Sebuah Kompetisi Desain Berakhir dengan Juara Favorit Bersama, Bener Gak Sih?

Kok bisa ada kompetisi desain yang gak ada pemenangnya?

Gak selamanya konsep juara bersama itu salah, walaupun mungkin bukan sesuatu yang lumrah.

Akhir-akhir ini dunia kompetisi desain dihebohkan dengan insiden janggal. Sebuah kompetisi desain untuk membuat maskot jasa pengiriman barang, berakhir tanpa pemenang. Konon katanya pihak top management dari perusahaan ini berpendapat bahwa desain maskot yang ada belum dapat mewakili filosofi maupun visi dan misi perusahaan tersebut. Alhasil kompetisi ini diakhiri dengan 10 desain favorit sebagai juara bersama mendapat sejumlah nominal hadiah. Tentu saja nominal hadiah ini jauh lebih kecil dari promo kompetisi yang telah digembar-gemborkan sebelumnya.

Namun salahkan jika akhir sebuah kompetisi menghasilkan juara bersama? Bukankah sebuah kompetisi harus menentukan siapa juara pertama yang  terbaik di antara semua kompetitor?

Dalam sebuah teori dan contoh kenyataan, ternyata bisa juga diterapkan juara bersama. Mengapa bisa begitu? Yuk kita lihat pembahasannya di sini.

Sebuah Kompetisi Desain Berakhir dengan Juara Favorit Bersama, Bener Gak Sih?

Catatan: teori yang ditulis di sini adalah salah satu kutipan materi kuliah, namun karena dapatnya sudah lama sekali, lebih dari 10 tahun yang lalu, maka bisa jadi ada kekurangan dalam penafsiran Penulis. Sanggahan dan masukan bisa diungkapkan di kolom komentar

Proses Kreasi

Jadi dahulu kala, Penulis pernah ikut kuliah yang dosennya adalah Prof. Dr. H. Primadi Tabrani. Beliau adalah pakar dalam seni rupa anak, khususnya gambar anak. Lalu apa hubungannya dengan konsep juara bersama?

Jadi begini, dalam perkuliahannya, waktu itu adalah mata kuliah Pengenalan Studi Seni Rupa, Beliau menuturkan sebaiknya dalam lomba gambar untuk anak-anak yang ditentukan bukan juara 1, 2, atau 3 nya. Namun baiknya lomba gambar untuk anak memilih beberapa gambar terbaik, tanpa ditentukan siapa urutan-urutannya, untuk dipajang sama rata. Kenapa?

Dalam proses kreasi, anak-anak memiliki daya imaji yang tinggi. Sayangnya pendidikan membuatkan sistem memilih mana kreasi yang terbaik. Hal ini salah satunya bisa membuat anak jadi kurang bebas berimajinasi karena mereka akan meniru yang terbaik.

Contohnya begini. Buatlah sebuah gambar pemandangan.

...sudah?

Apakah gambar kamu seperti ini?

Sebuah Kompetisi Desain Berakhir dengan Juara Favorit Bersama, Bener Gak Sih?

Kenapa sebuah gambar pemandangan bisa setipe? Salah satunya bisa karena adanya konsep gambar terbaik. Sehingga di lomba-lomba lainnya, gambar anak akan jadi senada karena berpatokan pada gambar terbaik.

Dengan konsep juara favorit bersama, maka perbedaan ide pun bisa terlihat sama derajatnya, dan ini lebih mendidik untuk anak lebih bebas berkreasi tanpa patokan juara terbaik.

Lebih jelasnya dari proses kreasi bisa dibaca buku-buku berikut ini.

Tabrani, Primadi . Proses Belajar, Proses Kreasi, Gambar Anak. 2014. Penerbit : ERLANGGA.

Tabrani, Primadi. Proses Kreasi dan Apresiasi Belajar. 1998. Penerbit ITB, Bandung.

Barangkali ini seperti yang dilakukan perusahaan jasa pengiriman barang tersebut? Namun mengingat kompetisi yang dilakukan di dunia orang dewasa, barangkali memang perlu menentukan mana yang terbaik, agar gengsi dan persaingan makin terasa dalam dunia kompetisi.

Akademi Toho dan Nankatsu.

Juara bersama juga terjadi di dunia animanga. Hal ini pasti diketahui oleh fan Captain Tsubasa. Terutama bagi mereka yang ingat dengan Captain Tsubasa pada masa sekolah menengah.

Captain Tsubasa bersama Nankatsu telah dua kali juara sepak bola nasional antar SMP. Kojiro Hyuga merasa inilah saat yang tepat bagi sekolahnya, Akademi Toho, untuk merebut gelar juara dari Nankatsu. Ia pun berlatih keras dan menghasilkan jurus tendangan baru yaitu Tiger Shoot.

Terbukti Tiger Shoot ini bisa menundukkan sang SGGK (Super Great Goal Keeper), Wakabayashi. Namun Tsubasa masih terlalu kuat. Bahkan Hyuga harus mencetak gol penyama kedudukan untuk mencegah Nankatsu menjadi juara.

Hingga babak perpanjangan, kedudukan pun masih sama. Hal ini membuat akademi Toho dan Nankatsu menjadi juara bersama. Jadi jika sampai akhir tidak bisa ditentukan siapa juaranya, maka konsep juara bersama juga tetap bisa dilakukan, bukan?

Namun dalam perkembangan masa kini, barangkali konsep juara bersama di sepak bola mulai ditinggalkan. Mengingat sepak bola kini mendapat banyak sponsor dan hak siar, maka kejelasan tim terbaik adalah hal yang mutlak. Maka dari itu mulai muncul sistem golden goal, silver goal, hingga babak adu penalti.

Apakah kamu tahu konsep juara bersama lainnya? Apakah kamu setuju dengan kompetisi yang diakhiri dengan juara bersama? Silahkan komentar di bawah ini ya!

Diedit oleh Fachrul Razi

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU