Review Atomic Blonde: Film Spionase yang Stylish dan Penuh Aksi Brutal
Atomic Blonde adalah film spionase stylish yang cukup menarik untuk disaksikan. Lebih lengkapnya, baca saja review dari Duniaku.net ini!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagaimanakah kualitas dari film spionase yang dibintangi Charlize Theron ini? Simak saja review Atomic Blonde ini untuk mengetahui jawabannya!
Sinopsis
[duniaku_baca_juga]
Lorraine Broughton adalah salah satu agen terbaik dari MI6, organisasi spionase Britania Raya. Setelah agen James Gascoigne terbunuh, Lorraine dikirim ke Berlin. Dia memiliki dua misi: menemukan The List, yakni daftar rahasia yang berisi identitas seluruh mata-mata aktif di wilayah Uni Soviet dan menangani Satchel, mata-mata misterius yang mengkhianati Gascoigne.
Masalahnya, misi Lorraine tidak semudah itu. Dengan latar belakang hari-hari terakhir berdirinya tembok Berlin, Lorraine mendapati kalau dirinya tidak bisa mempercayai siapa pun. Semua orang yang berada di kota itu memiliki agenda tersembunyi sendiri-sendiri.
Menawarkan Aksi-Aksi Brutal
[duniaku_adsense]
Hal pertama yang akan disorot oleh review Atomic Blonde versi Duniaku.net ini adalah adegan aksi di filmnya. Lama setelah filmnya berakhir, bagian yang paling tak terlupakan memang adalah adegan-adegan ini.
Singkatnya begini: Atomic Blonde menyajikan pertarungan-pertarungan brutal gaya seri Bourne. Bedanya, juru kamera di film ini lebih fokus untuk menangkap setiap aksi dengan jelas, bukannya mengguncang-guncang alatnya untuk memberi kesan chaotic. Jadi setiap tinju dan tembakan yang dilontarkan oleh karakter di layar lebar benar-benar terlihat.
Yang membuat unik adalah film ini juga mengambil pendekatan yang cukup realistis dalam menyajikan adegan laganya. Termasuk di antaranya adalah betapa sulitnya untuk menangani seseorang dalam pertarungan di dunia nyata.
Penikmat film aksi mungkin sudah terbiasa melihat seorang jagoan bisa mengatasi musuh dengan mudah. Satu tembakan dapat mencabut satu nyawa. Satu rentetan pukulan cukup untuk membuat lawan tak sadarkan diri seketika. Padahal meng-K.O. atau melumpuhkan seseorang tidak semudah itu. Terutama bila targetnya adalah prajurit-prajurit terlatih.
Atomic Blonde dengan keren menyajikan unsur realistis yang jarang terlihat itu. Musuh Lorraine di film ini terdiri dari polisi dan agen KGB. Kamu bisa melihat di kebanyakan adegan, menangani satu orang saja membutuhkan usaha yang luar biasa keras. Bahkan tembakan di tubuh pun belum tentu akan menangani target.
Dengan pendekatan seperti itu, setiap adegan pertempuran di Atomic Blonde pun terasa sangat-sangat keras. Walau tangguh, terasa sekali Lorraine harus mengerahkan setiap daya dan upayanya untuk dapat unggul. Tak heran kalau di awal film Lorraine terlihat penuh memar.
Untuk yang suka adegan aksi brutal seperti di The Raid atau Daredevil, pertunjukan aksi badass Lorraine Broughton sudah bisa menjadi alasan tersendiri untuk membayar tiket nonton. Penulis terutama merekomendasikan adegan aksi mendekati puncak, di 2/3 film, di mana Lorraine benar-benar dibuat kewalahan.
Bukan aksi-aksi ganas saja yang memikat dari Atomic Blonde. Cek lanjutan review Atomic Blonde di halaman kedua!
Sangat Stylish, dengan Musik-Musik Memikat
Kelebihan lain dari Atomic Blonde adalah film ini sangat stylish. Pemilihan warna, keindahan latar, dan terutama musik-musik yang disajikan di film ini membuat Atomic Blonde memiliki gaya unik yang membedakannya dari film-film spionase sejenis.
Ya, pilihan musik di Atomic Blonde memang jempolan. Setiap musik terasa menghidupkan adegan-adegan yang diiringinya, sekaligus membangun atmosfer yang asyik untuk dinikmati.
Gabungan musik, gaya, dan aksi dari Atomic Blonde ini dijamin bisa memikat para penggemar genre aksi.
Plot yang Sulit Ditebak, Namun Disajikan dengan Kurang Kuat
Sisi positif dari plot Atomic Blonde: alur ceritanya sulit ditebak. Kisah ini sudah disajikan dengan framing unik, yakni Lorraine ditanyai apa yang terjadi di Berlin setelah misinya berakhir. Jadi, apapun yang ia hadapi, sudah dipastikan ia akan bertahan hidup.
Meski begitu, masih ada banyak pertanyaan yang akan membuat penonton bertanya-tanya sepanjang film. Pada akhirnya, siapakah yang memegang The List? Satchel itu siapa?
Sudah begitu, khas film spionase, semua karakter yang muncul memiliki agenda mereka sendiri-sendiri. Saat agenda-agenda ini bertubrukan di akhir film, penonton bisa dibuat melongo karena twist dan kejutannya.
Namun penyajian plot penuh intrik ini penulis rasa kurang kuat dan memuaskan. Saat disajikan di layar, cerita Atomic Blonde terasa terpencar ke berbagai arah. Akhirnya di momen-momen penting, penulis justru hanya dibuat bingung. Klimaksnya terasa kurang berkesan. Banyak tokoh bermunculan, tapi semuanya terasa kurang disajikan maksimal pula.
Setidaknya hampir semua benih plot di film ini bisa ditutup dengan menarik.
Bukan Film Keluarga
Versi film yang penulis saksikan di screening sudah disensor. Meski begitu, tetap saja Atomic Blonde bukan film yang cocok untuk tontonan keluarga.
Plot film ini, yang tergolong sangat berat, saja sudah tak akan bisa dinikmati penonton yang belum dewasa. Belum lagi unsur kekerasan dan sensual yang disajikan oleh filmnya.
Kesimpulan
Kesimpulan review Atomic Blonde kali ini: film ini bukan contoh film sempurna. Plotnya disajikan dengan agak berantakan, sehingga bisa membuat penonton bingung. Meski begitu, akting kuat dari Charlize Theron, adegan aksinya yang benar-benar jempolan, serta gaya stylish penyajian filmnya membuat Atomic Blonde tak bisa dilewatkan fan film aksi spionase.
Pingin nonton Atomic Blonde? Film ini akan resmi beredar di Indonesia tanggal 16 Agustus nanti!