Review Ajin (Live Action): Aksi Memukau, namun Karakterisasi Kurang
Film Ajin sudah tayang lho! Penasaran kualitasnya? Baca saja review Ajin versi Duniaku.net ini!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Film Ajin sudah tayang lho! Penasaran kualitasnya? Baca saja review Ajin versi Duniaku.net ini!
Sinopsis
Kei Nagai tadinya hanya remaja biasa. Lalu dia selamat setelah tertabrak truk, dan terungkaplah kalau dia ini ternyata seorang Ajin.
[duniaku_baca_juga]
Ajin adalah istilah untuk manusia-manusia yang unik. Orang-orang ini akan terus hidup, tak peduli apa mereka ditembak, ditusuk, bahkan dicincang.
Pemerintah Jepang menculik dan menggunakan Ajin sebagai bahan percobaan keji. Para Ajin disiksa habis-habisan agar pemerintah bisa menemukan rahasia di balik keabadian mereka. Di awal film, sepertinya itulah nasib yang akan diderita Kei.
Namun saat seorang teroris Ajin bernama Sato menyerbu tempat Kei diserbu, terlihatlah kalau penyiksaan itu baru awal dari hidup baru Kei sebagai seorang Ajin.
Aksi yang Sangat Luar Biasa
Penulis sudah membaca manga Ajin hingga bab terbaru. Karenanya, saat menyaksikan live-action Ajin, bagian yang paling penulis kagumi adalah aksi laganya.
Dalam membuat Ajin, mangaka Gamon Sakurai suka sekali menyajikan aksi-aksi keren melibatkan pertempuran bersenjata. Setiap aksi ini disajikan di live-action-nya dengan lumayan setia dan dinamis.
Serius, kalau kamu datang menonton film untuk menyaksikan baku hantam dan tembak-tembakan, Ajin pasti akan membuatmu terpukau. Koreografinya mantap. Efek visualnya, untuk ukuran film Jepang, terasa oke.
Biasanya, adegan aksi di versi manga terasa lebih inferior kalau dibandingkan live-action. Penulis merasa ini terjadi ke adaptasi dari Parasyte dan – tentu saja – Attack on Titan. (Brrrrrrr, menakutkan).
Tapi untuk Ajin, jelas sekali kalau kualitas aksi film ini sebenarnya bahkan mengungguli manga-nya. Masalah yang ada paling hanya ada beberapa adegan di mana pihak berwenang beraksi lebih bodoh dari versi aslinya.
Contohnya? Di satu adegan, ada pertempuran antara Sato melawan pasukan SAT Jepang. Di manga, pasukan SAT lebih taktis. Bahkan ada support penembak jitu. Di sini, SAT terasa bergerak lebih ngasal.
Nah, bisa dibilang itu adalah keunggulan utama dari film Ajin. Untuk lanjutan dari review Ajin versi Duniaku.net ini, kamu bisa lanjut cek ke halaman kedua!
Lebih Cocok Jadi Serial TV?
Adegan aksi di film Ajin sih superior. Sayangnya, ada kelemahan dalam segi plot dan karakterisasi yang akan disorot juga dalam review Ajin versi Duniaku.net ini.
Film Ajin terasa seperti rangkuman adegan-adegan paling menarik di manga. Pembebasan Kei, pertempuran melawan SAT, pertempuran di gedung tinggi menghadapi teroris Ajin, semua itu bisa kamu lihat dengan megah di sini.
[duniaku_baca_juga]
Masalahnya, film ini seperti tak memiliki waktu untuk memperkenalkan karakter-karakternya dengan lebih baik.
Kei Nagai versi manga bukan orang yang sepenuhnya baik. Cowok yang satu ini memiliki tendensi sosiopat, yang terasa semakin menguat saat ia menjadi Ajin. Selama manga, kamu dibawa untuk mengenal lebih dalam tokoh ini dari pandangan adiknya, teman sekolahnya, juga sekutu dan musuh-musuhnya.
Karakter Kei versi film terasa begitu... kosong. Dia punya adik, yang lebih disorot di versi ini. Namun tetap saja dia tidak diberi lebih banyak momen untuk menunjukkan kepeduliannya kepada saudarinya.
[read_more id="350852"]
Karakterisasi yang kurang ini juga membuat plot terasa seperti “tahu-tahu saja begitu.” Tahu-tahu saja Kei dicoba diselamatkan oleh Sato. Tahu-tahu saja Kei memutuskan untuk melawan Sato. Tahu-tahu saja Kei mencoba meminta bantuan dari pihak yang tak terduga.
Masalah karakterisasi kosong ini juga cukup terasa untuk tokoh seperti Tosaki (yang motivasinya hanya disebut-sebut saja, tak pernah ditunjukkan), Eriko si adik Kei (yang perannya lebih besar, tapi terasa hanya menjadi beban tambahan untuk Kei tanpa karakter menonjol), dan lain-lain.
Uniknya, penokohan dari Sato si antagonis di versi ini justru terasa lumayan oke, dibandingkan yang lain. Latar belakangnya beda dari manga. Namun saat motivasinya diungkap sekilas oleh karakter Tanaka, tiba-tiba penonton akan paham kenapa Sato bertindak ekstrem. Aktor Go Ayano juga mampu menyajikan sosok berwibawa yang mematikan ini dengan oke.
Melihat kelemahan-kelemahan ini, mungkin live-action Ajin lebih cocok disajikan sebagai serial televisi? Antara itu, atau sutradara Katsuyuki Motohiro mengambil pendekatan plot yang salah dalam menampilkan kisah ini.
Kesimpulan
Untuk kesimpulan dari review Ajin versi Duniaku.net: karakterisasi yang kosong dan plot yang terasa seperti ringkasan ini mungkin akan membuat penonton bingung atau tak terkesan. Terutama untuk yang tidak baca versi manga-nya.
Tapi kalau kamu ingin menyaksikan koreografi aksi yang menawa, Ajin merupakan salah satu adaptasi live-action dengan kualitas aksi yang sangat seru. Modal studio Jepang untuk aksi jelas di bawah Hollywood, namun Ajin tetap bisa menyajikan pertempuran dengan luar biasa.
Penulis sempat condong memberikan skor 60 untuk film ini. Namun harus diakui, aksi dari Ajin benar-benar membuat tontonan ini menjadi sangat fun. Karenanya, rasanya nilai 70 lebih pantas disandang film yang satu ini.