Review Komik The Other Side - Curse: Horor Orisinil Tanpa Jumpscare
Genre horor memang sedang digandrungi oleh para pelaku kreatif dalam negeri. Tak hanya film, genre ini pun merambah sampai ke komik. Dalam hal ini, The Other Side: Curse masuk ke dalam daftar paling pertama komik horor terbaik dalam negeri.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Genre horor memang sedang digandrungi oleh para pelaku kreatif dalam negeri. Tak hanya film, genre ini pun merambah sampai ke komik. Dalam hal ini, The Other Side: Curse masuk ke dalam daftar paling pertama komik horor terbaik dalam negeri.
“Mereka” selalu ada di sekitar kita, jangan pernah merasa “sendirian”. Di mana pun kita berada, “mereka” akan tetap mengawasi. “Mereka” sudah jauh lebih dulu ada daripada kita. Jangan pernah “menantang” jika tidak ingin diganggu. Cukup percaya bahwa “mereka” ada di dunianya yang berbatas tipis dengan dunia kita.
Semua berawal dari Desi, anak umur 6 tahun yang selalu bermimpi buruk ketika ayahnya memutuskan membeli dan pindah ke rumah baru di pinggir kota. Kejadian mistis mulai terjadi ketika keluarga kecil itu memasuki rumah. Sebenarnya apa yang terjadi di sana?
[duniaku_baca_juga]
Sinopsis tersebut dapat ditemukan dalam komik digital berjudul The Other Side: Curse buatan TheRads sebagai penulis, Nyoenyo dan Marquee Adam sebagai ilustrator. Komik digital berjenis horor sudah menempati platform komik digital CIAYO mulai tanggal 14 Desember 2017.
Percaya atau tidak, setiap tempat di dunia memang ada yang “menempati” meskipun kita tidak dapat melihatnya. Seperti yang dialami keluarga Desi pada komik ini. Hiii, sudah siap melihat review-nya, belum? Yuk, kita cek bareng-bareng!
The Other Side: Curse dan Teror Di Dalamnya
Sumber: CIAYO Blog[/caption]
Dimulai dari Episode 1: Rumah Baru menceritakan awal mula keluarga Desi membeli rumah besar dengan harga murah di pinggir kota untuk ditempati karena ayah Desi merasa rumah itu sangat cocok bagi keluarga kecilnya.
Rumah yang dianggap sebagai sarana berkumpul keluarga dan tempat mencurahkan kasih sayang mulai berubah mencekam saat Desi sudah ketiga kalimya mimpi buruk pada saat menempati rumah baru.
[read_more id="360580"]
Rasa senang mulai berganti jadi rasa takut sewaktu Desi melihat sekelebat bayangan anak kecil laki-laki ada di rumah barunya pada saat baru sampai. Premis konvensional yang biasa ditemui pada komik atau novel horor baik lokal atau impor.
Namun, meskipun premis The Other Side: Curse lawas tapi kengerian terasa sejak awal episode.
Merinding dan penuh misteri, kedua kata itu cukup cocok menggambarkan tingkat kengerian setiap episode meski baru berjalan belum sampai 5 episode. Karakter-karakter yang terasa hidup seakan menggiring pembaca untuk ikut merasakan teror “mereka” di rumah baru.
[duniaku_adsense]
Bukan hanya itu, kepiawaian menggambar Nyoenyo dan Marquee Adam sebagai ilustrator The Other Side: Curse patut diacungi jempol, gambar karakter “Indonesia” banget dan permainan ekspresi tokoh menjadi keunggulan tersendiri.
Tentunya, hal ini tidak lepas dari peran TheRads si penulis cerita dalam merangkai dialog yang cukup membuat ketakutan dibaca kala malam.
Kengerian juga berlanjut pada Episode 2: Halaman Belakang saat Desi mengajak pulang dari hotel ke rumah baru. Desi kembali melihat bayangan anak kecil laki-laki kedua kalinya di luar hotel. Kami, selaku pembaca menjadi penasaran, sebetulnya siapa anak kecil laki-laki yang mengikuti Desi?
Mungkinkah sosok yang mengikuti Desi sebenarnya mempunyai hubungan darah dengan Desi? Ada sebuah petunjuk yang ditunjukkan pada episode 1, yaitu sebuah foto keluarga yang kurang jelas berjumlah 4 orang. Ada ayah dan ibu Desi serta anak laki-laki di sebelah Desi.
Entahlah. Yang pasti, pacing lambat komik ini tak hanya membuat penasaran, tetapi juga membuat pembaca bergidik ngeri.
Selain itu, komik The Other Side: Curse juga memuat keunggulan lain, yaitu memancing pembaca untuk menebak-nebak siapa sosok atau bayangan yang hadir di depan Desi di rumah baru melalui petunjuk-petunjuk kecil ditampilkan dalam cerita, semisal dari foto atau tulisan.
Yang pasti, pembaca juga harus jeli jika ingin menjadi “detektif” pemecah teror komik The Other Side: Curse dari episode pertama. Keputusan brilian untuk penulis dan ilustrator memasukkan unsur “detektif” dalam pengemasan cerita.
Yang juga menarik dari komik ini adalah bagaimana para kreator memasukkan sedikit unsur poltergeist yang cukup kental. Hal ini tentu akan membuat pembaca kalangan milenial bisa sedikit bernostalgia dengan judul horor populer, seperti Silent Hill. Lambat, bikin penasaran, tapi serem gila!
Lanjut ke bahasan selanjutnya, guys! Makin serem nih ...
Warna Hitam Putih pada The Other Side: Curse Menambah Kengerian
Sumber: Boredpanda[/caption]
Warna komik The Other Side: Curse ilustrator berbeda dengan webtoon pada umumnya yang terbiasa menggunakan warna-warna meriah. Di komik ini, kita hanya akan disuguhkan dengan warna hitam dan putih. Persis seperti horor klasik.
Pemilihan warna hitam putih The Other Side: Curse juga dinilai sangat tepat. Sebab, hal ini menambah kesan misterius dan kengerian secara natural. Memang, warna hitam-putih sendiri adalah warna alami yang bisa memberikan kesan seram pada ilustrasi. Bahkan, simbol-simbol kematian sendiri kebanyakan memilih dua warna ini.
[duniaku_baca_juga]
Tentu, kita bisa menemukan beberapa komik horor berwarna, seperti komik Korea yang pernah viral di internet ini. Tetapi, permainan warna di komik horor terasa lebih melelahkan, sebab banyak memanfaatkan warna-warna gelap dan bayangan. Hal ini tentu akan memakan energi lebih bagi para kreatornya.
Berwarna memang menarik, tetapi hitam putih juga tidak pernah kalah menarik. Jika cerita dan ilustrasinya bisa berpadu dengan sempurna, berwarna maupun tidak tentu takkan menjadi masalah. The Other Side: Curse dapat membuktikan hal itu.
The Other Side: Curse dan Fenomena Poltergeist
Sumber: JSTOR Daily[/caption]
Karena The Other Side: Curse berkaitan erat dengan fenomena poltergeist, ada baiknya kita berkenalan dengan istilah poltergeist.
Menurut kamus parapsikolog atau paranormal, poltergeist adalah suatu benda yang melayang dan tidak diketahui kekuatan jenis apa yang membuat benda itu melayang. Biasanya, fenomena ini terjadi di negara barat. Di Indonesia sendiri masih jarang. Tetapi bukan berarti, tidak ada fenomena poltergeist di Indonesia.
[read_more id="356583"]
Poltergeist, secara bahasa, bisa berarti roh yang berisik atau hantu paling berisik dalam bahasa Jerman.
Poltergeist biasanya terjadi di Eropa, Australia, dan Amerika. Peristiwa ini dikenal sebagai fenomena benda-benda yang melayang di udara. Biasanya dianggap ulah hantu. Adapun istilah poltergeist adalah segala benda-benda memiliki kekuatan magis atau roh jahat/baik di dalamnya.
Sumber: Alamo Drafthouse Cinema[/caption]
Dalam beberapa kejadian, poltergeist bisa berupa benda tajam melayang di udara dan menyerang orang yang berada pada daerah tersebut. Selain poltergeist ada juga “sosok” yang memang sudah lama menempati tempat tersebut. Misalnya rumah kosong dengan banyak kamar juga dapat menjadi sarang makhluk tak kasat mata.
Apartemen, hotel bisa menjadi perbincangan “menyeramkan” karena sistem kamar yang terkadang ditinggalkan pemilik atau penyewa dalam waktu lama. Sehingga, sering ada kabar penampakan “sosok” dan bayangan tidak jelas tertangkap kamera CCTV.
[duniaku_baca_juga]
Banyak fenomena yang terjadi akibat gangguan makhluk halus, salah satunya terjadi pada orang yang baru menempati bangunan baru atau rumah. Banyak motif para makhluk “tak kasat mata” mengganggu penghuni rumah. Contohnya, tidak senang dengan kehadiran penghuni rumah baru di tempat “mereka”.
Pada kasus The Other Side:Curse, saya menduga gangguan yang dialami keluarga Desi ada hubungannya dengan masa lalu sampai Desi-lah yang diberi petunjuk melalui mimpi.
Lantas, apakah betul anak kecil dapat melihat atau merasakan keberadaan hantu?
Bayi Katanya Peka dengan Hantu. Sumber: target="_blank" >Youtube[/caption]
Saat bayi, mata manusia hanya bisa melihat sekitar 380nm spektrum elektromagnetik. Penglihatan ini berada di kisaran gelombang sinar UV dan infra merah. Beberapa ilmuwan meyakini bahwa mahluk tak kasat mata berwujud di sinar UV dan infra merah, sehingga anak-anak balita mampu melihatnya.
Ketika dewasa, mata kita melihat pada ukuran 400 nm - 700 nm spektrum elektromagnetik. Spektrum ini tak lagi mampu melihat sinar UV serta infra merah sehingga makhluk halus pun tak lagi terlihat.
Memang, salah satu teori tersebut belum dapat menjawab sepenuhnya mengapa anak-anak rentan atau mudah melihat hantu. Namun, hal tersebut dapat kita jadikan acuan saat anak-anak kita memelototi ke tempat kosong. Hiiii, merinding deh.