Review Film Warcraft - Adaptasi Game yang Cukup Memuaskan
Walau masih memiliki sejumlah kelemahan, film Warcraft mungkin adalah adaptasi game terbaik sejauh ini. Detil-detil yang disajikan di dalamnya terutama akan memuaskan penggemar lore gamenya.
Ya, Warcraft sudah tayang di Indonesia sejak 25 Mei ini. Apakah filmnya bagus? Simak saja ulasannya di review film Warcraft ini!
Sinopsis
Menghadapi kehancuran dunia mereka, para orc memutuskan melintas ke Azeroth menggunakan sihir jahat dari penyihir Gul'dan. Mereka mendarat di wilayah kerajaan manusia, Stormwind, dan segera menimbulkan konflik. Bagaimanakah pihak manusia, dan juga sedikit bangsa orc yang masih bisa berpikir rasional, dapat menyelesaikan konflik ini?
Cara Adaptasi Terbaik
[read_more id="253400"]
Kalau kamu berkunjung ke Rotten Tomatoes, kamu akan mendapati jumlah review film Warcraft tergolong rendah, hanya 40 persen. Mengingat kedua trailernya pun terasa biasa saja, tak heran kalau penulis menyaksikan film ini dengan ekspektasi rendah. Namun ternyata film Warcraft ini memiliki pendekatan yang paling tepat untuk menyikapi adaptasi game.
Fan setia Warcraft bisa mencoba membaca ulang sejarah karakter-karakter yang terlibat di perang pertama orc-manusia. Kamu akan menyadari kalau film ini memang memodifikasi beberapa bagian plotnya, namun [outbound_link text="Chris Metzen" link="https://en.wikipedia.org/wiki/Chris_Metzen"] selaku penulis cerita tetap mencoba untuk setia dengan lore gamenya. Tak heran, mengingat Metzen memang orang dari Blizzard Entertainment, jadi dia bukan sekedar penulis yang mengincar uang saja.
Cerita yang tidak persis sama, namun tetap menghormati sumber dasarnya. Ini adalah hal yang seperti sering dilupakan dalam adaptasi game atau bahkan animasi, seperti Dragonball Evolution. Karena pada akhirnya, kalau ceritanya terlalu melenceng dari sumber dasarnya, siapa yang akan puas?
Duncan Jones selaku sutradara pun memberi banyak kesempatan bagi fan dan yang baru mengenal Warcraft untuk mengetahui lebih banyak dunia Azeroth. Mulai dari Stormwind, Ironforge, Karazhan di masa jaya, hingga banyak tempat fantastis lain disajikan di sini dengan visual memukau.
Kalau kamu jeli, fan game Warcraft juga akan mengenali sejumlah karakter minor yang disajikan di filmnya. Namun karena sebagian dari karakter ini bahkan tak disebutkan namanya, kamu harus mencoba mengingat-ingat sendiri siapa mereka sebenarnya.
Visual Luar Biasa
Studio di balik film Warcraft ini benar-benar serius dalam menyajikan visual. Mereka lebih menggunakan pendekatan game ketimbang pertimbangan realistis, jadi kamu akan melihat setiap wilayah dengan keunikan mereka sendiri. Ini membuat film Warcraft sukses memanjakan mata.
Namun, kualitas CGI-nya terasa tidak konsisten. Dalam beberapa bagian, kamu akan melihat figur Durothan dan para orc yang terkesan sangat realistis. Namun di bagian lain, kamu akan melihat gerakan para orc terlalu seperti game. Itu bukan hal yang bagus.
Cerita Kepahlawanan di Era Kesatria
Karena Game of Thrones mendominasi jagat fantasi saat ini, terkadang kita bisa lupa kalau era abad pertengahan seharusnya bukan hanya didominasi kegelapan, inses, dan orang baik terbunuh sia-sia. Film Warcraft menyajikan kisah kepahlawanan yang lebih tradisional, dengan sosok-sosok pejuang pemberani dari kedua belah pihak.
Tapi itu bukan berarti kisahnya terlalu ringan atau konvensional. Kamu akan menemui sejumlah tragedi di sepanjang film, yang bisa membuatmu tetap waspada mengantisipasi akan adanya karakter yang gugur.
Bukannya Tanpa Kelemahan
Walau memiliki banyak keunggulan, film Warcraft ini bukannya tanpa kelemahan. Kali ini pun review film Warcraft ini akan menyorot sejumlah kekurangan yang ditemukan di filmnya.
Pertama... film ini terlalu epik hingga durasinya yang panjang belum cukup untuk menyajikan akhir plotnya dengan meyakinkan. Sekedar peringatan: film Warcraft ini terasa masih bersambung di bagian akhirnya. Bahkan terasa kalau bagian paling seru dalam konflik manusia - orc ini belum sempat dikisahkan, karena Duncan Jones dan Chris Metzen ingin menyajikan cerita benar-benar dari awal. Kamu-kamu yang mengharapkan ending memuaskan, atau minimal final, bisa kecewa karenanya.
Kedua, karena yang ingin diceritakan begitu banyak, hubungan beberapa karakter terasa kurang alami. Yang terutama adalah hubungan Anduin Lothar dengan Garona. Kamu bisa dibuat bingung sendiri bagaimana mereka bisa mendadak menjadi dekat karena hubungan mereka tidak dibangun dengan baik.
Ada juga twist di akhir film yang pada akhirnya terasa tidak perlu dan malah membingungkan. Kalau untuk yang ini, kamu harus menonton sendiri untuk melihat seperti apa twistnya.
Kesimpulan Review Film Warcraft
Walau memiliki sejumlah kelemahan, film ini juga memiliki kekuatan tersendiri. Fan Warcraft terutama seharusnya akan menyukai pendekatan di adaptasi film ini, walau ada banyak modifikasi di plotnya. Yang awam Warcraft? Selama kamu suka dengan film aksi, kepahlawanan, atau fantasi, Warcraft pun tetap dapat menghibur.