Jadi Sebenarnya Kemana Komik Indonesia?
Lah memangnya kamu kemana aja?
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kemana Komik Indonesia? Pertanyaan ini baru-baru ini mencuat kembali. Kita dihadapkan pada kenyataan bahwa komik-komik Indonesia terbenam oleh serbuan komik-komik luar, seperti manga maupun komik barat. Atau bahkan ada yang meragukan komik Indonesia saat ini yang berbau kebarat-baratan ataupun yang kemanga-mangaan.
Namun apakah semua itu patut dipermasalahkan? Mengapa komik Indonesia saat ini bisa menjadi krisis identitas? Memang sebenarnya kemana komik Indonesia ke depannya? Untuk itu mari kita runutkan sebenarnya kemana komik Indonesia hingga saat ini.
[page_break no="" title="Kemana Komik Indonesia Dulu?"]
Di Indonesia, cara bercerita menggunakan gambar sudah dikenal sejak zaman kerajaan-kerajaan di Nusantara. Salah satu contoh, cara bercerita menggunakan gambar pada masa purbakala adalah relief-relief yang terdapat pada candi yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Komik dikenal di Indonesia dimulai sejak 1930-an yang hadir di media massa Belanda seperti De Java Bode dan D’orient. Kho Wan Gie membuat karakter Put On, yang merupakan seorang peranakan Tionghoa. Dan ini adalah karakter komik Indonesia yang pertama, terbit rutin di surat kabar Sin Po. Sementara itu di Solo, Nasroen A.S membuahkan karya komik stripnya yang berjudul Mentjcari Poetri Hidjaoe melalui mingguan Ratu Timur.
Di awal tahun 1950-an, salah satu pionir komik bernama Abdulsalam menerbitkan komik strip heroiknya di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Salah satunya berjudul “Kisah Pendudukan Jogja”, bercerita tentang agresi militer Belanda ke kota Yogyakarta. Komik ini kemudian dibukukan oleh harian “Pikiran Rakyat” dari Bandung.
Sekitar akhir tahun 1940-an, hadir Siaw Tik Kwei menampilkan komik adaptasi dari legenda pahlawan Tiongkok “Sie Djin Koei”. Komik ini berhasil melampaui popularitas Tarzan di kalangan pembaca lokal.
Kemudian pada 1955-an muncul R.A. Kosasih, yang nantinya dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia, memulai karirnya dengan membuat karakter pahlawan wanita bernama Sri Asih. Terdapat banyak lagi karakter pahlawan super yang diciptakan oleh komikus lainnya, di antaranya adalah Siti Gahara, Puteri Bintang, Garuda Putih and Kapten Comet.
Tahun 1968 didominasi oleh komik cerita silat. Studio-studio film kala itu banyak mendapat keuntungan dari film yang diproduksi berdasar cerita dari komik misalnya film Panji Tengkorak yang berasal dari komik Panji Tengkorak. Namun semakin lama keterkaitan film dan komik berkembang, sehingga tidak mesti menunggu kesuksesan komik untuk difilmkan, kadangkala kesuksesan film diikuti dengan membuat versi komiknya.
sumber: [outbound_link text="Sejarah Komik Indonesia" link="http://sejarahri.com/sejarah-komik-indonesia/"]
Lantas kemana komik Indonesia sekarang? Lihat kenyataannya di halaman berikutnya...
[page_break no="" title="Kemana Komik Indonesia Sekarang?"]
Era 1990-an hingga kini, pengaruh manga dan barat pada komik Indonesia mulai menjadi trend. Contoh saja jagoan seperti Caroq, hingga Volt yang dibuat oleh Skylar Comics memiliki karakter barat yang sangat kental. Contoh lainnya adalah Re:On yang merupakan komik bergaya manga. Dengan serbuan komik barat dan manga yang semakin banyak ke dunia komik di Indonesia, beradaptasi merupakan hal yang wajar. Namun hal seperti ini tentu saja menjadi perdebatan mengenai identitas komik Indonesia saat ini. Sebenarnya kemana komik Indonesia ke depannya?
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/03/08/volt-dan-valentine-ramaikan-booth-skylar-comics/" title="Volt dan Valentine Ramaikan Booth Skylar Comics"]
Semua ini tidak lepas dari alur industri di dunia komik. Jika dalam bagan, maka alurnya kira-kira seperti ini
individu (studio) –> penerbitan –> distributor –> retail –> konsumen.
Sekreatifnya pembuat komik, dalam industri komik yang menentukan pasar tentu adalah selera konsumen. Dan mengingat yang berkontribusi dalam menerbitkan komik adalah penerbit, maka penerbit tentu perlu dapat membidik konsumen mereka dengan tepat sehingga bisa memproduksi komik yang menguntungkan. Di sini penerbit yang ideal biasanya memiliki editorial, dimana saat membuat komik, ia duduk bersama dengan komikus, pemasaran, hingga retail dalam mengarahkan sebuah karya komik yang tepat sasaran. Dan untuk bisa tepat, tentunya mengetahui selera konsumen adalah hal yang wajib.
Mengingat komik barat dan manga populer di masyarakat maka wajar jika pelaku industri lebih mengarahkan komikus untuk mengadaptasi gaya barat dan manga dalam komik Indonesia. Bukan berarti gaya komik Indonesia harus tersingkirkan seluruhnya, namun di sinilah PR bagi komikus untuk meyakinkan penerbit bahkan hingga meyakinkan konsumen untuk bisa menerima gaya komik Indonesia. Tapi ini adalah PR yang sangat berat dan panjang prosesnya.
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/04/26/serunya-reon-convention-di-margo-city-depok/" title="Serunya Re:ON Convention di Margo City, Depok"]
Kalau kita terus berdebat mengenai identitas komik Indonesia, nantinya kemana komik Indonesia lainnya? Padahal gempuran komik barat dan manga tidak akan menunggu perdebatan ini selesai. Seiring berjalannya waktu, beradaptasi adalah tindakan yang perlu sembari tetap memperjuangkan identitas komik Indonesia. Jika tidak, mau dibawa kemana komik Indonesia? Masa' mau dibawa tenggelam begitu saja?
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/05/08/komik-indonesia-serbu-pameran-retrospektif-komik-indie/" title="Komik Indonesia Serbu Pameran Retrospektif Komik Indie"]
Bukan berarti identitas komik Indonesia pasrah tenggelam. Jalur komik Indonesia tidak hanya melalui industri tapi terdapat jalur lain, yaitu jalur komik indie. Tentu saja di komik indie tidak menjamin menguntungkan secara ekonomis, namun komikus bisa lebih bebas dalam menjangkau peminat dan pembaca dengan gayanya sendiri.
Jangan lupa, zaman sekarang komik tidak terpaku pada format cetak. Komik format digital telah menjadi alternatif untuk dikonsumsi pasar. Bagi komik industri, pasar ini mulai dirangkul melalui komik digital yang bisa diakses konsumen dengan biaya tertentu. Sedangkan komik digital justru adalah target utama para komikus indie. Coba saja cek sosial media milikmu. Berbagai akun komik indie bertebaran di sana, yang memiliki ribuan follower per akunnya. Semakin banyak follower/pembaca komik digital, maka akan semakin memiliki nilai jual untuk menarik minat sponsor. Di sinilah para komikus indie bisa berusaha hidup dari karya-karyanya, sebagai alternatif dari berkarya di jalur komik industri.
Mau kemana komik Indonesia melaju bisa melalui industri maupun jalur indie yang akan selalu ada.
Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk komik Indonesia? Coba intip ke halaman berikutnya...
[page_break no="" title="Apa yang Bisa Kita Lakukan?"]
Sebenarnya jawaban dari pertanyaan "Kemana Komik Indonesia?" cukup sederhana: Kamu kemana aja selama ini? Ya, ini bukan jawaban ideal, tapi membalikkan pertanyaan ini pada diri sendiri bisa membuat kita mengukur berapa besar kontribusi kita terhadap komik Indonesia. Untuk mendukung komik Indonesia untuk kembali bangkit, atau misalnya menemukan identitas dirinya lagi, beberapa hal yang kita bisa lakukan adalah:
Membeli Komik
Kontribusi paling nyata yang bisa kita lakukan tentu adalah membeli komik Indonesia, karena inilah yang bisa meghidupi komikus kita untuk terus selalu berkarya. Namun jika kita tidak minat membeli komik karya anak bangsa sendiri, hal lain yang bisa kita lakukan adalah:
Membaca Komik Indonesia
Membaca langsung komik karya anak bangsa bisa membuat kita mengenal lebih dekat. Tentunya diharapkan dengan membaca, minat kita pada komik Indonesia juga semakin tumbuh. Mungkin ini tidak pas untuk komik industri, tapi membaca komik indie yang bertebaran di sosial media bisa memberi kontribusi agar komik indie dari komikus kita bisa dilirik sponsor. Toh mengakses komik indie relatif mudah dan gratis, jadi tidak ada ruginya mengakses komik indie di sosial media.
Mendukung Komik Indonesia
Mendukung komik Indonesia bisa melalui dua hal di atas, atau minimal kontribusi yang bisa lakukan adalah: tidak menghina atau menjelek-jelekan karya bangsa sendiri. Hargai karya anak bangsa, jangan menjadi hambatan kreativitas mereka. Beri komentar yang membangun agar komik Indonesia berkembang semakin baik.
Cara lainnya kita bisa berpartisipasi mempromosikan komik-komik Indonesia. Tidak perlu membaca, atau membelinya, tapi me-like atau share komik Indonesia di ranah sosial media sedikit banyak ikut membantu meramaikan komik kita.
Ikut Bikin Komik Indonesia
Ya ini kontribusi paling sulit. Perlu kemauan dan bakat untuk bisa ikut terjun di dunia komik Indonesia. Belum lagi perlu gigih berkarya walaupun mendapat halangan dan rintangan. Mau kemana komik Indonesia akan lebih mudah diarahkan jika kita turun langsung. Tapi sebisa mungkin pakai nama sendiri untuk dicantumkan komik kita. Jika kita memakai nama asing, bisa jadi orang-orang akan mengira bahwa kita tidak percaya diri dengan karya sendiri.
Jadi, sebenarnya kemana komik Indonesia? Komik Indonesia akan ke tiap masing-masing dari kita, bahkan bisa ke semua orang, jika kita mau!