6 Villain Anime yang Sudah Hampir Menang, Lalu Kalah Karena Plot

- Kaido hampir menang lawan Luffy, tapi kalah karena plot memaksa Luffy menjadi Gear 5 dan pengubah dunia.
- Madara Uchiha tak terkalahkan, namun tumbang secara mendadak karena interupsi Zetsu Hitam
- Kars kalah bukan lewat pertarungan epik, tapi karena faktor random letusan gunung berapi yang menghantarkannya ke luar angkasa.
Momen protagonis anime akhirnya mengalahkan villain biasanya memang epik...
Namun harus diakui ada beberapa momen dimana villain terasa sepenuhnya kalah hanya karena plot menghendaki begitu. Mereka antara melakukan kesalahan yang awamnya tak akan mereka buat, atau protagonis bangkit meski harusnya sudah kalah.
Siapa saja villain yang sudah hampir memang lalu kalah karena plot?
Simak di bawah ini!
1. Kaido - One Piece

Kaido secara teknis mengalahkan Luffy beberapa kali. Bahkan di Onigashima pun Luffy sudah sempat K.O., kemudian jatuh dari atap Onigashima, dan karena interupsi Guernica K.O lagi dan bahkan sempat disangka mati.
Namun kemudian Luffy bangkit dengan Gear 5 dan situasinya berbalik.
Fakta bahwa Kaido berhasil menjatuhkan Luffy setidaknya tiga kali di Onigashima, sementara Luffy hanya butuh satu kemenangan untuk mengalahkan Kaido, membuat hasil akhir terasa timpang. Rasanya seperti Kaido harusnya menang, tapi kalah karena plot memang menuntut Luffy untuk menjadi Joy Boy dan pengubah dunia, maka dia pun tumbang.
2. Madara Uchiha - Naruto

Madara Uchiha tampil begitu luar biasa di Perang Dunia Ninja Keempat. Ia bukan hanya tak terkalahkan, tapi terasa seperti entitas yang berada di luar jangkauan logika pertarungan ninja biasa.
Bahkan Might Guy, yang membuka Gerbang Kedelapan dan mendesaknya hingga titik kritis, pada akhirnya tetap tumbang dan nyaris mati, sementara Madara masih bisa pulih.
Apapun yang dilakukan para protagonis, Madara selalu unggul. Ia sukses mengaktifkan Mugen Tsukuyomi dan menguasai dunia, seolah rencananya benar-benar tak terbendung.
Namun semua itu mendadak runtuh ketika Zetsu Hitam menikamnya dari belakang. Dalam sekejap, Madara tidak hanya dikhianati, tapi juga dilucuti dari peran sebagai antagonis utama.
Kaguya memang sempat disebut-sebut sebelumnya namun tetap terasa janggal ketika Madara yang telah dibangun sejak awal sebagai mastermind, justru disingkirkan begitu saja. Fans pun dibuat kecewa, bukan karena Madara kalah, tapi karena dia tidak diberi kekalahan yang layak.
3. Kars - JoJo's Bizarre Adventure: Battle Tendency

Yang membuat kekalahan Kars begitu ikonik sekaligus lucu adalah karena dia kalah bukan lewat pertarungan epik, tapi karena… faktor random yang tak terduga.
Kars telah menjadi makhluk sempurna, kebal terhadap matahari, memiliki kekuatan regenerasi mutlak, dan mampu meniru semua bentuk kehidupan. Dengan kata lain, dia sudah mencapai level eksistensi yang tidak bisa disentuh oleh teknik Ripple, apalagi oleh Joseph Joestar yang lebih mengandalkan keberuntungan dan tipu daya.
Satu-satunya hal yang mungkin bisa menyainginya adalah Stand-Stand broken dari masa depan seperti Gold Experience Requiem. Dan itu jelas belum eksis di Part 2.
Namun alih-alih dikalahkan oleh kekuatan, Kars justru terlontar ke luar angkasa karena letusan gunung berapi, mengambang selamanya dalam kehampaan kosmik. Tidak mati, tapi kehilangan arah, hingga akhirnya ia “berhenti berpikir”.
4. Eren Yeager - Attack on Titan

Jika Eren benar-benar ingin menang, ia sebenarnya punya jalan untuk melakukannya. Dengan kekuatan Founding Titan yang ia miliki, ia bisa saja menghapus kekuatan para Titan Shifter lainnya, atau lebih ekstrem lagi, mengendalikan kehendak mereka sepenuhnya. Ia bisa memaksa mereka untuk menjadi pengikut setianya dalam misi memusnahkan dunia di luar Paradis.
Dalam kondisi seperti itu, tak akan ada yang mampu menghentikannya.
Namun, kenyataannya Eren justru memberi teman-temannya (Armin, Mikasa, dan yang lain) kesempatan untuk melawan balik. Ia membuka celah, membiarkan mereka mendekat, dan pada akhirnya membiarkan dirinya dibunuh.
Hal ini menjadi petunjuk kuat bahwa jauh di dalam dirinya, Eren memang ingin dihentikan. Tapi tidak oleh dunia, melainkan oleh orang-orang yang ia cintai. Ia memilih jalan di mana dirinya menjadi musuh terbesar, agar teman-temannya bisa dianggap pahlawan oleh dunia yang tersisa.
5. Light Yagami - Death Note

Light Yagami adalah contoh karakter villain yang bukan hanya karismatik dan cerdas, tapi juga menjadi pusat narasi sepenuhnya. Death Note bukan kisah tentang seorang pahlawan menghadapi kejahatan, melainkan tentang seorang villain yang mencoba membentuk ulang dunia sesuai visinya, dan hampir berhasil.
Sebagai Kira, Light perlahan berubah dari siswa teladan menjadi "Tuhan" baru yang menghukum para kriminal dengan kekuatan Death Note. Transformasinya disusun dengan luar biasa, perlahan, logis, dan menggugah rasa moral penonton. Penonton tahu dia salah, tapi tetap terpikat.
Setelah duel intelektual yang sangat menegangkan, Light akhirnya mengalahkan L. Dan di titik itu, seolah ia telah mencapai puncak dunia. Namun di sinilah masalah utama muncul.
Alih-alih mengakhiri cerita di sana atau memberikan tantangan sebanding, L digantikan oleh dua karakter baru: Near dan Mello. Keduanya terasa seperti salinan tanpa jiwa dari L. Mereka tidak sekarismatik atau sekompleks L, namun entah bagaimana berhasil mengalahkan Light. Mereka sebagian besar hanya melanjutkan pekerjaan L, dan diberi kemenangan tanpa pertarungan yang setara.
Yang lebih mengganggu, Light mulai melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak sesuai dengan sosoknya sebelumnya. Keputusan sembrono, pengakuan yang tidak perlu, semuanya terasa seperti dipaksakan oleh plot agar Near bisa menang. Padahal, saat menghadapi L, Light nyaris sempurna dalam segala langkahnya.
Akhirnya, Kira tumbang. Tapi bukan karena dia benar-benar dikalahkan secara intelektual. Melainkan karena plot memutuskan saatnya untuk dia kalah.
6. Aizen - Bleach

Aizen adalah salah satu villain anime paling cerdas dan penuh karisma. Selama lebih dari separuh Bleach, dialah arsitek dari hampir semua konflik utama. Ia memanipulasi Soul Society dari dalam, membentuk pasukan Espada, dan menyatu dengan Hōgyoku untuk melampaui batas seorang Shinigami. Ia adalah karakter yang tidak hanya lebih pintar dari semua orang di sekitarnya, tapi juga secara bertahap menjadi makhluk transenden.
Ketika akhirnya Ichigo menghadapi Aizen dalam duel puncak, kekuatan barunya memang mengungguli Aizen secara murni. Mugetsu, yang dikerahkan dalam wujud Final Getsuga Tensho, adalah serangan klimaks yang secara visual dan tematik benar-benar menakjubkan. Tapi, dan ini penting, serangan itu tidak membunuh Aizen.
Aizen yang telah menyatu dengan Hōgyoku menjadi entitas yang hampir tidak bisa mati. Bahkan setelah terkena Mugetsu, Reaitsu dan kekuatannya terus berkembang. Dalam kondisi itu, ia seharusnya bisa bangkit kembali, belajar dari kesalahannya, dan melanjutkan dominasinya sebagai makhluk tertinggi jika ia mau.
Namun di sinilah masalahnya: Aizen kalah bukan karena Ichigo, melainkan karena dia tidak membunuh Kisuke Urahara.
Urahara, yang datang belakangan, diam-diam menyegel kekuatan Aizen menggunakan kidō tingkat tinggi yang telah disiapkannya sebelumnya. Aizen, yang begitu cerdas dan penuh perhitungan, anehnya justru tidak mengantisipasi Urahara, seseorang yang sudah ia anggap sebagai ancaman sejak lama.
Ini menimbulkan pertanyaan besar: Bagaimana mungkin Aizen, yang begitu teliti dan paranoid terhadap segala bentuk ancaman, mengabaikan Urahara yang datang setelah pertarungan besar dan masih hidup?
Jawabannya terasa sederhana: karena cerita butuh Aizen dikalahkan sekarang.


















