Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Bisakah 100 Manusia Menang Lawan 1 Gorila? Ini Analisisnya

potret gorila (unsplash.com/Joshua J. Cotten)
potret gorila (unsplash.com/Joshua J. Cotten)
Intinya sih...
  • 100 manusia bisa menang lawan gorila dengan senjata, tapi sulit jika diberikan senjata jarak dekat.
  • Tanpa senjata di ruang tertutup, kemenangan mungkin dengan koordinasi solid, tapi berpotensi korban jiwa.
  • Di ruang terbuka, manusia punya peluang jika bersatu, tapi juga risiko gagal total karena ego dan ketidakmauan bekerja sama.

Pertanyaan “100 manusia vs 1 gorila” pertama kali muncul pada tahun 2022, menurut penjelasan dari Know Your Meme. Gagasan ini berasal dari TikToker @yuri5kpt2, yang melemparkan pertanyaan sederhana tapi absurd: siapa yang akan menang jika 100 manusia bertarung melawan satu gorila?

Topik ini kembali viral pada 25 April 2025, setelah pengguna X (sebelumnya Twitter) @DreamChasnMike menyatakan bahwa 100 orang bisa mengalahkan seekor gorila asalkan mereka benar-benar berkomitmen dan berdedikasi pada misi tersebut.

Tapi benarkah demikian? Bisakah 100 manusia, dengan tangan kosong, mengalahkan satu gorila jantan dewasa? Ini analisis saya untuk topik kocak tapi menarik yang kembali ramai dibicarakan.

1. Skenario 1: dengan senjata

AKM (Zilliongamer)

Kalau ini 100 manusia bersenjata lawan satu gorila… ya tentu saja manusia menang. Dengan gampang, mungkin.

Bahkan kalau 100 manusia ini nggak saling kenal, dilepas begitu saja seperti peserta dadakan Hunger Games, selama mereka pegang senjata api, gorila itu kemungkinan besar akan gugur.

Namun, kalau senjatanya cuma senjata jarak dekat seperti tongkat, parang, atau katana... ini mulai sulit. Gorila bisa mencabik manusia seperti kita mencabik kardus bekas. Korban jiwa? Hampir pasti bakal ada yang jatuh! Tapi karena jumlah manusia sangat banyak, secara statistik, entah dengan cara menindih, menusuk rame-rame, atau menang lewat kelelahan, masih ada kemungkinan menang.

2. Skenario 2: tanpa senjata, di dalam ruang tertutup

ilustrasi gorila (unsplash.com/Greg Gollin)
ilustrasi gorila (unsplash.com/Greg Gollin)

Selanjutnya, mari kita bahas skenario di mana 100 orang acak dilepas dalam sebuah ruang tertutup untuk melawan seekor gorila jantan dewasa tanpa senjata.

Dalam kondisi ini, tidak ada tempat kabur. Tidak ada taktik memancing keluar, tidak bisa mengandalkan strategi hit-and-run. Semua orang terjebak di tempat yang sama, dengan makhluk seberat hampir dua kuintal yang bisa melempar manusia seperti boneka kain. Dan yang lebih menantang: 100 orang ini tidak saling mengenal.

Ini jelas situasi yang jauh lebih sulit.

Memang, manusia menang jumlah. Jika ada koordinasi yang solid dan tidak ada yang panik, maka kemenangan bukan hal yang mustahil asalkan gorila ini bukan versi mutan, raksasa, atau hasil eksperimen ilmuwan gila. Dalam keadaan ideal, satu orang memberi komando, dan 99 lainnya mengikuti tanpa ragu, tanpa ego, dan tanpa rasa takut. Dengan pengorbanan dan tekanan terus-menerus, sang gorila bisa saja dikalahkan melalui kelelahan dan kekuatan massa.

Namun... itu asumsi yang sangat optimis.

Realitanya, manusia dalam tekanan sering tidak rasional. Siapa yang mereka dengarkan? Kenapa harus nurut? Siapa yang siap jadi tameng hidup agar teman-temannya bisa melompat ke punggung gorila? Dalam situasi menegangkan seperti ini, kemungkinan besar kepemimpinan baru akan muncul setelah beberapa orang terluka parah atau bahkan gugur dan para "kontestan" mulai sadar bahwa ini bukan lagi permainan.

Pada akhirnya, manusia mungkin tetap bisa menang, karena jumlah mereka memang sangat besar, dan gorila sekuat apa pun hanya satu makhluk dengan stamina terbatas dan tanpa kemampuan berpikir strategis. Tapi kemenangan itu akan dibayar mahal, dengan korban luka serius bahkan kematian. Dan mereka yang selamat… kemungkinan akan membawa trauma seumur hidup.

3. Skenario 3: tanpa senjata, di ruang terbuka

gorila (unsplash.com/Amy Reed)
gorila (unsplash.com/Amy Reed)

Dalam skenario ini, para manusia mendapatkan keuntungan besar: keleluasaan gerak. Dengan ruang terbuka, mereka bisa menyebar, mengepung, atau setidaknya bermanuver untuk mencari celah dalam menghadapi gorila.

Bahkan, ada kemungkinan bahwa gorila itu justru mundur. Bukan karena takut secara naluriah, tapi karena kewalahan dan kelelahan menghadapi makhluk aneh berjumlah 100, semuanya bersikap agresif tanpa pola yang bisa dia pahami. Bisa jadi si gorila bingung, kelelahan, lalu memilih kabur atau menjauh dari kekacauan.

Namun, ruang terbuka bukan hanya memberi peluang... tapi juga membuka celah masalah. Jika di ruang tertutup para manusia dipaksa bertarung karena tak ada jalan keluar, maka di ruang terbuka selalu ada ilusi opsi: "Kenapa kita nggak kabur aja?" atau "Gue sembunyi di balik batu, nanti kalau aman baru keluar."

Dan di sinilah sisi lucunya: dalam skenario di mana manusia paling berpeluang menang, justru muncul potensi terbesar bagi mereka untuk gagal tota, karena ego, rasa takut, atau sekadar ketidakmauan bekerja sama. Bahkan dalam situasi bergaya Squid Game sekalipun, dengan nyawa sebagai taruhan dan paksaan dari orang bersenjata, menyatukan kehendak 100 manusia asing tetaplah misi yang nyaris mustahil.

Jadi ini adalah skenario dimana manusia paling mungkin menang dengan tanpa senjata, tapi di sisi lain juga skenario dimana bisa saja manusia rontok.

Kesimpulannya? Ruang terbuka memberi kesempatan… tapi hanya jika manusia bisa berperilaku seperti satu spesies yang rasional dan kompak. Sayangnya, sejarah menunjukkan itu bukan kekuatan utama kita.

4. Kesimpulan?

gorila (pixabay.com/Eveline de Bruin)
gorila (pixabay.com/Eveline de Bruin)

100 manusia itu jumlah yang sangat banyak. Jika mereka dibekali senjata baik senjata api maupun senjata jarak dekat gorila kemungkinan besar akan tumbang. Meski begitu, bila hanya senjata jarak dekat yang diberikan, korban di pihak manusia hampir pasti ada, terutama jika pertarungan terjadi di ruang sempit tanpa ruang manuver.

Tapi bagaimana kalau semua manusia itu harus menghadapi sang gorila dengan tangan kosong?

Secara teori, manusia masih bisa menang. Syaratnya? Mereka harus mampu menekan ego masing-masing, mengikuti koordinasi dari satu sosok pemimpin, dan bersedia mengorbankan sebagian dari mereka untuk memberi celah serangan. Terdengar kejam, tapi secara realistis itulah satu-satunya cara.

Namun, menyatukan 100 orang dengan tekad, strategi, dan keberanian yang sejalan bukan hal yang mudah. Bahkan kalau mereka semua berasal dari satu kantor, komunitas, atau kompleks perumahan yang sama, pasti tetap ada perbedaan pandangan, kepanikan, atau rasa ragu. Apalagi kalau mereka semua orang asing yang baru saja bertemu.

Dan di ruang terbuka, tantangannya malah bisa lebih besar. Alih-alih bersatu, bisa saja sebagian memilih sembunyi, sebagian kabur, dan sisanya bingung harus apa. Akhirnya, pertarungan bisa berubah dari "100 manusia lawan 1 gorila" menjadi "beberapa orang nekat lawan 1 gorila, ditonton oleh 90 sisanya dari balik semak-semak."

Jadi... itulah analisis saya soal siapa yang lebih mungkin menang dalam skenario absurd ini.

Kalau menurut kamu gimana? 100 manusia bisa menang? Atau gorila tetap jadi raja di arena? Tulis pendapatmu di kolom komentar!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us