksi tentang iman, keraguan, dan bagaimana tradisi berbeda bisa bertemu dalam menghadapi ancaman bersama.
2. Atmosfer Mistis yang Lumayan Mencekam

Atmosfer menjadi kekuatan utama film ini. Sinematografi penuh detail: cahaya lilin yang berkedip di dalam gereja tua, suara lonceng yang menggema di malam sunyi, serta ritual doa yang sarat simbol sakral. Semua itu menyalurkan rasa takut bukan hanya lewat jumpscare, melainkan lewat ketegangan yang dibangun perlahan. Yang membuatnya unik adalah perpaduan antara Katolik dan budaya lokal Isan-Phu Thai. Ritual-ritual shaman, mantra, dan prosesi tradisional muncul berdampingan dengan doa Latin, menciptakan kontras yang unik. Penonton bukan hanya disuguhi horor, tapi juga pengalaman budaya yang jarang muncul dalam film eksorsisme.
3. Efek Spesial dan Aktor yang Lumayan

Efek spesial dieksekusi dengan baik. Adegan kerasukan ditampilkan lewat tubuh yang melintir, tatapan kosong yang menyeramkan, serta suara-suara gaib yang menusuk. CGI dipakai secukupnya untuk memperkuat adegan klimaks, namun sebagian besar horor hadir melalui efek praktikal yang lebih nyata. Bagian puncak eksorsisme bahkan menyajikan pertempuran visual antara simbol religius Katolik dan ritual shaman, yang dikemas dramatis tanpa kehilangan ketegangan.
Dari sisi akting, Jirayu Tangsrisuk berhasil menghidupkan sosok imam yang kaku namun berprinsip, sementara Phiravich Attachitsataporn memancarkan karisma liar sebagai shaman yang berani menantang aturan. Chemistry mereka menghadirkan ketegangan sekaligus dinamika menarik, sebuah gambaran bahwa perbedaan iman bisa melebur dalam tujuan yang sama.
Protes utama kami justru datang dari berbagai elemen yang dibuat terlalu mirip dengan pengusiran setan modern barat. Seperti kewajiban mengetahui nama iblis untuk mengusirnya (mirip The Conjuring), hingga kerasukan sambil membawa-bawa senjata api jenis revolver.
4. Horor Religius dengan Sentuhan Berbeda

Secara garis besar, Tha Rae: The Exorcist tetap mengusung pola klasik film eksorsisme iblis kuno, ritual yang gagal, serta pertarungan klimaks penuh simbolisme. Namun, kekuatan film ini justru terletak pada sentuhan lokal. Latar desa Katolik Thailand, penggambaran budaya Isan, dan keberanian memadukan dua tradisi berbeda. Atmosfernya kuat, visualnya memikat, dan pesannya lebih dalam daripada sekadar “mengusir setan.”
Bagi penonton yang mencari pengalaman horor berbeda tapi dengan formula Hollywood, film ini adalah pilihan segar. Ia tidak hanya membuat bulu kuduk berdiri, tapi juga mengajak kita untuk melihat kekuatan tradisi.



















