Review Spider-Man: Homecoming: Film Menghibur dengan Penjahat Luar Biasa
Spider-Man: Homecoming punya satu unsur yang jauh lebih superior dari film Marvel Cinematic Universe biasanya: penjahat yang sangat memikat. Untuk pembahasan lebih lengkapnya, baca saja review Spider-Man: Homecoming ini! -------------- Konferensi komunitas Game terbesar di Indonesia! Coba berbagai macam game dan dapatkan doorprize di GAME PRIME 2017, Balai Kartini, Jakarta, 29-30 Juli 2017. Info>>> http://www.gameprime.asia
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Baca review Spider-Man: Homecoming ini untuk mengetahui apakah filmnya sesuai dengan harapan, dan pantas disandingkan dengan Spider-Man 2002!
Jadi, Spider-Man: Homecoming sudah rilis mulai 5 Juli ini. Tim Duniaku.net kemarin mendapat kesempatan nonton duluan berkat undangan dari pihak Oppo Indonesia. Apakah filmnya bagus atau jelek? Simak saja review Spider-Man: Homecoming di bawah ini.
Sinopsis
[duniaku_baca_juga]
Setelah unjuk gigi di Civil War, Spider-Man terus menantikan kesempatan untuk bisa beraksi lagi dengan Avengers. Saat Tony Stark justru menjauhinya, Peter berinisiatif untuk unjuk diri agar sang Iron Man tak bisa mengabaikannya lagi.
[read_more id="319163"]
Tapi aksi heroik Peter membuat hubungan sosial dan pendidikannya bermasalah. Persoalannya pun bertambah saat aksinya membuat dia berurusan dengan Vulture, penjahat berbahaya dengan teknologi pakaian terbang berdasarkan teknologi Chitauri. Mampukah Peter mengatasi semua tanggung jawabnya, baik sebagai pahlawan maupun sebagai pelajar?
Salah Satu Penjahat Terbaik di Film Marvel
[duniaku_adsense]
Hal pertama yang akan disorot di review Spider-Man: Homecoming versi Duniaku.net ini adalah penjahat utamanya. Jarang-jarang ada penjahat film Marvel Cinematic Universe dengan kualitas seperti Vulture ini.
Penulis bukan pembaca setia komik Amerika. Saya pun pertama mengetahui Adrian Toomes dari episode kartun Spider-Man tahun 90an, yang tayang di RCTI. Di sana Vulture tampil sebagai penjahat super yang mampu mencuri usia dari targetnya, termasuk Spider-Man.
Karena pengetahuan yang terbatas itulah penulis sempat kecewa begitu mendengar Vulture akan menjadi penjahat utama Spider-Man: Homecoming. Ini adalah film solo pertama Spidey di bawah pengawasan Marvel. Tampaknya Vulture, yang tidak populer di kalangan awam, ini kurang epik untuk menjadi lawannya.
Namun ternyata penulis salah.
Uniknya, Spider-Man: Homecoming bisa dibilang juga merupakan kisah origin Vulture. Bahkan Spidey pun latar belakangnya menjadi pahlawan tidak ditunjukkan. Namun kamu bisa melihat alasan kenapa Vulture bisa menjadi penjahat, dan kenapa ia bisa terus beraksi tanpa dipergoki Avengers.
Biasanya pendekatan seperti ini akan membuat sang penjahat jadi mencuri sorotan ke protagonis. (Contohnya cek saja Batman Returns). Tapi sutradara Jon Watts berhasil menyajikan porsi karakter dengan pas. Vulture memperoleh pendalaman karakter yang sangat luar biasa, namun tak sekalipun kamu akan menganggap Homecoming adalah film dia, karena Spider-Man tetap menjadi fokus.
Michael Keaton sebagai pemeran Vulture juga harus diberi pujian. Aktor gaek mantan pemeran Batman ini membuktikan kenapa dirinya termasuk aktor underrated di era modern ini. Dia menunjukkan performa akting yang sama primanya seperti di film Birdman.
Penjahat film Marvel juga kerap kali hanya tampil untuk dijadikan karung tinju, tak pernah terasa terlalu mengancam. Tidak demikian dengan Vulture. Penjahat yang satu ini bisa menunjukkan kenapa teknologi terbang bisa merepotkan Spider-Man. Terutama di area-area di mana tidak ada gedung yang bisa digunakan Spidey bermanuver.
Pada akhirnya, itulah kekuatan utama film ini. Pendalaman karakter yang diperoleh Vulture membuat dia menjema menjadi sosok yang memukau sebagai penjahat. Dia juga tersaji sebagai lawan yang kuat, dan bikin penasaran bagaimana Spidey bisa mengalahkannya. Mungkin hanya Loki penjahat MCU yang terbangun sebagus Vulture ini. Biasanya, pendekatan ala Vulture ini hanya digunakan untuk tokoh Netflix seperti Kingpin dan Cottonmouth.
Vulture begitu hebat hingga review Spider-Man: Homecoming ini harus menyorotnya dengan intensif. Tapi bagaimana dengan unsur-unsur lain filmnya? Cek halaman kedua untuk membaca kelanjutannya!
Tiga Penjahat, Semuanya Tersaji Baik
[duniaku_baca_juga]
Masih ingat kekacauan Spider-Man 3 dan The Amazing Spider-Man 2, yang memunculkan begitu banyak penjahat dan ujung-ujungnya membuat film jadi kacau?
Spider-Man: Homecoming pun sebenarnya memiliki tiga penjahat. Mereka adalah Shocker, Vulture, dan Tinkerer (yang terakhir itu lebih sering disebut dengan nama aslinya, Mason). Tapi film ini menunjukkan bagaimana caranya menyajikan tiga penjahat sekaligus tanpa membuat filmnya jadi terlalu membingungkan.
[read_more id="319163"]
Ketiga penjahat ini memiliki hirarki jelas. Vulture adalah pemimpin, sementara Shocker dan Tinkerer adalah anak buahnya. Pembagian ini membuat masing-masing tokoh tersaji dengan baik. Hubungan unik Vulture, Shocker, dan Tinkerer juga tergolong beda dari tim penjahat biasanya.
Jadi, walau sama-sama memunculkan tiga penjahat, kamu dijamin tidak akan terganggu seperti saat menonton Spider-Man 3 maupun The Amazing Spider-Man 2.
Terasa Penuh di Bagian Awal, namun Mulai Fokus di Babak Akhir
[duniaku_adsense]
Penulis merasa babak awal Spider-Man: Homecoming begitu penuh. Ada banyak sekali yang perlu dicerna, mulai dari latar belakang Spidey di Civil War, usaha Spidey untuk mendapat perhatian Tony Stark, dan perjuangan Spidey dalam kehidupan sekolahnya. Belum lagi ada juga subplot Vulture.
Kalau filmnya konsisten bergulir seperti itu dari awal hingga akhir, penulis bisa saja akan memberikan nilai 60 hingga 70 di review Spider-Man: Homecoming ini. Untungnya tidak demikian. Film ini justru terasa semakin fokus di saat kritis, yakni di paruh akhir. Sehingga saat konfrontasi puncak Vulture dan Spider-Man dimulai, penonton bisa fokus melihat duel dari protagonis dan antagonis yang sama-sama sudah terbangun dengan baik.
Spider-Man yang Masih Ceroboh
Spider-Man: Homecoming menyorot fase yang tidak berlama-lama disajikan di Spider-Man 2002 maupun The Amazing Spider-Man: saat Peter Parker masih SMA. Kira-kira, Peter di sini masih kelas 10 bila diukur dari sistem akademik Indonesia. Sikapnya sepanjang film pun menunjukkan dia masih seperti layaknya remaja. Semangat kepahlawanannya sudah benar, namun ia masih belum matang.
Tom Holland mampu menyajikan fase unik Peter Parker ini dengan brilian. Dia terasa sukses menyajikan sosok Spidey yang beda dari Spidey Tobey Maguire maupun Andrew Garfield.
Ini juga pendekatan yang unik untuk kisah perjalanan superhero. Yang disorot di Homecoming bukanlah kehidupan Spider-Man di masa-masa awal. (Tahulah, mulai dari digigit laba-laba hingga kematian Paman Ben). Sejak Civil War saja Paman Ben sudah mati dan Spidey sudah lama beroperasi jadi pahlawan.
Meski begitu, sebagai superhero muda, Spidey jelas akan mengalami fase-fase di mana ia harus berkembang. Dan itulah yang akan kamu saksikan di sini.
Akan menarik kalau format Homecoming ini nantinya akan ditiru juga oleh film pahlawan super lain. Ketimbang menyorot benar-benar dari awal, kenapa tidak mengambil masa setelah sang pahlawan sudah beroperasi namun belum berpengalaman?
(Untungnya) Bukan Iron Man 4
Image credit: Boss Logic[/caption]
Jujur, penulis sangat takut Iron Man akan sepenuhnya membajak Spider-Man: Homecoming menjadi Iron Man 4. Pasalnya, dia muncul banyak sekali di media promo. Termasuk di poster. Iron Man bahkan mengenakan zirah canggih baru, yang pasti sudah bikin ngiler para kolektor.
Tapi untungnya tidak. Tony Stark memang menjadi sumber motivasi tokoh utama film ini (dia yang membuat Vulture terpaksa beralih jadi penjahat, dan dia juga yang mencoba dicuri perhatiannya oleh Peter Parker), namun penampilannya di film sendiri tergolong sedikit. Kamu tidak akan salah menyangka kalau ini adalah film Iron Man.
Kesimpulan
Untuk kesimpulan dari review Spider-Man: Homecoming ini: film ini terasa terlalu penuh di awal, dan melihat Spider-Man yang masih kurang pengalaman mungkin bisa membuat beberapa fan kesal. Tapi karakterisasi Spider-Man secara keseluruhan tersaji oke, Vulture sebagai penjahat bisa menyajikan banyak momen menggigit, dan banjir easter egg di filmnya pasti bisa memuaskan fan. Satu lagi film solid dari MCU.
Konferensi komunitas Game terbesar di Indonesia! Coba berbagai macam game dan dapatkan doorprize di GAME PRIME 2017, Balai Kartini, Jakarta, 29-30 Juli 2017. Info>>> http://www.gameprime.asia