Tema Unik Hasilkan Cerita Menarik
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selain romance, comedy, dan action, sport adalah salah satu tema yang sering digunakan dalam suatu manga. Tapi tentunya tidak semua sport mendapat perhatian yang sama. Olah raga populer (baik di Jepang maupun di dunia internasional) seperti bola basket, voli, golf, tenis, sepak bola, baseball, dan tinju merupakan tema yang sudah sering digunakan, tapi bagaimana dengan sepak takraw, renang, anggar, polo, ataupun bulu tangkis? Memang bukan hal yang aneh jika tema sport yang selama ini diangkat oleh mangaka ya hanya itu-itu saja, karena memang pastinya para mangaka menginginkan karyanya agar akrab di mata pembaca. Jadi ketika melihat ada mangaka yang berani menggunakan tema bulu tangkis, tentunya saya jadi sedikit tertarik untuk membaca manganya.
[/caption]
Pertama kali membaca Smash, saya langsung merasa akrab dengan gaya gambar yang digunakan, tapi saya tidak bisa benar-benar memastikan siapa yang mengarangnya. Setelah melakukan sedikit investigasi, pengarang Smash (Kaori Saki), memang bukanlah mangaka yang dikenal dengan luas di negara kita ini. Smash ini adalah karya pertama dari Kaori Saki yang dirilis di Indonesia, yang kebetulan juga adalah karyanya yang paling terkenal. Sebelum Smash, Kaori Saki sempat membuat beberapa one shot dan manga berseri pendek, tapi tidak ada yang bisa menyamai ketenaran Smash. Di negara asalnya Smash sudah berakhir di Volume 18 sejak sekitar tahun 2009-2010 lalu, jadi yang ingin mengikutinya tidak usah merasa was-was akan jadwal terbit yang tidak teratur.
Saya harus memberikan sedikit peringatan bagi mereka yang menyukai manga sport dan tertarik untuk membaca manga ini, jangan berharap menemukan berbagai gerakan super tidak masuk akal seperti yang bisa ditemukan di Prince of Tennis.
[/caption]
Bahkan teknik bulu tangkis normal dan berbagai penjelasan mengenai peraturan olah raga tersebut juga jarang ditemukandi Smash. Adegan pertandingan bulu tangkis yang ditampilkan memang tidak jelek, tapi mereka juga tidak menginspirasi dan kurang menegangkan. Mungkin karena bulu tangkis memang bukanlah olah raga yang populer di Jepang. Tapi yang pasti jika kamu mencari berbagai adegan olah raga yang seru seperti di Offside, Shoot, Slam Dunk, atau manga-manag sport lainnya, maka sebaiknya kamu melewatkan Smash.
Lalu apa yang membuat manga ini cukup menarik untuk dibaca? Jawabannya adalah perpaduan, Smash mampu memadukan unsur drama percintaan dengan olah raga dan meramunya cukup baik sehingga pembaca selalu merasa penasaran untuk membaca volume berikutnya. Bisa dibilang unsur romance dari Smash lebih kuat daripada unsur sportnya. Bukan hal yang aneh sih, mengingat memang selama ini Kaori Saki memang lebih banyak mengarang manga romance (termasuk hentai dan yuri) daripada sport. Bahkan Smash ini adalah manga sport kedua karangan Kaori Saki.
Smash sendiri bercerita mengenai Shouta, murid SMP kelas tiga yang suka bermain bulu tangkis. Walaupun begitu Shouta tidak terlalu serius dalam bermain, ia tidak mengikuti turnamen secara kompetitif, dan tidak berusaha berlatih untuk menjadi yang terbaik. Semuanya ini berubah ketika ia bertemu gadis bisu misterius bernama Yuhii, yang tampak sangat elegan ketika bermain badminton. Walaupun pertemuan mereka hanya singkat saja, tapi Shouta sangat terkesan akan penampilan Yuhii, dan ia berjanji akan berusaha untuk bermain badminton dengan lebih serius agas suatu hari bisa bertemu lagi dengan Yuhii.
[/caption]
Memang plot ceritanya tidak bisa dibilang revolusioner maupun orisinal, tapi ada beberapa bagian dari manga ini yang membuat saya menyukainya. Yang pertama adalah karakter yang cukup menarik. Yuhii bisa dibilang adalah sosok heroin utama yang sangat sempurna. Ia memiliki trauma masa lalu, bisu (karena traumanya tersebut), dan menanggung beban yang sangat besar, ditambah dengan sifatnya yang introvert dan pemalu, cowok mana yang tidak ingin melindungi gadis yang rapuh tersebut? Hal kedua yang membuat saya tertarik adalah penceritaan yang tidak terlalu bertele-tele. Biasanya dalam sebuah cerita romance, sudah biasa jika pasangan yang terlibat baru akan mengungkapkan perasaan mereka pada klimaks cerita (yang biasanya terletak pada akhir cerita), tapi tidak disini. Bahkan hubungan antara Shouta dan Yuhii dimulai di volume-volume awal. Lalu hal ketiga yang menarik saya adalah tema yang digunakan, bulu tangkis.
Kesimpulannya, jika Kamu menyukai bulu tangkis, dan tidak keberatan dengan manga shounen yang sedikit nyerempet ke arah manga shoujo, maka Smash ini cukup bagus untuk diikuti. Saya sendiri sih berharap manga ini bisa kembali menumbuhkan minat para generasi muda pada olah raga yang pernah mengharumkan nama bangsa kita. Memang ini sepertinya adalah harapan yang terlalu muluk, tapi kalau saja saya membaca manga ini 20 tahun lalu, mungkin saja sekarang saya tidak akan duduk dihadapan komputer mengetik artikel ini.