Review Jurassic World 2: Dinosaurus Lebih Kecil, Horor Lebih Besar
Jurassic World 2: Fallen Kingdom ini adalah film dari franchise Jurassic Park yang paling minim tema "Park"-nya. Dinosaurusnya juga lebih kecil, tapi filmnya intens dan menegangkan.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak sekali perubahan yang dibuat oleh sutradara JA Bayona terhadap film ini. Simak seperti apa perubahan tersebut dalam review Jurassic World 2 berikut ini.
Seberapa baik pun para kru dan sutradara memoles film-film dalam franchise Jurassic Park, hasilnya belum tentu akan sebaik film Jurassic Park (1993) pertama karya Steven Spielberg. Mengapa?
Sebab Jurassic Park (1993) itu menyandang status legendaris bukan hanya karena polesannya, tapi juga karena ia adalah film yang mendobrak batasan.
Ia mengubah sejarah perfilman lewat pencapaian teknisnya. Para dinosaurus dibentuk menggunakan computer-generated imagery (CGI)—yang pada waktu itu tidak semudah sekarang—dan animatronik, robot raksasa yang dilapisi kulit latex hingga berbentuk dinosaurus.
Pencapaian film yang diangkat dari novel berjudul sama karya Michael Crichton ini kemudian diganjar Oscar lewat kategori efek visual dan desain suara.
Maka, selama film-film sekuelnya belum menjadi pionir atau pendobrak, terutama dalam hal dinosaurus yang jadi sajian utamanya, akan sulit untuk menyertakannya dengan Jurassic Park (1993) dalam satu koridor.
Sebelum memasuki review Jurassic World 2, baca sinopsisnya dulu sebagai berikut.
Sinopsis
Mengikuti kisah prekuelnya, Jurassic World 2 atau Jurassic World: Fallen Kingdom ini mengambil tempat di Isla Nublar, pulau di mana wahana Jurassic World berada. Dalam Jurassic World (2015), wahana tersebut hancur dan ditinggalkan karena sosok dinosaurus hasil rekayasa genetika, Indominus rex, lepas dan mengamuk.
Kini, Isla Nublar telah dikuasai para dinosaurus. Namun, mereka terancam punah kembali karena gunung api di pulau tersebut hendak meletus.
Pawang dinosaurus Owen Grady (Chris Pratt) dan mantan manajer Jurassic World, Claire Dearing (Bryce Dallas Howard), diutus untuk menyelamatkan dinosaurus dari kepunahan.
Sayang, rencana tersebut kemudian terancam karena penipuan dan pengkhianatan.
Jurassic Park tanpa “Park”
Jurassic World: Fallen Kingdom atau kita panggil saja Jurassic World 2 adalah film franchise Jurassic Park yang paling minim tema “park” atau “taman”-nya.
Sekuel kedua, The Lost World: Jurassic Park (1997) memang tak mengambil tempat di Taman Jurassic seperti film pertama. Dr. Ian Malcolm, Dr. Sarah Harding, dan rekan-rekan mereka dikirim untuk menghentikan upaya keponakan John Hammond yang hendak memindahkan dinosaurus keluar dari pulau Isla Sorna.
Namun, Isla Sorna di The Lost World masihlah bagian dari Taman Jurassic. Ada fasilitas yang dibangun manusia dan ada juga sisi misterius dari alam yang ikut menciptakan rasa “petualangan” bagi Ian Malcolm dkk.
Rumah besar milik Sir Benjamin Lockwood—rekan John Hammond saat menciptakan teknologi kloning dinosaurus—di Jurassic World 2 ini sebenarnya juga beraura zaman purba karena memamerkan fosil dan replika dinosaurus.
Konsep Taman Jurassic pada dasarnya seperti taman safari, di mana pengunjung memasuki lokasi tempat tinggal dinosaurus.
Intinya, JA Bayona membawa dinosaurus menjauhi alam (Isla Nublar, tempat taman Jurassic World berada) dan membawanya keluar dari habitat naturalnya, tepatnya habitat manusia.
Kini, manusia bukan lagi memasuki alam dinosaurus; dinosauruslah yang memasuki alam manusia. Sama seperti babak akhir The Lost World ketika T-Rex mampir ke San Diego.
Babak akhir T-Rex di San Diego itu hanya sebagain kecil dari film dibandingkan dengan petualangan Ian Malcolm di Isla Sorna. Sementara itu, sebagian besar porsi aksi dan petualangan Jurassic World 2 mengambil tempat di rumah besar Lockwood yang penuh kamar dan tembok-tembok.
Petualangan Owen dkk. saat menyelamatkan para dinosaurus dari letusan gunung api hanya berperan sebagai pembuka saja.
Perbedaan paling signifikan lain dalam Jurassic World 2 versi JA Bayona ini ialah dinosaurusnya yang semakin kecil. Simak kelanjutan review Jurassic World 2 di halaman sebelah.
Dinosaurus yang Semakin Kecil
Arti dinosaurus menyeramkan juga tampak berusaha diredefinisi oleh Bayona. T-Rex yang kharismatik nan menakutkan tidak lagi mendapat tempat, sebagaimana perannya menjadi “jagoan” seperti dalam dua film pertama.
Jika Jurassic Park 3 (2001) membuat dinosaurus raksasa bernama Spinosaurus dan Jurassic World (2015) membuat dinosaurus super cerdas bernama Indominus rex, dinosaurus “jagoan” di Jurassic World 2 ini jauh lebih kecil. Indoraptor namanya.
Hal ini sebenarnya bukanlah masalah besar (kecuali kamu sangat ingin menyaksikan aksi-aksi dinosaurus raksasa) sebab Indoraptor cocok dengan lokasinya yang berupa kamar dan aula.
Bayona membawa franchise ini jadi lebih mirip horor rumahan. Indoraptor tersebut mengejar-ngejar Owen, Claire, dan Maisie, cucu Lockwood, di ruang-ruang sempit.
Dinosaurus yang disimbolkan oleh Indoraptor kini tak lagi seperti “binatang” yang menjadi visi utama Spielberg ketika menyutradarai Jurassic Park, melainkan menjadi seperti monster haus darah. Apalagi sejak Jurassic World, perkembangan teknologi memungkinkan manusia merekayasa genetika dinosaurus sehingga tidak mereka lagi tidak natural.
Dalam perspektif lain, pembawaan yang horor oleh Bayona ini punya sisi yang baik juga. Bayona selama ini dikenal sebagai sutradara dari Spanyol yang piawai membuat film horor seperti film The Orphanage (2007).
Jurassic World 2 amat intens. Setiap adegan bersama Indoraptor seperti membuat kita juga ikut dikejar-kejar olehnya.
Tidak seperti Jurassic World (2015) yang terang karena mengambil waktu siang hari, Jurassic World 2 ini jauh lebih gelap sebab waktunya malam hari.
Bayona mampu menciptakan ketegangan dari kombinasi monster cerdas dan gesit yang haus darah, ruang sempit yang jadi terasa klaustrofobik karena kehadiran dinosaurus, dan pencahayaannya yang gelap sehingga membuatnya lebih misterius.
Lebih Baik dari Jurassic World
Jurassic World 2 adalah peningkatan yang amat memuaskan dibanding prekuelnya, Jurassic World. Lagi-lagi, ini semua karena Bayona.
Membandingkan keduanya dalam review Jurassic World 2 ini penting karena keduanya lebih mirip secara nama dan jalinan cerita daripada tiga film Jurassic Park sebelumnya.
Selain unggul dari segi ketegangan dan intensitas, Jurassic World 2 juga unggul dalam momen-momen dramatisnya. Barangkali, perbedaan kualitas akting juga berpengaruh, terutama si gadis kecil Maisie (yang diperankan dengan baik oleh Isabella Sermon).
Selain soal kebenaran mengejutkan di balik si kecil Maisie, Jurassic World 2 punya momen-momen haru, terutama saat stegosaurus terakhir dilalap awan panas letusan gunung api.
Sementara itu, Jurassic World yang disutradarai Colin Trevorrow (yang kemudian meninggalkan pos sutradaranya untuk Bayona, tapi tetap jadi penulis skenario) kadang alpa dengan pentingnya momen dramatis seperti ini.
Jurassic World-nya Colin Trevorrow lebih seperti ajang ekshibisi betapa modern, ramai, dan berkilaunya Taman Jurassic baru, sementara Jurassic World 2-nya Bayona lebih sensitif dengan perasaan...
... terutama tentang isu bahwa dinosaurus adalah binatang yang juga makhluk hidup.
Kesimpulan soal film ini bisa kamu cek di halaman ketiga!
Kesimpulan
Kesimpulan review Jurassic World 2 ini adalah, film ini barangkali memang menampilkan dinosaurus yang lebih kecil, tidak masif seperti film-film franchise Jurassic Park sebelumnya.
Akan tetapi, langkahnya membawa dinosaurus menjauhi alam sehingga mengurangi tema “park”-nya itu berani dan sebenarnya cukup perlu, mengingat bahwa sudah ada 4 film yang mengambil latar pulau habitat dinosaurus.
JA Bayona dan kru memang belum berhasil membuat Jurassic World 2 menggoyahkan status legenda Jurassic Park (1993), namun setidaknya, mereka berhasil memolesnya jadi baik.
Demikian review Jurassic World 2 dari Duniaku.net. Bagaimana pendapatmu tentang film ini?