Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Membedah Karakter Hasto dari Lupa Daratan, Sosok Kelabu yang Realistis

Emil Kusumo, pemeran Hasto Lupa Daratan di press con Lupa Daratan. (Dok. Netflix)
Emil Kusumo, pemeran Hasto Lupa Daratan di press con Lupa Daratan. (Dok. Netflix)
Intinya sih...
  • Emil Kusumo mengungkapkan peran Hasto dalam hidup Vino, menunjukkan sisi baik, kepentingan pribadi, dan area kelabu karakternya.
  • Hasto tidak terlibat dalam kutukan Vino secara langsung, tetapi menjadi akar masalah retaknya hubungan saudara dan menunjukkan sikap profesional yang kelam.
  • Hasto adalah manajer piawai membaca potensi talenta namun juga bisa melepas mereka dengan cepat demi keuntungan profesional, menampilkan pola pikir pragmatis yang mungkin ditemui di dunia nyata.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Poin 2 hingga 4 mengandung spoiler untuk Lupa Daratan, disarankan menonton dulu sebelum lanjut baca analisisnya.

Lupa Daratan (2025) resmi tayang di Netflix mulai hari ini.

Film komedi-drama ini saya beri nilai 4 dari 5 bintang dalam review sebelumnya. Chemistry kakak-adik yang jadi fondasi ceritanya begitu kuat, sementara unsur komedinya pun banyak yang benar-benar mengocok perut.

Namun kali ini, saya ingin mengalihkan sorotan ke satu karakter yang menurut saya layak dibahas lebih dalam: Hasto, sosok “antagonis” dalam film ini. Cara Hasto ditampilkan terasa beda dari antagonis komedi pada umumnya, lebih membumi, lebih kelabu, dan justru itu yang membuatnya menarik.

Seperti apa sebenarnya karakter Hasto?

Mari kita bedah bersama.

1. Perspektif Emil Kusumo

Emil Kusumo, pemeran Hasto Lupa Daratan di press con Lupa Daratan. (Dok. Netflix)
Emil Kusumo, pemeran Hasto Lupa Daratan di press con Lupa Daratan. (Dok. Netflix)

Dalam konferensi pers sebelum pemutaran film kemarin, Emil Kusumo yang memerankan Hasto, manajer Vino Agustian, mengutarakan perannya dianggap sangat berdampak dalam hidup sang aktor. “Hasto inilah yang pertama kali menemukan potensi Vino. Seorang manajer tidak hanya mengurus kontrak dan angka, tapi memiliki tanggung jawab yang besar. Di situlah kita akan melihat intensi Hasto ini sebenarnya baik atau jahat, atau bisa jadi abu-abu.”

Pernyataan Emil ini menjadi landasan menarik untuk memahami karakter Hasto. Ada niat baik, ada kepentingan pribadi, dan ada area kelabu yang membuatnya terasa seperti sosok nyata dalam industri hiburan. Dan dari sinilah beberapa aspek unik Hasto mulai terlihat, yang akan saya bahas di poin-poin berikutnya.

2. Hasto uniknya tidak terlibat dalam kutukan Vino... setidaknya, tidak secara langsung

Cuplikan trailer film Lupa Daratan
Cuplikan trailer film Lupa Daratan (youtube.com/Netflix Indonesia)

Saya sering memberi tanda kutip ketika menyebut Hasto sebagai sosok “antagonis,” karena ia bukan tipe antagonis yang bekerja secara terang-terangan. Hasto tidak mengutuk Vino, tidak merencanakan hal macam sabotase, dan tidak muncul dalam bentuk karakter licik ala kartun.

Kutukan Vino justru berawal dari kesombongan Vino sendiri, ketika ia menyombongkan bahwa kesuksesan semua filmnya berasal dari dirinya seorang, seakan-akan kru, pemain lain, dan bahkan saudaranya tidak berarti. Adegan ini bahkan digambarkan dengan humor slapstick: petir menyambar dan listrik padam sebentar, seakan alam (atau Tuhan) turun tangan menegur keangkuhannya.

Sepanjang film, masalah yang menimpa Vino memang sebagian besar bersumber dari dirinya sendiri: buta terhadap realitas, terlalu percaya diri, dan gagal melakukan introspeksi.

Namun… justru di sinilah letak menariknya Hasto.

Hasto adalah sosok yang membuat Vino memilih berpisah dari Iksan. Vino merasa Hasto lebih mampu membawanya menuju kesuksesan, berbeda dengan Iksan yang terlalu jujur dan terlalu lurus. Keputusan itu menjadi akar retaknya hubungan dua saudara ini, yang kemudian berkembang menjadi masalah emosional yang membentuk seluruh fondasi cerita.

Jadi walaupun Hasto tidak terlibat dalam kutukan secara literal, kehadirannya tetap menjadi bagian dari “akar masalah”: ia adalah pendorong awal yang membuat Vino “lupa daratan” dan meninggalkan orang yang tulus mendukungnya.

3. Hasto adalah sosok yang seram karena ia bisa beneran ada

Hasto bukan antagonis kartun yang jelas-jelas jahat, dan justru itu yang membuatnya lebih menyeramkan kalau dipikirkan dalam-dalam.

Film ini menampilkan Hasto sebagai manajer yang sangat piawai membaca potensi. Ketika ia menemukan talenta yang menurutnya bisa bersinar, ia akan mengerahkan seluruh koneksi, kekuasaan, dan pengaruh untuk mendorong mereka ke puncak. Ia bisa menjadi sosok yang membuka pintu, menaikkan nama seseorang ke level superstar.

Namun begitu talenta itu dianggap “masalah”, entah karena sikap, reputasi, atau hal-hal yang tidak menguntungkan bisnis, Hasto juga bisa melepasnya dengan cepat, seolah semua pengorbanan si talenta demi memenuhi tuntutannya tidak berarti apa-apa. Pada akhirnya, keputusan Hasto selalu kembali ke satu hal: keuntungan profesional.

Hasto juga digambarkan sebagai tipe manajer yang, ketika seorang aktris mengeluh mengalami pelecehan dari sutradara, lebih memilih memihak pihak yang lebih berpengaruh. Ia membujuk sang aktris untuk “melupakan demi karier,” menormalisasi sesuatu yang seharusnya tidak normal, sementara ia tidak melakukan apa-apa ke sang sutradara.

Dan yang membuatnya benar-benar menggetarkan adalah: tidak ada dari semua ini yang terasa seperti tindakan penjahat fantasi. Ini adalah pola pikir pragmatis yang sangat mungkin ditemui di dunia nyata, di industri hiburan mana pun.

Inilah yang membuat karakter Hasto begitu menarik: ia bukan monster, tapi produk dari ekosistem yang mengutamakan profit, reputasi, dan stabilitas. Sosok kelabu yang terasa hidup… dan itu jauh lebih menakutkan.

4. Di banyak Adegan, Hasto justru terasa sangat profesional... hanya saja profesionalnya itu kelam

Salah satu alasan Hasto tidak pernah jatuh menjadi “antagonis kartun” adalah karena ia hampir selalu ditampilkan sebagai sosok yang profesional. Atau setidaknya, versi profesional menurut standar industri yang keras.

Bahkan dalam adegan ketika Vino akhirnya sadar bahwa Hasto bisa dengan mudah membuangnya, respons Hasto bukan ledakan villain yang dramatis. Ia tidak memanggil security untuk menyeret Vino keluar studio, tidak menggunakan ancaman, tidak melakukan intimidasi fisik. Yang ia lakukan hanyalah menghina Iksan dan menegur Vino seperti seorang manajer yang kecewa dan memutus kerja sama dengan talenta yang dianggap sudah tidak bisa diandalkan.

Begitu pula ketika seorang aktris melapor mengalami pelecehan dari sutradara. Hasto memilih meminimalkan masalah, meminta sang artis untuk “membiarkan saja” demi menjaga karier, tanpa ancaman eksplisit, tanpa kekerasan verbal. Ketika aktris itu akhirnya membawa kasus tersebut ke ranah hukum, reaksinya bahkan lebih condong ke keterkejutan daripada kemarahan, seperti seseorang yang tidak mengantisipasi konsekuensi moral dari nasihat pragmatisnya.

Dan ketika Vino akhirnya bangkit kembali melalui film indie, Hasto tidak muncul untuk mengejek, meremehkan, atau mencoba menjatuhkannya. Ada kesan kalau dalam sudut pandangnya, bisnis mereka sudah selesai. Ia sudah menemukan talenta baru yang lebih “stabil,” dan tidak ada alasan baginya untuk menoleh lagi.

Sikap seperti ini, dingin, efisien, tapi tidak melodramatis, justru membuat karakter Hasto terasa lebih nyata. Ia bertindak sesuai kepentingan profesional, tidak pernah melampaui batas menjadi penjahat flamboyan. Sikap yang sangat... masuk akal bagi seseorang yang hidup di industri hiburan yang kompetitif dan penuh kompromi moral.

Nah itu hasil bedahan saya soal karakter Hasto dari Lupa Daratan. Salah satu sosok antagonis yang tergolong unik karena betapa realistisnya ia disajikan.

Kalau menurutmu gimana?

Sampaikan di kolom komentar!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us

Latest in Film

See More

Membedah Karakter Hasto dari Lupa Daratan, Sosok Kelabu yang Realistis

11 Des 2025, 19:30 WIBFilm