Ulasan Mendalam Blade Runner 2049: Mengulang Kejayaan Kultus Sci-Fi
Masih ragu untuk menonton Blade Runner 2049? Baca ulasan mendalam versi Duniaku biar lebih yakin untuk menonton aksi Ryan Gosling dan Harrison Ford di Los Angeles 2049!!
Sumber: Warner Bros.[/caption]
Blade Runner 2049 adalah salah satu film yang paling diantisipasi para movie geeks. Apakah Denis Villeneuve dan Ryan Gosling mampu memenuhi ekspektasi yang amat tinggi akan judul ini? Apakah kesuksesan 1982 silam terulang lagi? Kontributor Duniaku.net akan mengulas sekuel dari judul fenomenal satu ini.
Mengenal Blade Runner
Fiksi ilmiah, yang sering disebut Science Fiction/Sci-Fi adalah sebuah tema yang memberi sumbangsih cukup besar pada perkembangan dunia. Salah satu yang mendapat pengaruh besar tema ini adalah dunia seni dan hiburan, karena perkembangan teknologi mempengaruhi perkembangan efek visual.
[duniaku_baca_juga]
Ada banyak karya fiksi ilmiah yang menorehkan makna mendalam dan kesan yang berbekas sepanjang masa. Ingat mobil DeLorean legendaris dari Back to Future? Wall-E? Atau kalian lebih akrab dengan Robocop dan Terminator? Kurang lebih judul-judul di atas adalah gambaran yang ditawarkan oleh genre Sci-Fi.
Selamat datang di masa depan suram. Sumber: https://stillsfrmfilms.wordpress.com/[/caption]
Salah satu sub-genre yang dikenal dalam budaya Sci-Fi sendiri adalah cyberpunk. Rata-rata cerita dengan tema cyberpunk cenderung gelap, suram, dan kerap dibumbui masalah-masalah rumit, serta pesan-pesan kritis dan provokatif yang menyerang berbagai dimensi kehidupan. Salah satu punggawa yang besar karena tema cyberpunk adalah Philip K. Dick.
[duniaku_adsense]
Apa kalian ingat film Total Recall yang difilmkan dua kali? Minority Report yang dibintangi Tom Cruise? Atau mungkin kalian lebih ingat film Keanu Reeves dan Robert Downey Jr. yang jadi pecandu obat di A Scanner Darkly? Semua film tersebut adalah adaptasi cerita-cerita buatan Philip K. Dick. Namun, dari semua adaptasi karya beliau, yang paling fenomenal di antara semuanya adalah Blade Runner: Film tahun 1982 yang melambungkan nama aktor Harrison Ford dan sutradara Ridley Scott.
Blade Runner (versi 1982) Sumber: Warner Bros.[/caption]
Blade Runner sendiri adalah adaptasi dari cerita Philip K. Dick yang berjudul Do Androids Dream of Electric Sheep yang keluar tahun 1960-an. Film ini bercerita tentang detektif kepolisian Los Angeles, Rick Deckard (Harrison Ford) yang bekerja sebagai divisi khusus LAPD yang menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan manusia setengah robot, Replicant.
Cerita Blade Runner berfokus pada Deckard yang harus menyelidiki kasus 6 Replicant yang kabur dari Tyrell Corporation, satu-satunya perusahaan yang membuat model-model Replicant.
Lho, mana ulasan Blade Runner 2049-nya? Tentu saja ada di halaman selanjutnya, jadi jangan ditutup dulu dan klik halaman selanjutnya agar kalian tahu Blade Runner 2049!
Los Angeles 2049 dan Ghost in The Shell
Latar Los Angeles 2019 di Blade Runner. Sumber: Dokumen Pribadi[/caption]
Blade Runner (1982) mengambil latar Los Angeles tahun 2019, di mana pembangunan gedung raksasa dengan layar dan hologram warna-warni sudah merata, dan mobil terbang adalah hal yang lumrah. Pada masa ini, Replicant adalah bagian kehidupan manusia sebagai pengganti buruh untuk melakukan berbgai pekerjaan kasar, secara tidak langsung menjadikan mereka budak otomatis.
[duniaku_baca_juga]
Sekuel Blade Runner ini mengambil latar 30 tahun setelah kejadian di film pertama. Latar dunia Blade Runner 2049 sendiri tidak jauh beda dengan yang pertama: Masih di Los Angeles di masa depan yang suram dan gelap.
Sumber: slashfilm.com[/caption]
Premis cerita yang utama dalam sekuel ini adalah hancurnya Tyrell Corporation setelah kejadian “Blackout” alias mati lampu massal yang mematikan dan merusak sebagian besar mesin. Setelah Blackout, muncul Wallace Corporation, perusahaan yang membeli sisa-sisa aset Tyrell Corporation dari hasil bertani untuk memenuhi kebutuhan makan khalayak.
Wallace Corporation kemudian muncul sebagai perusahaan adidaya, satu-satunya yang menggantikan Tyrell Corporation untuk memproduksi Replicant, menciptakan model baru yang lebih taat dan tidak membangkang.
Bagi kalian yang sempat nonton Ghost In the Shell versi Hollywood atau versi Jepang, kalian bisa menemukan nuansa latar yang kurang lebih sama suramnya. Rata-rata cerita dengan genre cyberpunk memang menampilkan visualisasi dan suasana masa depan yang canggih namun kelam sebagai poin utamanya. Sehingga, sebelum menonton Blade Runner 2049, mungkin kalian perlu mempertimbangkan hal-hal yang disebutkan tadi.
[duniaku_adsense]
Unsur cyberpunk kerap berhubungan dengan penggambaran betapa megah, sekaligus betapa mengerikannya masa depan dengan segala kemungkinannya. Genre-genre seperti ini kerap mengajak kita untuk mempertanyakan berbagai hal, dari perkembangan teknologi dan dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan.
Sayangnya tidak ada adegan seperti ini di Blade Runner versi 2049. Sumber: https://stillsfrmfilms.wordpress.com/[/caption]
Namun jangan salah, meski latarnya cyberpunk, Blade Runner dan sekuelnya lebih cocok untuk dimasukkan ke dalam genre misteri berbumbu kriminal. Karena fokus cerita kedua judul ini adalah pemecahan kasus misterius, seperti Se7en yang melambungkan nama Brad Pitt dan Morgan Freeman.
Itu baru sekilas mengenai Blade Runner 2049. Pembahasan lebih mendalam sekaligus ulasan film ini ada di halaman selanjutnya. Jadi jangan close jendela browser-mu dan klik halaman selanjutnya!
PERHATIAN: Bagian ini BEBAS SPOILER
Makin lama Batisa makin mirip The Rock. Sumber: Warner Bros.[/caption]
Plot Blade Runner 2049 dimulai dengan penugasan opsir LAPD, Replicant dengan nama KD6-3.7 (Ryan Gosling) yang menjalankan tugasnya sebagai seorang Blade Runner. Tugasnya kali ini adalah “memensiunkan” seorang Replicant model lama bernama Sapper Morton (Dave Bautista/Batista WWE) yang bekerja sebagai seorang peternak “sumber protein”. Setelah ngobrol dan bertarung cukup sengit, opsir K mencabut mata Morton sebagai bukti penyelesaian tugasnya.
[duniaku_baca_juga]
Namun, sebelum K kembali ke markas untuk melapor pada atasannya Letnan Joshi (Robin Wright), ia menemukan sesuatu yang terkubur di halaman rumah Morton: Sebuah peti. Peti ini yang menjadi awal dari keseluruhan cerita Blade Runner 2049, dan menjadi penghubung antara judul yang pertama dengan sekuel ini.
Cerita berlanjut ketika LAPD berhasil membongkar kotak tersebut dan menemukan tulang belulang Replicant yang sudah mati. Awalnya tulang-tulang ini nampak sepele, sampai LAPD mengetahui bahwa penyebab kematian dari Replicant ini adalah operasi sesar selepas melahirkan, yang mustahil dilakukan oleh Replicant karena mereka Android alias robot.
Opsir K (Ryan Gosling) sedang investigasi bersama Joi (Ana de Armas) Sumber: Warner Bros.[/caption]
Opsir K dihadapkan sebuah teka-teki besar untuk menemukan identitas Replicant tersebut dan kebenaran tentang “anak” sang Replicant, yang menyeretnya ke dalam konspirasi yang lebih besar lagi. Pencarian kebenaran akan tulang itu membuatnya harus bersinggungan dengan Wallace Corporation, kelompok pemberontak revolusioner, dan pada akhirnya, ia harus bertemu dengan sang Blade Runner, Rick Deckard (Harrison Ford) yang mengasingkan diri selama puluhan tahun. Semua itu berhubungan dengan memori yang tertanam pada otaknya, mengenai sebuah mainan kuda kayu dengan ukiran tanggal.
Tentunya K tidak sendiri dalam melakukan investigasi ini. Ia ditemani oleh AI alias program komputer manusiawi bernama Joi (Ana de Armas) yang sangat dekat dengannya. Bisa dibilang, ini adalah hubungan yang unik dan lucu karena baik K dan Joi adalah makhluk buatan.
[duniaku_adsense]
Kalian pikir tidak ada drama romansa di Blade Runner 2049? Kalian salah besar. Salah satu poin yang menarik di Blade Runner 2049 juga adalah perjalanan cinta K dan Joi sepanjang durasi film, yang pada akhirnya harus diganggu oleh Luv (Sylvia Hoeks) sang asisten pribadi Niander Wallace (Jared Leto) dan Mariette (Mackenzie Davis), Replicant yang bekerja sebagai “wanita panggilan”.
Eits, pembahasan belum selesai, pembahasan masih dilanjut di halaman 4. Jadi, klik halaman selanjutnya! Atau skip ke halaman 5 untuk kesan dan penilaian Kontributor!
Menjawab Pertanyaan dengan Lebih Banyak Pertanyaan
SPOILER ALERT!!!
Hubungan "spesial" tak hanya milik manusia saja. Sumber: Warner Bros.[/caption]
Rata-rata karya cyberpunk menyisakan banyak pertanyaan untuk penikmatnya, meski kesimpulan atau akhir dari karya tersebut sudah cukup jelas.
Blade Runner berhasil memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi misteri besar. Salah satunya adalah hubungan Rick Deckard dengan Rachael (Sean Young) yang waktu itu adalah Replicant ciptaan Doktor Eldon Tyrell (Joe Burkel) yang paling sempurna. Awalnya mereka tidak ada hubungan apa-apa, namun pada akhir film diperlihatkan bahwa ada implikasi hubungan romantis antara Deckard dan Rachael.
[duniaku_baca_juga]
Hubungan Deckard dan Rachael sendiri ternyata menjadi salah satu kunci dari misteri besar di Blade Runner 2049. Tulang Replicant yang ditemukan di rumah Morton adalah tulang milik Rachael. Sehingga, penonton diberi implikasi bahwa “anak” yang dicari di Blade Runner 2049 adalah anak Deckard dan Rachael.
Kira-kira apa yang mereka Bicarakan? Sumber: Warner Bros.[/caption]
Protagonis dua judul Blade Runner pun dihadapkan dengan masalah yang cukup dilematis: Replicant yang punya “perasaan” dan “jiwa”. Deckard harus menghadapi Android yang punya perasaan dan sentimen yang amat manusiawi, sampai mempengaruhi keputusan Deckard untuk berhenti menjadi Blade Runner setelah menyelesaikan kasus terakhirnya. Sementara K harus berhadapan dengan ingatan yang ada di otaknya, serta perasaan cintanya terhadap Joi.
[duniaku_adsense]
Ingatan “masa kecil” Opsir K menghubungkannya dengan kemungkinan tentang anak Deckard dan Rachael. Namun ia menjadi lebih dilematis, ketika ia mengetahui bukan ia saja yang memiliki ingatan tentang kuda kayu itu. Para pemberontak yang ingin merdeka ternyata punya memori yang sama. Mereka menunggu “anak” itu sebagai pemimpin dan penyelamat mereka, seperti John Connor dari Terminator.
Dr. Ana Stelline (Carla Juri), salah satu pembuat memori untuk para Replicant berhasil memberikan pencerahan kepada K, bahwa memori yang ia punya adalah sebuah hal yang nyata, Adegan pertemuan K dengan Ana Stelline ini menjadi penentu keputusannya untuk mempertemukan Deckard dengan anaknya, memberikan ending yang konklusif untuk Blade Runner 2049.
Salah satu scene yang berkesan di Blade Runner 2049. Sumber: Warner Bros.[/caption]
Namun hal ini memberikan pertanyaan yang lebih banyak lagi. Membuat kita bertanya-tanya tentang K, Deckard, dan sang anak. Kontributor sendiri tidak bisa menjabarkan hal ini secara keseluruhan, karena ending Blade Runner 2049 cukup mencengangkan. Apalagi, bagi mereka yang sudah menonton Blade Runner yang pertama.
Dennis Villeneuve berhasil membangkitkan kembali nilai sentimental dan emosional yang ada di Blade Runner dalam sekuel ini. Benar-benar memprovokasi dan menyentuh.
Halaman 5 adalah kesan akhir dan penilaian Kontributor mengenai Blade Runner 2049. Jadi, klik halaman 5 agar kamu bisa yakin atau tidak sebelum menonton film ini!
Kesan Akhir: Rasa Lama, Kemasan Baru
Sumber: Dokumen Pribadi[/caption]
Apakah Denis Villeneuve sukses mengulang kejayaan judul kultus yang satu ini? Menurut kontributor, beliau berhasil menjawab ekspektasi dan hype dari penggiat kultus film dan kultus fiksi ilmiah dengan sangat apik, meski pada akhirnya ada misteri baru yang meninggalkan banyak pertanyaan.
Meski ada beberapa adegan pertarungan dan aksi yang cukup intens, sejatinya film ini adalah drama detektif dengan bumbu fiksi ilmiah. Sehingga fokus utamanya adalah pertanyaan-pertanyaan yang meliputi misteri di balik kejadian-kejadian yang ada dalam film ini.
Mungkin anda tidak akan mengerti sebagian dari apa yang ada dalam film ini, terutama bagi yang tidak menonton judul pertama dari Blade Runner. Tapi, terlepas dari apa yang terjadi di Blade Runner arahan Ridley Scott, Denis Villeneuve berhasil memberikan 2 jam 43 menit yang bisa dinikmati dengan nyaman dan tidak keteteran, sehingga tidak perlu menonton film yang pertama pun, anda masih bisa menonton mesranya Ryan Gosling dengan Ana de Armas tanpa harus ambil pusing.
[read_more link="https://www.duniaku.net/2017/10/12/panduan-sebelum-nonton-blade-runner-2049/" title="Biar Enggak Bingung, Ini Panduan Sebelum Nonton Blade Runner 2049"]
Pace cerita yang tidak terburu-buru pun seharusnya bisa memberikan anda ruang untuk berpikir dan kritis terhadap misteri di balik Blade Runner 2049 dan mencerna implikasi-implikasi yang tersembunyi dalam film tersebut. Semua penataan adegan sangat apik dan pas, sesuai dengan porsi waktunya.
Harrison Ford masih terlihat bugar (y) Sumber: Warner Bros.[/caption]
Soal akting? Jangan diragukan. Akting para aktor dan aktris berhasil menghidupkan dan memberi kesan yang cukup kuat, baik itu karakter utama, maupun karakter pendukung. Sedatar-datarnya ekspresi Ryan Gosling, matanya memancarkan emosi yang teramat manusiawi untuk peran robot. Sebuah pembuktian Ryan dalam bermain peran. Seperti film sebelumnya, Drive dan Fracture, ia menunjukkan kemampuannya untuk menjadi karakter yang serius dan lebih kelam, sangat kontras dengan perannya di La La Land.
Batista? Meski jatahnya amat singkat dan hanya sebagai peran pembuka, ia juga berhasil memberikan performa yang berkesan di sini. Namun, bila kalian melihat film pendek Blade Runner 2048, materi sampingan Blade Runner 2049, kalian bisa melihat jatah Batista lebih banyak dalam film ini dan memahami seberapa penting karakter Sapper Morton dalam film ini.
Harrison Ford masih terlihat bugar (2). Sumber: Warner Bros.[/caption]
Harrison Ford masih terlihat prima dalam film ini, meski tak bisa kita pungkiri bahwa ia sudah menua. Beliau masih menyimpan aura sinis dan skeptis yang ia perankan 35 tahun yang lalu. Ia masih punya sentuhan karismatik dalam dirinya. Peran pendukung seperti Jared Leto dan Sylvia Hoeks juga tak kalah menarik. Setidaknya, Jared Leto berperan sesuai dengan kapasitas karakternya.
Atmosfir cyberpunk dalam film ini lebih suram dibanding Ghost In The Shell (yang ada Scarlett Johannson) dan sangat mendekati film Blade Runner yang pertama. Gedung-gedung kumuh, layar warna-warni, Logo Atari, dan suara-suara mesin dalam scoring musiknya berhasil membangun suasana yang membawa emosi dan kegelisahan masa depan yang suram.
Luv (Sylvia Hoeks) sebagai ikon model 2049. Sumber: Warner Bros[/caption]
Singkat cerita: Denis Villeneuve berhasil membawa kembali esensi yang ada dalam garapan Ridley Scott, menambah sedikit bumbu rahasia miliknya sendiri, dan membungkusnya dengan kemasan yang lebih segar.
Sebuah cult classic yang kekinian. Bravo!
Sekian review Blade Runner 2049 dari Kontributor Duniaku.net, semoga bermanfaat dan menghibur para pembaca yang budiman. Sampai jumpa di kesempatan selanjutnya!
Diedit oleh Fachrul Razi