Review Ghost in the Shell - Film Aksi Lumayan dengan Efek Visual Menakjubkan
Plot film ini mungkin tidak menawarkan hal baru, tapi harus diakui efek visualnya luar biasa. Lengkapnya baca saja review Ghost in the Shell ini!
Image credits: Paramount Pictures International[/caption]
Plot film ini mungkin tidak menawarkan hal baru, tapi harus diakui efek visualnya luar biasa. Lengkapnya baca saja review Ghost in the Shell ini!
Sinopsis
Mira Killian adalah korban dari serangan teroris. Tubuhnya rusak parah, jadi ia diselamatkan oleh Hanka Robotics dengan prosedur baru. Otaknya dimasukkan ke tubuh sibernetika sintetis yang membuatnya melampaui manusia biasa.
Mira kemudian ditempatkan di Section 9, satu unit pasukan khusus, di mana tubuh supernya membuat ia menjadi prajurit yang bisa diandalkan. Ancaman baru datang saat seorang hacker berbahaya mulai menyerang dan menghabisi para eksekutif Hanka Robotics. Mampukah sang mayor mengatasi masalah ini?
Efek Visual Luar Biasa
Hal pertama yang akan penulis angkat dalam review Ghost in the Shell ini adalah efek visualnya. Apa kamu suka dengan genre cyberpunk? Atau jangan-jangan kamu memang butuh inspirasi untuk menghasilkan karya-karya berlatar futuristis? Kalau begitu, efek visual Ghost in the Shell bisa menjadi alasan kuat untuk menyaksikan film ini.
Efek visual Ghost in the Shell benar-benar luar biasa. Kamu akan melihat dunia yang terkesan kelam namun juga menakjubkan, dengan berbagai perkembangan canggih yang belum ada di bumi namun bisa dibayangkan benar-benar tercipta di masa depan.
Visual top ini juga membantu filmnya menyajikan adegan-adegan aksi menakjubkan. Beberapa di antaranya terasa diadaptasi dengan sangat canggih dari animasi aslinya.
Visual Ghost in the Shell juga mampu membuat film ini terasa unik dan beda dari film Hollywood lain. Dan itu hal yang bagus, mengingat film ini tidak menawarkan hal baru dari segi plot.
Plot Biasa Saja
Kelemahan filmnya yang paling terpikir saat menulis review Ghost in the Shell adalah kualitas plotnya. Sutradara Rupert Sanders berusaha menyajikan plot baru yang tetap memiliki unsur-unsur dari animasinya, terutama versi 1995 lampau. Namun pada akhirnya plot dari Ghost in the Shell yang sudah dimodifikasi ini terasa tidak istimewa. Twist-twist yang tersaji di film ini tak terasa baru, dan mungkin akan tertebak dengan mudah oleh fan-fan film aksi.
Meski begitu, film ini tetap bisa mengangkat unsur-unsur bagus di dalam kisahnya. Seperti bahaya yang bisa terjadi saat implan sibernetika sudah sangat awam dimiliki oleh manusia. Seperti yang bisa kamu temui di animasinya, cukup seram membayangkan implan sibernetik seseorang bisa dibajak dan dikendalikan oleh seorang hacker.
Penulis Naskah dan Sutradara Cukup Memahami Inspirasi Filmnya
Sumber: Ivv2.com[/caption]
Masalah dari adaptasi game dan anime ke layar Hollywood adalah kemungkinan sutradara dan penulis naskah tidak benar-benar memahami sumbernya. Akhirnya terciptalah karya-karya berkualitas mengerikan seperti film-film Uwe Boll.
Sudah menonton Ghost in the Shell: Stand Alone Complex dan Ghost in the Shell 1995, penulis merasa kalau sutradara Rupert Sanders dan tim kreatif di balik film ini cukup memahami materi dasar filmnya. Karenanya, Ghost in the Shell terasa sebagai adaptasi yang oke.
Ada tiga karakter Section 9 yang disorot intensif di film ini: Mayor Mira Killian, Batou, dan Aramaki.
Aramaki yang bijaksana dan peduli kepada anggota Section 9 terasa benar-benar diangkat dari animasinya, dan dibawakan dengan apik oleh si raja Benteng Takeshi, Beat Takeshi.
Lalu ada juga Batou. Pilou Asbaek menyajikan karakter yang sangat mirip dengan Batou asli di animasinya. Mulai dari kecintaannya terhadap anjing serta hubungan akrabnya dengan Mayor Mira, yang tidak pernah keluar dari friendzone.
Di antara Batou dan Aramaki, Mayor Mira yang dibawakan Scarlett Johansson justru terasa sebagai karakter baru. Baru satu tahun bekerja di Section 9, Mayor Mira yang didasarkan dari Motoko Kusanagi tampil sebagai karakter yang masih beradaptasi dengan tubuh barunya. Dia masih sering melakukan kesalahan, tidak yakin pada dirinya sendiri, dan kurang dekat dengan anak buahnya.
Bukti lain dari pemahaman sutradara dan tim kreatif film ini adalah banyaknya adegan dari seri Ghost in the Shell yang disajikan di sini. Bukan hanya dari film 1995, yang jelas jadi inspirasi, tapi juga dari seri seperti Ghost in the Shell: Stand Alone Complex. Ghost in the Shell mungkin memiliki kelemahan, tapi dari segi adaptasi Hollywood sih film ini cukup oke.
Kesimpulan
Untuk kesimpulan dari review Ghost in the Shell ini: plot filmnya terasa terlalu biasa, dengan twist yang awam untuk ukuran film aksi sci-fi Hollywood. Namun efek visualnya memukau, penokohan karakternya cukup asyik, dan - secara tidak terduga - sebenarnya ini adaptasi yang lumayan oke untuk Ghost in the Shell.
Menurut IGN, Ghost in the Shell mendapat pemasukan sedikit di pekan pertamanya di box office Amerika. Sangat disayangkan sebenarnya. Setelah ending film ini, penulis justru penasaran apa yang akan terjadi bila film ini dilanjutkan.