Daripada Dilanjutkan, Dragon Ball Super Memang Lebih Baik Tamat!
Meskipun populer dan cukup menghibur, tetapi kalau dipikir-pikir lagi Dragon Ball Super lebih baik tamat saja. Kenapa? Inilah alasannya!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lebih dari 120 episode Dragon Ball Super telah dirilis. Selama itu pula, rasanya memang Dragon Ball Super lebih baik tamat.
Anime Dragon Ball Super direncanakan akan tamat pada akhir bulan maret nanti. Pada 1 April-nya, anime GeGeGe no Kitaro akan tayang di Fuji TV dan menggantikan Dragon Ball Super. Melihat tanggal 1 April adalah harinya April Mop, tentunya beberapa fan—termasuk saya—mulai berpikir bahwa pergantian anime ini adalah sebuah persiapan untuk April Mop.
Meskipun ada kemungkinan kalau pengumuman tamatnya Dragon Ball Super adalah sebuah lelucon April Mop, tetapi saya berpikir bahwa memang Dragon Ball Super lebih baik tamat daripada dilanjutkan lebih jauh lagi. Kenapa saya berpikir demikian? Karena Dragon Ball Super tidak lagi menawarkan cerita yang menarik.
Dragon Ball Super adalah salah satu anime yang populer saat ini dan beberapa arc juga cukup menghibur—itu faktanya. Tetapi Dragon Ball Super tidak menawarkan cerita yang menarik, atau setidaknya sama menariknya dengan apa yang ditawarkan seperti Dragon Ball original karya Akira Toriyama.
Masalah pertama saya berpikir bahwa Dragon Ball Super lebih baik tamat adalah karena seri ini tidak lagi menawarkan cerita yang menarik. Kenapa ceritanya tidak menarik? Karena kurangnya pengembangan karakter-karakter dari tokoh-tokoh yang ada.
Sebaliknya, tokoh-tokoh seperti Goku dan Vegeta yang sudah dikembangkan dengan susah payah selama bertahun-tahun malah dihancurkan menjadi karakter guyonan atau jokes character di sini.
Ambilah contoh Goku. Dalam Dragon Ball Super, dia digambarkan sebagai sosok yang goofy dan selalu bercanda—hanya benar-benar serius ketika bertarung. Selain itu, dia juga digambarkan sebagai sosok ayah dan juga suami yang buruk: menelantarkan istri serta keluarganya dan lebih fokus pada pertarungannya.
Jika kamu membaca artikel saya sebelumnya tentang bagaimana Goku digambarkan sebagai ayah dan suami yang baik di manga Dragon Ball original, kamu pasti sadar bahwa Goku yang dulu jauh lebih dewasa dan juga peduli dengan keluarganya seiring berjalannya cerita.
Kalau kamu membaca kembali dari awal manga, maka kamu akan mendapati bahwa Goku yang di awal manga sangatlah kekanak-kanakan. Tetapi begitu memasuki Piccolo Jr. Saga, dia menjadi lebih serius dan dewasa. Dia menghadapi Piccolo dengan penuh keseriusan, berusaha untuk menyelamatkan Kami yang saat itu tertelan dalam tubuh Piccolo, dan masih banyak lagi.
Mungkin perkembangan karakter Goku yang benar-benar terasa adalah ketika memasuki Frieza Saga di mana dia berubah menjadi manusia Saiya Super. Saat itu, Goku yang termakan oleh amarah benar-benar menjadi sosok yang benar-benar berbeda. Dia membentak Gohan untuk segera pergi sebelum dia benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Hell, dia bahkan dengan egoisnya tidak ingin dipindahkan dari planet Namek hanya untuk membalaskan dendam Kuririn yang mati terbunuh. Dia ingin mengalahkan Frieza, yang telah mengerahkan 100% kekuatannya, hanya untuk mempermalukan Frieza. Kaio bahkan memberi komentar bahwa Goku yang sudah menjadi manusia Saiya Super bukanlah Goku yang dia kenal, dia kini adalah seorang petarung yang penuh dengan rasa marah.
Di sini, kita bisa melihat bagaimana karakter Goku benar-benar berubah. Kita juga bisa merasakan kemarahan dan rasa sedih yang dirasakan oleh Goku. Contoh lain adalah sebagaimana dia mengorbankan dirinya untuk memindahkan Cell yang akan meledak. Terasa benar-benar heroik dan dramatis.
Hal-hal seperti itulah yang sangat jarang saya temukan—atau mungkin tidak ada sama sekali—di Dragon Ball Super. Seri terbaru ini seakan-akan intinya hanya soal bertarung dan meningkatkan kekuatan saja.
Memang, terkadang dia akan melakukan tindakan-tindakan konyol yang mengundang gelak tawa. Tetapi, penempatan kekonyolan Goku tersebut terasa pas pada tempat dan situasinya. Seperti misalnya ketika dia pertama kali datang di planet Kaioo:
Atau saat dia bertemu dengan tetua Kaioo-shin dan menembak wajahnya dengan ki blast. Gag dan komedi yang ditampilkan di sini terasa pas dan menghibur.
Dan berbicara mengenai tokoh yang karakternya dihancurkan, ada satu lagi tokoh yang karakternya benar-benar dihancurkan di Dragon Ball Super. Hal ini juga membuat saya berpikir kalau Dragon Ball Super lebih baik tamat. Lanjut ke halaman 2!
Apa-apaan ini? Vegeta kok menari-nari nggak jelas begitu!? Itu adalah salah satu tindakan Vegeta yang sangat tidak kita duga. Mungkin lucu untuk sebagian orang, tetapi saya pribadi cukup membenci adegan ini dan merusak karakter Vegeta yang telah dikembangkan dengan sangat baik.
Dalam manga Dragon Ball, perkembangan karakter Vegeta bisa dibilang adalah salah satu perkembangan karakter anti-hero terbaik yang pernah saya temui di dunia animanga. Bermula dari musuh, Vegeta akhirnya menjadi sekutu dan teman yang dapat diandalkan. Akan tetapi, perubahan alignment Vegeta ini tidak serta merta secara spontan terjadi begitu saja.
Awal bertemu, Vegeta digambarkan sebagai sosok yang arogan dan bengis. Tetapi begitu memasuki Namek Saga, siapa yang menyangka bahwa dia akhirnya beraliansi dengan Gohan, Kuririn, dan para petarung Bumi untuk melawan Pasukan Ginyu dan bahkan Frieza? Saat ini, Vegeta posisinya masih sebagai orang jahat atau musuh, lho! (Dan ini juga yang membuat saya berpikir bahwa Namek Saga adalah Saga terbaik yang pernah dibuat)
Beralih ke Android dan Cell Saga, Vegeta juga masih berposisi sebagai musuh dan orang jahat. Dia bukanlah teman ataupun bersahabat dengan Goku dkk. Dia hanya mau bekerja sama dengan Goku karena memiliki musuh yang sama dan jauh kuat dari dirinya. Dia sendiri pernah berkata bahwa setelah pertarungan melawan Cell selesai, dia akan kembali bertarung dan mengalahkan Goku. (Meskipun pada kenyataannya Goku sendiri belum pernah mengalahkan Vegeta).
Mendekati akhir Cell Saga, Vegeta yang mengetahui bahwa Goku telah tewas akhirnya memutuskan untuk melupakan ambisinya untuk mengalahkan dan melampaui Goku. Oh, bahkan sebelumnya, dia sempat mengakui bahwa dia mengagumi kekuatan Goku ketika melihat pertarungannya melawan Cell, lho! Padahal sebelumnya dia selalu meremehkan Goku.
Character Development!!
Meskipun tampaknya sudah menjadi “orang baik” ketika memasuki Majin Buu Saga, tetapi Vegeta kembali menjadi jahat. Dia menjual jiwanya kepada Babidy supaya menjadi lebih kuat. Kenapa? Karena dia merasa sakit hati masih belum bisa melampaui Goku setelah latihan susah payah dan padahal Goku telah mati.
Rasa emosi dan frustasi yang dia tunjukkan di sini benar-benar terasa. Jujur, saya sendiri ketika membaca kembali adegan ini merinding. Akira Toriyama benar-benar jenius (saat itu)!
Meskipun telah menjual jiwanya pada Babidy—tetapi tidak seluruhnya—kita juga masih bisa merasakan sisi “manusia” dari Vegeta. Perpisahannya dengan Trunks sebelum meledakkan diri demi mengalahkan Majin Buu juga terasa dramatis dan cukup mengharukan.
Tentunya, Vegeta juga memiliki beberapa momen konyolnya seperti Dragon Ball Super. Tetapi tidak separah dalam Dragon Ball Super. Sebut saja, seperti dirinya yang marah-marah ke Goku karena Goku berjanji untuk memberikan foto Bulma kepada Kakek Kaio Shin. Tetapi kekonyolan Vegeta ini masih pada tempatnya.
Barulah, pada akhir Kid Buu Saga, Vegeta benar-benar mengakui perbedaan kekuatannya dengan Goku. Dia menerimanya dengan sepenuh hati dan bahkan sudah bisa dibilang menjadi tokoh yang baik. Lagi, kita bisa merasakan keikhlasan yang tulus dari Vegeta di sini.
Masih ada alasan lainnya kenapa Dragon Ball Super lebih baik tamat. Lanjut ke halaman 3!
Saya rasa Dragon Ball Super akan semakin menghancurkan karakter-karakter yang sudah bertahun-tahun dikembangkan jika dilanjutkan lebih lanjut lagi. Maka dari itu, memang Dragon Ball Super lebih baik tamat saja. Selain perkembangan karakter, kualitas animasi dan juga desain-desain karakter baru juga saya rasa tidak menarik.
Memang, ada beberapa tokoh baru Dragon Ball Super yang keren. Sebut saja seperti Hit yang bisa menghentikan waktu, atau Jiren (versi manga buatan Toyotaro), atau bahkan Zamasu (yang sayangnya, eksekusi penampilan di ceritanya kurang menarik). Menurut saya, tokoh-tokoh tersebut memiliki penampilan yang menarik dan keren. Personality mereka juga cukup bagus, kecuali Jiren versi anime yang terasa datar.
Tapi coba kalian lihat Cabba, Kale, atau Caulifla. Tangan dan kaki mereka hanya berupa garis lurus, sehingga tak ada bedanya dengan stickman! Belum lagi para mahou shoujo dari Universe 2 yang super annoying dan membicarakan masalah cinta, cinta, dan cinta—bikin merinding dengernya.
Ah, kritik terus! Memangnya kamu bisa menggambar? Ya, memang saya tidak bisa menggambar. Tetapi saya memberi kritik di sini sebagai seorang penikmat. Analoginya seperti pengunjung restoran yang memesan makanan dari koki. Pengunjung restoran tidak perlu menjadi seorang koki untuk menilai apakah makanan yang dia makan enak atau tidak.
Secara keseluruhan, Dragon Ball Super terasa kosong dalam segi cerita dan pengembangan karakter. Yang melulu dibicarakan dalam seri ini hanyalah kekuatan, kekuatan, dan kekuatan. Super Saiyan Blue memang keren, tetapi form baru ini seakan tidak ada wibawanya sama sekali—hanya dijadikan bahan kalah-kalahan untuk memberitahu kepada pembaca bahwa musuh sangatlah kuat.
Semenjak kemunculannya, Super Saiyan Blue bahkan tidak pernah menang. Melawan Golden Frieza, kalah (menang dengan bantuan Whis); melawan Hit, kalah; melawan Zamasu, kalah (menang dengan bantuan Zen-oh); melawan Jiren, kalah.
Bandingkan kemunculan pertamanya dengan Super Saiyan 3 yang digunakan oleh Goku. Beda jauh ‘kan? Kemunculan pertama Super Saiyan 3 benar-benar keren!
Tentunya, ini semua adalah pendapat saya. Kamu bebas bisa setuju atau tidak. Saya tidak mengatakan bahwa Dragon Ball Super benar-benar jelek. Hanya saja, Dragon Ball Super lebih baik tamat saja daripada terus menerus turun kualitasnya. Dan siapa tahu dengan tamat, jika memang ingin melanjutkan, Akira Toriyama memiliki waktu luang untuk mengembangkan Dragon Ball dengan lebih baik lagi.
Menurutmu sendiri bagaimana? Apakah Dragon Ball Super lebih baik tamat? Atau kamu masih ingin agar seri ini lanjut? Jangan sungkan untuk suarakan pendapatmu di kolom komentar, ya!