Meibi Studio, Suka Duka Lulusan UGM Jogja Mendirikan Studio Game di Jepang
Meibi Studio ingin menggabungkan game mobile dengan konsep idol yang populer di Jepang. Simak pengalaman dan juga game-nya di dalam!
Hijrah dari Indonesia, lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Agro Rachmatullah mendirikan Meibi Studio di Jepang. Bagaimana suka duka dan juga pengalamannya mendirikan studio ini? Simak wawancaranya berikut ini!
[read_more id="224196"]
Mungkin tidak banyak developer di Indonesia yang akhirnya hijrah ke negara lain dan membangun studio di sana. Satu diantaranya adalah Agro Rachmatullah, lulusan Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang akhirnya melanjutkan kuliah S2 di Jepang dan akhirnya mendirikan studio game di sana, Meibi Studio. Berawal dari bidang fotografi, Meibi Studio pun akhirnya mendapatkan pendanaan dan melebarkan sayap dengan mengembangkan game mobile.
Game pertama yang dirilis Meibi Studio sudah pernah kami bahas sebelumnya, berjudul
Duniaku (D): Bisa diceritakan dong, bagaimana sih awal mula hijrah ke Jepang, hingga akhirnya membentuk Meibi Studio ini?
Agro Rachmatullah (AR): Setelah lulus S1 Ilmu Komputer UGM, saya lanjut kuliah S2 Ilmu Komputer di Nagoya University Jepang dengan beasiswa. Di kampus saya bergabung dengan klub fotografi dan awalnya saya hanya mengajak teman-teman saya untuk menjadi model. Tapi karena saya sering meng-upload foto saya di media sosial, lama-lama saya dapat banyak request photoshoot dari model-model Jepang. Akhirnya saya memiliki ide untuk mendirikan startup studio game yang karakter gamenya berdasar dari model-model yang saya kelola. Untuk itu saya melakukan pitching ke berbagai angel investor dan ditolak lebih dari 100 kali, namun pada akhirnya saya berhasil mendapat funding sehingga bisa mendirikan Meibi Studio tahun lalu.
D: Apa sih alasannya kok ingin membuka studio game di Jepang?
AR: Market mobile game sangat tersaturasi jadi perlu suatu gebrakan baru agar bisa membedakan diri dari game lain. Di Jepang mobile gaming dan konsep idol sama-sama populer, jadi saya yakin kalau menggabungkan keduanya dengan baik pasti bisa jadi sesuatu yang baru dan besar.
D: Apa sih tantangan terbesar mendirikan studio game di Jepang? Apalagi mas Agro berasal dari Indonesia.
AR: Tantangan terbesarnya adalah tantangan legal dan dana. Kalau ingin memulai develop game di negeri sendiri, kita bisa langsung mulai coding di kamar sendiri. Sebagai orang asing, di sini saya harus mendirikan perusahaan secara resmi yang memiliki kantor jelas. Pendiriannya butuh dana awal yang tidak sedikit dan setelahnya biaya operasionalnya juga pasti lebih besar dibanding kalau di Indonesia. Tapi di Jepang kalau semua prosedur diikuti dengan benar maka pemerintah juga tidak akan mempersulit.
D: Sampai sekarang, berapa jumlah anggota dari Meibi Studio?
AR: Saat ini tim game development-nya 3 orang Indonesia. Model yang kami kelola saat ini ada 60 orang. Kami punya halaman pendaftaran model di Event pameran karya seni yang digelar Meibi beberapa waktu lalu[/caption]
D: Harapannya untuk Meibi Studio ini apa?
AR: Bisa menjadi studio besar dan ternama di Jepang sehingga bisa mengharumkan nama Indonesia dan juga menginspirasi teman-teman sebangsa. Kami berharap bisa merilis portfolio game dan apps yang sukses selama beberapa bulan ke depan lalu memulai pencarian funding series A.
D: Selain game apa lagi kegiatan Meibi Studio di Jepang?
AR: Selain game, kami mengadakan kegiatan di bidang fotografi dengan model-model kami seperti pameran foto dan juga event photoshoot yang terbuka untuk umum.
D: Terima kasih atas waktunya!