Pembahasan Jujutsu Kaisen 146: Ada Calon Joker di Culling Game!
Apa jadinya jika Joker KW terseret ke permainan maut ini?
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada bab 145, Tengen telah memberikan solusi terakhir untuk membebaskan Gojo Satoru yaitu dengan menggunakan kekuatan penghapus kutukan milik seorang peserta bernama Hana Kurusu. Sekarang, kubu Yuji tinggal membahas bagaimana rencana mereka dalam menaklukan Culling Game yang taruhannya adalah nyawa.
Bagaimana mereka akan mengakali aturan permainan dengan taruhan nyawa? Simak pembahasannya!
1. Hampir seluruh area Jepang tertutup penghalang Culling Game
Bab dimulai dengan pembahasan cara membebaskan Satoru dan disambung dengan pembahasan mengenai serba-serbi Culling Game. Tengen pun menjelaskan bahwa seluruh area kepulauan Jepang kecuali Hokkaido sudah masuk ke area permainan maut tersebut. Alasan kenapa Hokkaido bisa selamat karena wilayah tersebut merupakan tanah keramat sehingga dillindungi secara ketat oleh pihak jujutsu.
Titik-titik koloni tersebut rupanya berfungsi untuk mengirim manusia ke sisi lain. Dengan kata lain, itu adalah checkpoint di mana para manusia akan diubah menjadi kutukan dan menyatu dengan Tengen.
Baca Juga: Jujutsu Kaisen: Peringkat 6 Siswa Sekolah Jujutsu Kyoto Terkuat!
2. Adanya kesempatan untuk Tsumiki bisa selamat. Bisakah Megumi melakukannya?
Di sini kita juga mengetahui bahwa jangka waktu persiapan Culling Game sendiri adalah sekitar 2 bulan menurut perkiraan Tengen. Jika dirunut dari terbangunnya para pemain tepat tengah malam pada tanggal 31 Oktober sampai tanggal 9 November sekarang (menurut kronologi waktu manganya), maka ada sisa waktu 10 hari 15 jam sampai deklarasi setiap pemain sesuai klausa pertama.
Jeda waktu inilah yang diharapkan Megumi sebagai peluang untuk mengeluarkan Tsumiki dari permainan berbahaya tersebut. Masalahnya, jika sampai kehabisan waktu, maka mau tak mau wanita itu juga harus mendeklarasikan dirinya untuk mengamankan dirinya sementara. Jika itu terjadi, ada skenario bahwa Megumi dan Tsumiki berakhir saling membunuh jika bertemu dalam Culling Game.
Alasannya, poin kedua menegaskan bahwa setiap pemain yang menolak akan kehilangan kutukan mereka, termasuk Hana Kurusu sekalipun yang memiliki teknik anti-kutukan. Hal itu juga berlaku pada Tsumiki yang sudah terkena energi kutukan selama insiden jembatan Yasohachi. Shoko sendiri menduga bahwa penghapusan kutukan yang dimaksud itu berupa efek serangan ke otak.
Maka hal itu berarti kehilangan kutukan bagi seorang penyihir jujutsu itu sama saja dengan mati.
3. Ada kesempatan bagi orang sipil untuk keluar dari permainan
Ancaman pencabutan teknik kutukan memang menakutkan bagi para penyihir jujutsu. Tetapi bagaimana dengan petarung seperti Maki yang tidak memiliki teknik sama sekali? Ada kemungkinan mereka bisa selamat karena klausa ketiga mengatakan peserta seperti Maki atau orang biasa yang tidak punya bakat kutukan hanya diperlakukan seperti dalam klausa pertama dengan catatan: sekali masuk penghalang maka dia dianggap ikut serta.
Jika klausa tersebut mengatakan peserta yang bukan praktisi jujutsu juga mendapat perlakuan sama dalam poin kedua, maka akan terjadi inkonsistensi dalam aturan permainan. Jadi bisa dikatakan, petarung seperti Maki masih ada peluang untuk aman.
Selain itu, orang sipil yang sejak awal berada di dalam wilayah penghalang sebelum permainan dimulai mendapat satu kali kesempatan untuk keluar. Tengen sendiri mengatakan bahwa fokus permainannya sendiri adalah memberikan tujuan yang jelas untuk para pemain untuk memulai Culling Game.
4. Adanya shikigami serangga sebagai pendamping pemain
Masih ingat tentang poin ke jika Culling Game telah dimulai, maka para pemain diharuskan untuk membunuh satu sama lain untuk mendapatkan poin. Jika berhasil membunuh peserta lain, maka peserta akan mendapat 5 poin untuk penyihir dan 1 poin untuk non-penyihir.
Jika dalam waktu 19 hari, pemain tidak memiliki poin maka kekuatannya akan dicabut. Namun, jika berhasil mengumpulkan 100 poin (20 korban penyihir atau 100 orang biasa), peserta berhak menegosiasikan aturan baru ke game master dengan catatan aturan tersebut tidak menghambat pelaksanaan aturan lainnya.
Jadi harapan untuk menghapus aturan yang memberatkan peserta juga menjadi sangat kecil kecuali peserta jago merangkai kata sehingga aturan yang diinginkan bisa diterima pihak game master.
Untuk memudahkan jalannya permainan, setiap pemain akan mendapatkan shikigami Kogane yang kemungkinan digunakan untuk penghitungan poin.
5. Rencana penaklukan Culling Game pun dimulai!
Setelah mengurutkan informasi soal Culling Game, kubu Yuji akhirnya mulai berbagi tugas. Choso dan Yuki seperti yang sudah ditentukan akan mendampingi Tengen sebagai pengawal. Sedangkan Maki akan mengambil semua persenjataan yang diambil klan Zenin dengan bantuan Megumi yang kini sudah menjadi kepala klan tersebut. Namun, Maki tampaknya ingin mengunjungi bengkel Kamiya Juzo terlebih dahulu.
Dia juga ingin mencari tenaga tambahan yaitu Panda. Sedangkan Yuta masih ingin mencari informasi lebih lanjut sebelum permainan dimulai. Dia sengaja mengincar koloni terjauh agar tidak berakhir saling membunuh dengan rekannya sendiri. Namun ,Yuji sempat khawatir karena ada kemungkinan Sukuna akan berbuat sesuatu pada Megumi jika tak ada orang sekuat Yuta di sekitar mereka.
Untungnya, Megumi tak mempedulikan hal tersebut. Dia malah meminta Yuta untuk membunuh Yuji tanpa ragu jika memang Sukuna mengambil nyawa Megumi. Sedangkan Yuji mendapat tugas untuk menemui Hakari Kinji. Yuta sudah mengkonfirmasi bahwa kekuatannya akan menjadi bantuan besar di saat yang tepat.
Maki pun sempat menyeletuk jika Kinji itu orangnya pemurung. Jadi apakah kekuatan Kinji itu sebenarnya bergantung pada suasana hatinya?
Setelah semuanya mendapat pekerjaan masing-masing, akhirnya kelompok Yuji pun pamit ke Tengen, Choso dan Yuki. Menariknya, Choso seperti menangis karena takut ada hal buruk yang terjadi pada Yuji.
6. Kemunculan pemain kedua, seorang komika gagal. Benarkah akan ada Joker versi Jujutsu Kaisen?
Adegan pun berpindah ke panggung yang menampilkan seorang komika yang tengah mencoba melawak di depan beberapa penonton. Sayangnya, bukannya tawa justru malah reaksi hampa yang didapat sehingga managernya pun menyuruhnya untuk berhenti melawak jika situasinya terus seperti ini.
Saat keluar, si komika disambut temannya yang dipanggil Ken-san. Dia sendiri menyatakan bahwa sebenarnya dia menyukai leluconnya namun mempertanyakan sebenarnya apakah si komika masuk golongan orang yang memang lucu atau orang yang berpikir dirinya lucu?
Si komika pun hanya menjawab bahwa perbandingan dirinya untuk komika lucu atau komika yang berpikir dirinya lucu adalah 7:3 dengan wajah gelap. Identitasnya pun terungkap. Si komika itu bernama Fumihiko Takaba, berusia 35 tahun.
Menariknya, hal itu seolah mengingatkan kita pada film Joker yang sempat tayang pada tahun 2019, di mana tokoh Joker juga diceritakan berawal dari seorang komika yang sering gagal melucu.
Kira-kira bagaimana menurut opini kalian? Jika kalian ada pendapat atau info tambahan, tolong utarakan di kolom komentar di bawah ini ya!
Baca Juga: Jujutsu Kaisen: Peringkat 8 Siswa Sekolah Jujutsu Tokyo yang Terkuat!