The Spring 2011 Anime Preview Part 2
Lebih banyak anime baru telah muncul sejak 1 minggu terakhir. Secara keseluruhan gelombang berikutnya ini tidak semenarik gelombang pertama, namun beberapa masih menunjukkan potensi. Baca lebih lanjut untuk preview lengkap.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ano Hi Mita Hana no Namae o Boku-tachi wa Mada Shiranai.
Di antara berbagai macam anime di TV, ada sebuah slot anime bernama noitaminA yang patut diperhatikan. Bertujuan untuk mempromosikan anime sebagai sebuah medium ke pasar luar otaku, noitaminA berhasil dengan anime semacam Honey&Clover dan Nodame Cantabile. Namun, musim terakhir menunjukkan penurunan dengan Fractale yang dengan genre fantasinya menurut saya kurang mampu menembus pasar luar otaku. Musim ini, notaminA berhasil menunjukkan kembali kekuatannya dengan anime yang disingkat AnoHana ini.
Dulu, ada 6 teman kecil yang merupakan teman akrab, dengan anak ceria bernama Jinta sebagai pemimpinnya. Sampai suatu hari, salah satu anak bernama Menma yang juga disukai Jinta meninggal karena kecelakaan. Perlahan-lahan, mereka pun berpisah dan menempuh jalannya sendiri-sendiri. Sekarang, Jinta menjadi seorang pemuda yang berandal, yang bersekolah di sekolah kelas rendah dan menghabiskan waktunya di dalam rumah. Sampai suatu hari Menma dalam wujudnya yang sudah remaja muncul tiba-tiba di dalam rumahnya. Apakah dia benar roh Menma, ataukah hanya merupakan imajinasi Jinta?
Cerita seperti ini sangat rentan untuk memasuki area super melodramatis seperti Kanon, namun dari episode pertama dan mengingat ini disutradarai oleh Tatsuyuki Nagai yang telah mengerjakan versi anime Toradora, level melodrama tak akan menjadi terlalu berlebihan. Dengan mempertimbangkan segi teknis (art, animasi) yang solid sesuai harapan dari anime slot noitaminA, anime ini menjadi anime drama paling berpotensi musim ini, bahkan lebih dari Hana-saku no Iroha.
Rating:
Deadman Wonderland
Ganta Igarashi, seorang siswa SMP, memiliki kehidupan normal sampai suatu hari seorang manusia bertopeng secara tiba-tiba membantai satu kelasnya dengan hanya dia yang dibiarkan hidup. Ganta pun menemukan bahwa dia menjadi kambing hitam atas kejadian itu dan dihukum mati di penjara Deadman Wonderland, sebuah penjara privat yang juga menjadi taman hiburan bagi orang luar. Di luar dugaannya, ternyata bagi para tahanannya, keadilan bukanlah hal yang dijunjung tinggi.
Banyak hal yang terjadi di episode pertama Deadman Wonderland. Banyak misteri seperti tujuan sebenarnya Deadman Wonderland, siapa makhluk pembantai itu sebenarnya, dan siapa Shiro, gadis aneh yang mengaku mengenal Ganta yang juga menjadi tahanan. Tapi dengan mempertimbangkan bahwa ini merupakan adaptasi dari manga shonen, mister-misteri ini saya perkirakan tidak akan terlalu rumit. Tanda-tanda justru menunjukkan akan banyak pertarungan, melihat satu adegan menunjukkan Ganta mempunyai semacam kekuatan supernatural. Ke manapun arahnya, setting yang menarik dan segi teknis yang solid dari studio Manglobe membuat anime ini menarik untuk diikuti.
Rating:
C – The Money of Soul and Possibility Control
Kapitalisme merupakan ideologi yang menjadi panutan mayoritas manusia modern sekarang. Hal itulah yang disorot oleh anime yang mengambil slot noitaminA ini.
Kimimaro, tokoh utama anime ini, merupakan seorang mahasiswa miskin. Seorang yatim piatu, dia kuliah dengan beasiswa dan bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhannya. Suatu hari, dia bertemu seseorang yang menawarinya banyak uang dengan ganti sebuah kontrak, untuk berpartisipasi dalam “Distrik Keuangan.”
Satu episode belum memberikan saya pandangan bagaimana anime ini akan mengkritik kapitalisme. Yang jelas, di sini sepertinya ada semacam aspek kontrak dengan setan dan aspek pertarungan. Hal ini didukung oleh visual yang unik dari Kenji Nakamura, yang sebelumnya telah menyutradarai anime dengan visual unik seperti Trapeze dan Mononoke. Episode pertama cukup menarik, dan menunjukkan adanya potensi, namun semuanya tergantung kepada bagaimana sikap anime ini terhadap kapitalisme yang menjadi tema utamanya.
Denpa Onna to Seishun Otoko
Niwa Makoto, seorang siswa SMA berimpian hidup sendiri. Itu yang diharapkannya ketika dia akan hidup bersama bibinya Touwa Meme. Di luar dugaannya, bibinya yang ternyata eksentrik memiliki seorang anak cewek yang tidak diomongkannya bernama Touwa Erio. Seorang cewek yang percaya bahwa dirinya alien dan mengikat dirinya dengan futon sepanjang waktu.
Dari episode pertama sulit mengatakan ke mana arah anime ini. Elemen komedi cukup banyak, namun ada juga elemen drama di dalamnya. Yang jelas, kelakuan Erio yang terus mengeluarkan kalimat-kalimat pseudo-sains dan interaksinya dengan lingkungan sekitarnya menjadi poin utama yang menarik dari episode pertama ini. Ditambah dengan animasi unik dari SHAFT yang untungnya tidak eksesif seperti di Bakemonogatari, anime ini cukup berpotensi untuk diikuti.
Rating:
Ao no Exorcist
Rin Okamura adalah seorang yatim piatu. Dibesarkan di gereja, dia terus mencoba untuk mandiri dengan mencari pekerjaan, meski sering terhalang oleh sikapnya yang mudah marah terhadap orang jahat. Suatu hari, dia menemukan bahwa dia bisa melihat setan, dan dia pun menemukan bahwa dirinya merupakan anak dari Satan.
Premis seperti ini langsung menunjukkan bahwa ini merupakan adaptasi manga shonen. Secara keseluruhan, plot semacam itu tidak bisa dibilang orisinil ataupun sulit ditebak. Meski begitu, anime ini tetap merupakan sebuah hiburan yang solid jika anda tidak mempermasalahkan itu. Rin Okamura menarik sebagai seorang karakter dan segi teknis yang solid dari studio A-1 di bawah arahan sutradara Tensai Okamura veteran Bones yang sebelumnya mengerjakan Wolf’s Rain dan Darker Than Black, menjanjikan bahwa anime ini bakal menghibur, bahkan jika arah cerita kemudian bisa ditebak. Saya pribadi hanya lebih merekomendasikan Deadman Wonderland karena settingnya yang lebih unik.
Rating:
Toriko
Toriko adalah anime yang diadaptasi dari manga dari Shonen Jump. Dari perspektif itu, bisa diambil berbagai macam kesimpulan, tapi sebelumnya biar saya ceritakan sinopsisnya terlebih dahulu.
Di sebuah dunia, banyak kelezatan tak terduga menunggu dari flora dan fauna yang unik dan menggiurkan. Menjadi pekerjaan para Bishoku-ya lah untuk mengumpulkan kelezatan tersebut ke dunia beradab. Toriko adalah salah seorang dari empat Bishoku-ya terkuat, dan bersama dengan Komatsu seorang koki, ini merupakan cerita petualangannya dalam mencari kelezatan terhebat.
Toriko di sini cukup unik sebagai sorang protagonis manga shonen Jump, di sini seolah kembali ke sensibilitas lama di mana sang tokoh utama adalah seorang yang sudah super kuat dan bukan anak berpotensi, seperti Kenshiro di Hokuto no Ken dan bukan Naruto dari Naruto. Mengesampingkan itu, premis seperti ini bisa dilanjutkan sampai beratus-ratus episode, dan sebagai salah satu properti tingkat atas Shonen Jump lain anime ini dijamin akan demikian, cukup dengan membuat Toriko mengejar sebuah binatang atau tumbuhan fiktif yang bisa dipikirkan kapan saja. Toriko bisa dideskripsikan sebagai gabungan dari genre aksi dan memasak, di mana di sini Toriko dan Komatsu mendeskripsikan kelezatan dari hasil tangkapannya. Formula ini terbukti menarik, dan seperti One Piece, rasa petualangan membuatnya tidak cepat membosankan. Tapi apakah formula ini bisa tetap menarik setelah 200 episode plus filler, masih menjadi pertanyaan.
Rating:
Dororon Enma-kun Meramera
Ketika saya berumur 10 tahun saya pernah ditegur karena membaca volume-volume awal Dragon Ball dengan humornya yang porno, kasar, dan jorok. Anime ini membuat saya merasa kembali ke masa itu.
Tidak mengherankan, karena anime ini merupakan adaptasi dari manga tahun 1970-an buatan Go Nagai, dan jika anda tahu bagaimana humor bagi seorang Go Nagai, itulah yang bakal anda temukan di anime ini. Idenya mengenai lelucon adalah misalnya, membuat monster menggunakan genitalnya untuk menyerang. Tapi ini yang perlu dicatat: humor ini ditujukan untuk anak-anak, seperti volume-volume awal Dragon Ball atau Dr. Slump.
Itulah yang sepertinya menjadi masalah dengan jenis humor seperti ini. Terlalu kekanak-kanakan bagi orang dewasa, namun tidak mampu mencapai anak-anak luar Jepang karena nilai moral yang lebih ketat.
Saya juga cukup terkejut akan segi teknis yang lebih bagus dari yang saya harapkan. Ditangani oleh Brains Base, Art-nya sesuai harapan menunjukkan desain lama dengan sentuhan baru, namun animasinya menunjukkan energi lebih dari yang saya harapkan. Saya tidak tahu kepada siapa saya bisa merekomendasikan anime ini, namun anime ini berhasil menyentuh saya secara nostalgik lewat energinya yang meluap.
Rating:
Yondemasuyo, Azazel-san
Akutabe adalah seorang agen detektif biasa, dalam artian kasus yang dia tangani adalah masalah yang dihadapi orang-orang biasa, seperti masalah perselingkuhan dan anjing yang hilang. Namun, itu tidak menghentikannya menggunakan kemampuan khususnya yaitu memanggil setan untuk melakukan pekerjaannya. Setan yang menjadi andalannya adalah Azazel, setan birahi (yang berpenampilan lebih mirip boneka) yang lebih sering memperbesar masalah dari menyelesaikannya.
Satu hal yang menarik perhatian saya adalah Tsutomu Mizushima berada di kursi sutradaranya. Mizushima adalah seorang veteran anime komedi, dengan banyak anime komedi sukses di bawah arahannya seperti Shinryaku Ika Musume. Dia juga mempunyai pengalaman mengerjakan anime komedi yang kasar dan sadis yaitu Dai Mahou Touge, yang menjadi kunci keberhasilan anime ini. Azazel-san merupakan komedi yang kasar, jorok, dan sadis. Kebanyakan leluconnya adalah dari kelakuan jorok para setan dan kesadisan Akutabe dalam memperlakukan mereka. Mungkin komedi semacam ini tidak anda sukai, namun harus diakui komedi semacam ini menjadi angin segar setelah puluhan komedi ‘manis’ seperti A-channel.
Rating:
Sekai-ichi Hatsukoi
Ketika Onodera Ritsu melamar pekerjaan, dia berharap menjadi editor novel, namun justru dia ditempatkan di bagian manga shojo. Untuk menambah kekecewaannya, editor kepala bagiannya, Masamune Takano, juga merupakan seseorang yang kaku.
Saya rasa sudah jelas bahkan dari promo art-nya bahwa ini merupakan anime BL. Itu berarti bersiaplah aka nada adegan romansa antara dua cowok bishonen, pembaca, dan episode pertama sudah tidak segan-segan menunjukkan fanservice ke arah itu.
Tapi tidak adil untuk mengatakan bahwa anime satu ini sepenuhnya hanya fanservice. Kedua tokoh utama di sini sudah berumur, sekitar 25 tahun, dan sikap mereka sudah menunjukkan orang dewasa yang letih, bukan remaja yang naif. Anime ini juga menunjukkan aspek menarik lewat drama tempat kerja di industry manga shojo yang dapat mengundang gelak tawa. Jika anime ini lebih fokus ke hal itu daripada ke aspek romansanya mungkin saya bisa merekomendasikannya ke orang yang bukan fans BL sekalipun, namun saya rasa itu terlalu berharap.
Rating:
Hyouge Mono
Anime untuk orang dewasa merupakan sesuatu yang jarang. Dengan catatan dewasa dalam artian bukan karena unsur kekerasan dan seksual. Anime ini adalah salah satu dari yang jarang itu.
Anime ini mengikuti kehidupan Sasuke Furuta, seorang bawahan Nobunaga Oda. Meski merupakan seorang prajurit pembawa pesan, Sasuke Furuta lebih cocok disebut ke pria estetik daripada petarung.
Anime ini mempunyai konsep yang menarik. Setting historis yang dramatis digabung dengan komedi yang didasarkan pada keeksentrikan dari Sasuke Furuta. Ini bukan anime fanservice semacam Sengoku Otome ataupun macho aksi seperti Sengoku Basara. Tipe anime anomali yang tidak populer di kalangan mayoritas penggemar anime. Tapi, semua kelebihannya dinetralkan oleh kekurangmampuan studio yang mengerjakan anime ini, Bee Train. Bee Train dengan pacingnya yang lambat sebelumnya telah membuat Blade of the Immortal menjadi membosankan, dan hal itu pun menjadi masalah yang sama di anime ini, membuat apa yang berpotensi menarik menjadi membosankan.
Rating:
Hidan no Aria
Saya bilang anime semacam ini yang membuat saya heran akan kepopulerannya. Anime di mana segala macam plothole dan setting yang tidak logis semuanya dimaafkan karena kemenarikan tokoh utama ceweknya.
Tokoh utama cewek di sini adalah Aria. Tokoh utama cowok di sini adalah Kinji Toyama, dan keduanya bersekolah di sekolah Butei di mana para siswanya dilatih dan bebas memakai senjata. Kenapa hal semacam itu bisa diperbolehkan? Bagaimana bisa nyawa Toyama dikejar dengan menggunakan segway yang membawa SMG dan bom di siang bolong? Hah! Lupakan semua setting tidak logis dan plothole! Yang penting adalah seorang loli tsundere yang membawa pistol dan katana!
Oh, satu hal yang pantas disorot, anime ini merupakan adaptasi light novel, memiliki studio dan staf yang sama dengan Shakugan no Shana, dan Aria juga disuarakan oleh Rie Kugimiya yang juga menyuarakan Shana. Jadi sangat logis bila anda menyukai Shakugan no Shana untuk mengikuti anime ini.
Peringatan: Rating di bawah adalah rating seberapa saya menyukai Aria, dalam kata-kata adalah ‘membuat saya ingin memukulkan kepala ke dinding’.
Rating:
Lotte no Omocha
Terhadap sebuah produk yang mentarget satu segmen yang sangat terspesialisasi, segala macam kritisi dari luar tidak akan berpengaruh terhadap audiens produk tersebut. Dan saya akan menunjukkan siapa audiens anime ini dengan satu paragraph.
Astarotte, seorang succubus muda, dengan penampilan luar tidak lebih tua daripada bocah berumur 10 tahun, memiliki masalah dengan pria. Padahal, sebagai seorang succubus, sudah merupakan kodratnya untuk menghisap ‘benih kehidupan’ dari para pria.
Tidak perlu seorang jenius untuk mengerti eufimisme dari kalimat terakhir di atas. Oh, dan di sini atmostfer dibuat bukan penuh fanservice namun terkesan lucu dan manis. Satu poin yang perlu dikatakan bagi pembaca yang tidak merasa kaget dengan paragraph di atas adalah bahwa Astarotte disuarakan oleh Rie Kugimiya, dan dengan ketenarannya sebagai Ratu Tsundere dan desain karakter Astarotte, menunjukkan dengan sempurna seorang ‘loli tsundere’. Jika anda mengerti dan tertarik terhadap frase tersebut, andalah audiens dari anime ini. Jika anda tidak mengerti frase tersebut, jauhi anime ini sejauh mungkin.
Rating:
Yu-Gi-Oh! Zexal
Saya rasa saya tidak perlu menjelaskan apa Yu-Gi-Oh! itu. Saya rasa pembaca cukup pintar untuk mengetahui bahwa anime ini secara primer ditujukan untuk membuat anak-anak membeli kartunya.
Melihat anime promosi produk untuk anak-anak yang terang-terangan seperti ini, saya merasa tua dan mempertanyakan apakah anak-anak sekarang masih senaif itu untuk menelan bulat-bulat anime semacam ini. Saya lebih tidak mengerti lagi bagaimana seseorang di atas umur 10 tahun bisa menikmati tontonan semacam ini. Bahkan bagi penggemar permainan kartunya sekalipun pertarungan di dalam anime ini begitu dasar dan bisa membuat menggeleng-gelengkan kepala. Sang tokoh utama sebagai contohnya, tidak mengerti separuh dari peraturan dasar, kemudian setiap langkah harus dijelaskan dan dibuat sedramatis mungkin.
Episode pertama ini pun mengikuti formula dengan persis tanpa adanya variasi yang menarik. Ada karakter utama yang energetik, teman dekat sekaligus rival, teman cewek masa kecil, dan si penindas. Desain karakter yang aneh dan animasi murahan (untuk bisa bertahan ratusan episode) juga tidak membantu.
Rating:
Hoshizora e Kakaru Hashi
Satu musim anime tidak akan lengkap tanpa adaptasi visual novel super generik yang bakal terlupakan segera setelah musim berakhir. Anime seperti itu di musim ini adalah anime ini.
Saya tidak perlu memberikan synopsis, semua elemen generik ada di sini, dari perpindahan ke kampong halaman di mana di dalamnya banyak cewek berkepribadian klise, desain karakter yang tidak unik, dan adanya tanda-tanda flashback ke masa lalu bersama cewek teman masa kecil. Segi teknis pun terkesan biasa saja. Saya tidak mengerti siapa yang tertarik menonton anime seperti ini, karena saya pikir fans visual novelnya sekalipun tidak mungkin berpikir adaptasi semacam ini bagus.
Rating:
Softenni
Ucapkan selamat datang pada satu lagi anime slice-of-life generik di musim ini.
OK, jadi ini merupakan cerita dari kegiatan klub tenis dari empat cewek klise, Asuna yang energetik (rambut pink), Kotone yang normal (rambut coklat), Chitose yang hanya tertarik dengan makan (rambut hijau), dan Kurusu yang pendiam (rambut biru). Bahkan mereka sudah menyesuaikan sifat dengan warna rambutnya! Dan kebanyakan lelucon juga berasal dari Asuna yang selalu mengartikan sesuatu dengan jorok! Seberapa lucu itu? Tidak lucu jujur saja bagi saya setidaknya.
Lelucon yang bisa ditebak ditambah dengan segi teknis yang tidak terasah membuat anime ini menjadi salah satu anime yang pantas dilewatkan musim ini.