Software Lokal Kurang Diminati
Saat ini banyak sekali masalah yang menghinggapi para pembuat software dalam negeri, baik itu perorangan maupun perusahaan kelas menengah. Hal ini lebih dikarenakan kebijakan pemerintah yang sepihak.
Saat ini banyak sekali masalah yang menghinggapi para pembuat software dalam negeri, baik itu perorangan maupun perusahaan kelas menengah. Hal ini lebih dikarenakan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada perlindungan dan kepastian hukum dari pembuat software itu sendiri, disamping masalah system pembayaran hingga penyebaran dari software itu sendiri.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Asosiasi Peranti Lunak Telematika Indonesia (Aspiluki), Djarot Subiantoro, yang menyatakan bahwa saat ini banyak perusahaan TI yang gagal berkembang karena masalah pembayaran sistem software yang dibeli oleh pihak tertentu. Jika dulu system pembayaran dengan 'sistem putus', dengan komposisi pembagian yang telah diatur. Namun saat ini sistem pembayaran berubah dan dilakukan secara per bulan. Hal inilah yang dinilai membuat perusahaan startup software gagal berkembang di Indonesia.
Dalam mengatasi hal tersebut Djarot mengungkapkan bahwa saat ini diperlukan semacam pusat inkubasi bagi ide-ide perusahaan TI untuk mulai mengembangkan aplikasi ataupun software tertentu. Untuk hal ini maka diperlukan kerja sama antara pihak universitas, pemerintah dan perusahaan itu sendiri. jika mau berkembang maka sudah saatnya Negara kita ini menunjukkan kredibilitasnya sebagai salah satu Negara pembuat software yang diperhitungkan, dan tidak hanya menjadi Negara konsumen saja.
Djarot Subiantoro
Ketua Asosiasi Piranti Lunak telematika Indonesia
(Aspiluki)