Kuat Namun Dapat Membunuh Penggunanya, Inilah 5 Senjata Dewa Rikudo Sennin di Anime Manga Naruto
Rikudo Sennin meninggalkan senjata dewa yang sangat hebat. Namun jika pengguna tidak tahu, senjata tersebut dapat membunuhnya. Inilah 5 senjata dewa Rikudo Sennin di anime manga Naruto
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Rikudo Sennin meninggalkan senjata dewa yang sangat hebat. Namun jika pengguna tidak tahu, senjata tersebut dapat membunuh mereka. Inilah 5 senjata dewa Rikudo Sennin di anime manga Naruto
[duniaku_adsense]
Para shinobi seringkali menggunakan senjata sebagai alat bantu dalam peperangan. Beberapa ada yang mengandalkan kunai dan pedang sebagai kenjutsu andalannya. Ternyata ada juga senjata dewa yang dikenal merupakan peninggalan dari Rikudo Sennin dan memiliki kekuatan yang luar biasa, bahkan melebihi kekuatan kelima kage.
Akan tetapi, penggunaan senjata ini menggunakan banyak chakra, sehingga jika digunakan oleh orang biasa pasti akan tewas. Inilah kelima senjata dewa Rikudo Sennin tersebut.
[page_break no="1" title="Bashosen"]
[duniaku_baca_juga]
Nama lain: Banana Palm Fan
Senjata ini berbentuk kipas besar berwarna merah putih. Kehebatan senjata ini terbukti dari kemampuannya untuk mengeluarkan lima jenis elemen sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kinkaku merupakan pengguna dari senjata ini dan masih memilikinya saat dibangkitkan oleh Kabuto di Perang Dunia Shinobi Keempat.
[read_more id="341364"]
Dengan senjata ini pula, Kinkaku berhasil membunuh Tobirama yang saat itu menjabat sebagai Hokage Kedua. Bashosen membutuhkan chakra yang sangat besar saat penggunaannya, yang kemudian membuat Ten Ten kelelahan setelah merebutnya dari Kinkaku. Meskipun begitu, senjata ini sangatlah hebat dan menakutkan.
[page_break no="2" title="Benihisago"]
Nama lain: Crimson Gourd
Berbentuk seperti botol arak China zaman kuno, Benihisago bertugas untuk menyegel. Jiwa korban yang sudah dipisahkan dan dipotong, kemudian disegel oleh senjata ini. Kurama mengatakan bahwa sekali korban disegel dalam senjata ini, tidak akan dapat keluar lagi. Namun nyatanya, Darui dapat membebaskan Samui dan Atsui yang tersegel setelah mengalahkan Ginkaku dan Kinkaku.
[page_break no="3" title="Kohaku no Johei"]
Nama lain: Amber Purifying Pot
Senjata dewa ini berbentuk gentong besar. Kohaku no Johei merupakan setu-satunya senjata dewa tersisa yang dikuasai oleh Kumogakure pasca pengkhianatan Kinkaku dan Ginkaku. Fungsinya hampir sama dengan Benihisago, hanya saja lebih massif dalam skala kekuatan. Raikage Ketiga menggunakan Kohaku no Johei untuk menyegel ekor delapan saat itu ketika jinchuriki-nya lepas kendali. Pada Perang Dunia Shinobi Keempat, senjata ini digunakan untuk menyegel Kinkaku yang kemudian dibuka oleh Obito.
[page_break no="4" title="Kokinjo"]
Nama lain: Golden Canopy Rope
Tidak seperti senjata lain yang terlihat hebat, Kokinjo hanya berbentuk gulungan tali tambang berwarna emas yang kemudian jika digunakan mengeluarkan aura kuning emas. Namun, kehebatannya jauh lebih dari penampakannya. Kokinjo dapat digunakan untuk memisahkan jiwa dan tubuh manusia dengan kontak fisik. Senjata ini merupakan senjata pembuka dari serangan gabungan Kokinjo-Shichiseiken-Benihisago.
[page_break no="5" title="Shichiseiken"]
Nama lain: Seven Star Sword
Shichiseiken merupakan pedang besar dengan jimat tergantung di bagian bawahnya dan bertuliskan “kutukan” di bagian bilahnya. Digunakan bersama-sama dengan Kokinjo dan Benihisago, pedang ini akan mengutuk korban dan membawa jiwanya pergi. Jiwa korban yang telah lepas karena serangan Kokinjo kemudian dipotong dan dijebak dalam dunia Benihisago. Pedang ini bertugas sebagai eksekutor jiwa. Sungguh mengerikan..
Nah, bagaimana menurut kalian? Semua senjata dewa Rikudo Sennin ini jatuh ke tangan desa Kumogakure yang kemudian disalahgunakan oleh Kinkaku dan Ginkaku, sekaligus menjadikan keduanya shinobi yang sangat hebat. Sekarang, 4 senjata tersebut disimpan oleh Ten Ten, sedangkan Shichiseiken masih misterius keberadaannya. Kira-kira di mana ya tempatnya?
Diedit oleh Fachrul Razi