4 Hikmah yang Bisa Kita Ambil dari Kasus Video Antisemit PewDiePie
Kasus video antisemit PewDiePie menghebohkan jagat gaming dunia. Di video itu ia menunjukkan tulisan "Death To All Jews" yang sontak menuai reaksi keras.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sumber: kotaku.com[/caption]
Kasus video antisemit PewDiePie menghebohkan jagat gaming dunia. Di video itu ia menunjukkan tulisan "Death To All Jews" yang sontak menuai reaksi keras dari banyak pihak, termasuk Disney dan YouTube.
[read_more id="283286"]
Pada video yang dipublikasikan pada 11 Januari 2017 tersebut, PewDiePie alias Felix Kjellberg membayar dua orang melalui situs Fiverr untuk membuat dan menunjukkan spanduk bertajuk "Death To All Jews". Fiverr sendiri adalah sebuah situs freelance di mana kamu bisa membayar orang untuk melakukan apapun dengan harga minimal US$5.
Video ini pun mendapatkan reaksi keras dari berbagai media, terutama Wall Street Journal yang juga melaporkan kasus ini kepada dua pihak yang bekerja sama dengan PewDiePie: Disney dan YouTube. Alhasil, kedua perusahaan tersebut memutuskan kerja sama dengan PewDiePie.
Disney, melalui salah satu divisi mereka yang bernama Maker Studios, mengumumkan pembatalan kerja sama mereka di Revelmode, sebuah paltform yang berisi video, game, aplikasi, dan merchandise.
YouTube sendiri membatalkan musim kedua dari acara Scare PewDiePie yang merupakan salah satu program dari YouTube Premium. YouTube juga mencabut PewDiePie dari "Google Preferred".
PewDiePie Meminta Maaf, Namun Kecam Wall Street Journal
Melalui video di atas, PewDiePie meminta maaf kepada para pihak yang merasa tersinggung atas leluconnya yang berlebihan tersebut. Ia berkata bahwa, "Saya minta maaf atas kata-kata yang telah saya gunakan, saya tahu bahwa hal itu menyinggung orang-orang dan saya akui bahwa lelucon tersebut terlalu berlebihan."
"Saya sangat percaya bahwa kamu bisa membuat lelucon tentang apa saja tapi saya juga percaya ada cara yang benar untuk melakukan itu, dan ada pula cara yang kurang baik, untuk membuat lelucon tentang sesuatu," ungkap pria asal Swedia tersebut.
"Ini adalah hal yang akan saya pertimbangkan ke depannya," ujarnya.
[duniaku_adsense]
Walaupun begitu, PewDiePie juga tak menahan kekecewaannya terhadap media-media, terutama Wall Street Journal yang ia anggap menyudutkan Disney dan YouTube untuk memutuskan kerja sama dengannya. Ia juga menyayangkan bahwa media sekelas Wall Street Journal tak melihat keadaannya secara keseluruhan dan hanya mengambil hal negatif darinya di luar konteks "untuk agenda mereka sendiri".
Di akhir videonya, ia pun berkata,"Saya masih di sini, masih membuat video-video. Upaya yang bagus, Wall Street Journal. Coba lagi, br*ngs*k."
Tentunya tak hanya PewDiePie saja yang bisa mengambil hikmah dari insiden ini. Kita sebagai gamer pun bisa mendapatkan pelajaran. Apa saja yang bisa kita pelajari dari kasus video antisemit PewDiePie? Inilah dia:
Bintang-bintang YouTube Memiliki Pengaruh Sosial yang Sangat Besar
Felix tahu bahwa ia dan rekan-rekan bintang YouTuber lainnya memiliki pengaruh besar di komunitas mereka masing-masing. Hal itu ia sampaikan pada video permintaan maafnya tersebut. Ia bahkan mengatakan bahwa, "Old school media tidak menyukai internet personalities karena mereka takut kepada kami. Kami memiliki pengaruh dan suara yang sangat besar, dan sepertinya mereka tidak mengerti hal itu. Itulah kenapa mereka melakukan pendekatan (sudut pandang) dengan cara ini kepada kami."
Apa yang PewDiePie katakan ada benarnya. Bayangkan, dengan jumlah pelanggan sebanyak 53 juta, apa yang dimainkan atau dikatakan olehnya pasti akan mendapat perhatian khalayak banyak. Apa yang ia mainkan kemungkinan besar akan ingin dimainkan juga oleh penontonnya. Apa yang ia benci, kemungkinan besar pula akan dibenci oleh penontonnya.
Dengan pengaruh sebesar itu, tentu konsekuensi yang diemban pun tak kecil. Kebaikan, keburukan, dan hal-hal yang mereka ucapkan pasti akan diperhatikan bahkan ditiru banyak orang. Hal itulah yang membuat poin berikutnya menjadi penting.
Simak hikmah kasus video antisemit PewDiePie lainnya di halaman kedua!
Media Hadir Sebagai Penyeimbang
Dalam sebuah pemerintahan demokrasi, terdapat tiga badan yang saling melakukan check and balance (memeriksa dan menyeimbangkan) satu sama lain, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Jika salah satu mengacau, maka dua badan lainnya akan memastikan hal tersebut kembali ke jalurnya.
Hal ini juga berlaku di mana saja, termasuk di dunia internet. Pada kasus ini, bisa dibilang ada tiga pihak yang saling menyeimbangkan, yaitu pembuat konten (internet personality), penonton, dan media.
[read_more id="283638"]
Di sini, Wall Street Journal dan media lain mencoba untuk menjadi penyeimbang atas konten-konten PewDiePie yang dinilai melewati batas, di luar apakah cara mereka melakukannya berimbang atau tidak. Hasilnya signifikan, Disney dan YouTube bereaksi dengan memutuskan kerja sama mereka dengan PewDiePie. Orang yang bersangkutan pun bereaksi dengan menghapus video tersebut, meminta maaf, dan mengecam media yang bersangkutan.
Saya pribadi setuju dengan Felix yang mengatakan bahwa berita tentang dia memang diangkat di luar konteks dan "menjerumuskan". Tapi hei, tak akan berita seperti itu jika kamu tidak bermain dengan api, bro.
[duniaku_adsense]
Dengan Tujuan Apapun, Mengangkat Hal Berbau SARA Pasti Akan Menuai Reaksi dan Kontroversi
Menyinggung hal yang berbau SARA pasti tidak akan ada habis-habisnya. Lihatlah kasusnya di negara kita sendiri. Sentil sedikit saja, maka efeknya akan seperti bola salju, terus dan terus membesar.
Hal ini berlaku di bagian mana pun di dunia ini, apalagi jika kamu adalah seorang superstar di jagat internet. Berdebat baik-baik saja akan "ramai", apalagi jika hal sensitif ini dibuat menjadi lelucon. Bahkan untuk Dunia Barat yang menjunjung tinggi kebebasan berekspresi sendiri lelucon yang disampaikan PewDiePie dirasa berlebihan.
PewDiePie sebenarnya telah menjelaskan maksud dari lelucon "Death To All Jews" tersebut, yaitu untuk mengungkap kekonyolan situs Fiverr yang memungkinkan orang untuk membayar orang lain melakukan hal bodoh dan absurd sekalipun. Tapi jika itu maksudnya, sepertinya masih banyak hal bodoh lain yang bisa dilakukan tanpa harus menyinggung tema SARA. Apalagi tak hanya sekali ia mengangkat tema ini sebagai bahan lelucon.
Media Tak Akan Lepas dari Opini Penulisnya
Apapun alasannya, sebuah media (apalagi dengan target pembaca khusus seperti Duniaku.net) pasti memiliki keberpihakan sekecil apapun. Dengan menjunjung tinggi profesionalitas, sebuah media juga pasti terpengaruh oleh opini sang penulis atau editornya yang berasal dari berbagai latar belakang.
Ambillah Duniaku.net sebagai contoh. Ketika membuat review dari sebuah game atau film, apakah kami bisa menilainya benar-benar murni netral? Tentu tidak. Semua tergantung dari game apa yang pernah kami mainkan, film apa yang pernah kami tonton, pengalaman, genre favorit, dan lain sebagainya.
Ketika KPAI mengangkat isu pemblokiran game di Indonesia, sudah jelas kami berdiri di mana. Tentu, semua hal yang kami publikasikan berdasarkan fakta-fakta yang ada dan dengan alasan yang rasional.
PewDiePie sendiri tak dapat memungkiri bahwa leluconnya telah menyakiti perasaan dan nilai moral sekelompok orang, termasuk media seperti Wall Street Journal. Sewajarnya, mereka akan bertindak untuk menegakkan nilai-nilai tersebut sesuai kapasitas mereka, yaitu dengan membuat laporan mengenai video kontroversial PewDiePie itu.
[duniaku_baca_juga]
Itulah empat hikmah yang bisa kita ambil dari kasus video antisemit PewDiePie. Menurutmu adakah pelajaran lain yang bisa diambil dari kasus ini? Sampaikan di kolom komentar!