BlackBerry Berencana Merubah Model Bisnisnya, dan Salah Satu Skenario Adalah Menjual Perusahaan
Sampai saat ini BlackBerry masih mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan saham dengan para rivalnya. Dan beberapa alternatif model bisnis akan disarankan oleh para Dewan Direksi, dan salah satunya adalah menjual perusahaan tersebut.
Kini semua orang tahu, jika BlackBerry (dulunya disebut Research in Motion) sedang dirundung masalah serius. Bisnis smartphone dan layanan messaging mereka tidak sepopuler beberapa tahun lalu. Jajaran BlackBerry 10 seperti Z10, Q10, dan juga Q5 yang sebelumnya digadang-gadang mampu mengangkat keterpurukan mereka, ternyata tidak mampu berbicara banyak, dan hasil laporan terakhirnya pun jelas menunjukkan kinerja mereka sepertinya akan terus merugi sampai kuartal ketiga tahun ini.
Senjata andalannya BlackBerry Messenger yang diputuskan dibuka cross platform untuk dua platform pesaing, Android serta iOS juga belum bisa dijadikan patokan akan kembali membuat nama BlackBerry bersinar. Dan kembali kabar mengejutkan, kemarin diketahui jika para Board of Directors alias Dewan Direksi BlackBerry malah menggulirkan pemikiran untuk membahas perubahan model bisnis BlackBerry, termasuk kemungkinan partnership dengan pihak lain untuk mempertahankan eksistensinya.
Mengutip pernyataan pers mereka melalui Marketwire, sebenarnya saat ini BlackBerry masih menargetkan kenaikan penjualan smartphone dengan OS BlackBerry 10 sebagai penentu masa depan perusahaan -- walaupun BlackBerry juga masih akan menawarkan tipe-tipe baru dengan OS lama, seperti BlackBerry 9720 yang sedikit kami singgung di bagian lain. Namun sepertinya Dewan Direksi yang dipimpin Timothy Dattels, masih kurang yakin dengan kinerja BB OS 10, dan mereka justru ingin membentuk Special Committee untuk menyarankan strategi bisnis alternatif. Thorsten Heins, CEO BlackBerry, juga tercatat menjadi anggota di tengah panitia tersebut.
Hanya saja sepertinya rencana tersebut tidak akan berlangsung mulus, karena pemegang saham BlackBerry, Fairfax Financial melalui CEO-nya, Prem Watsa, justru mengundurkan diri dari posisinya di dalam Dewan Direksi setelah pembentukan panitia tersebut dengan alasan menghindari potensi konflik kepentingan. Dia juga menegaskan jika Fairfax Financial tidak berniat menjual kepemilikan sahamnya di BlackBerry.
Sampai saat ini BlackBerry masih mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan saham dengan para rivalnya, khususnya Apple dan Android dari Google. Dan beberapa alternatif model bisnis yang mungkin disarankan oleh para Dewan Direksi adalah menjual perusahaan tersebut, melakukan joint venture, atau membentuk partnership dengan investor atau perusahaan lain. Namun jika benar langkah terburuk yang diambil adalah menjual perusahaan.
Laporan terakhir, pada kuartal kedua lalu BlackBerry kembali merugi. Memang pengapalan produknya meningkat (pengapalan ini bukan berarti angka penjualan), namun tetap saja kuartal kedua ini berakhir dengan kerugian operasional mencapai US $84 juta, atau sekitar Rp 864 miliar. Sedangkan sisi positifnya, keuntungan mereka naik US $3.1 milyar, atau 15% lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya, dan 9% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu. Analis memperkirakan keruguan tersebut akan terus terjadi hingga akhir kuartal ketiga tahun ini.
Yah, semoga saja BlackBerry Messenger untuk iOS dan Android yang diperkirakan akan diluncurkan pertengahan September nanti akan sedikit membantu BlackBerry bangkit dari masa-masa sulitnya. Sedangkan produk baru saat ini tengah mereka siapkan, selain BlackBerry Z30 yang menjadi alternatif Z10 dengan layar 5-inchi, juga ada Z15, Porsche Design P'9982, dan satu wakil dengan BB OS 7 melalui BlackBerry 9720.
Sumber: Marketwire