Tanril: Epik Ho Wuan Siang

Selama ini, jika mendengar kata fiksi fantasi, mayoritas orang akan selalu membayangkan ksatria-ksatria dalam baju zirah, disertai dengan monster sejenis naga. Tapi bagaimana jika ada yang mencoba menampilkan fiksi fantasi bergaya cina kuno?

Tanril: Epik Ho Wuan SiangJudul               : Tanril: Epik Ho Wuan Siang

Publisher         : Akoer

Format             : Novel

Tanggal rilis     : Agustus 2008

Novel silat. Apa yang terlintas di kepala Anda begitu mendengar kata ini? Seorang guru berjenggot panjang mengajari murid yang masih bocah? Budaya dan suasana masyarakat oriental seperti di film-film? Atau pertarungan dengan ilmu ringan tubuh tingkat tinggi yang sanggup menggetarkan bumi?

Impresi-impresi seperti yang saya tulis di atas adalah apa yang kurang lebih akan Anda dapat begitu membaca novel ini. Berbeda dengan fiksi fantasi lokal lainnya yang seakan-akan begitu “kompak” mengikuti pakem fiksi fantasi ala LotR, Tanril mencoba mengambil langkah berbeda. Mengambil budaya Cina kuno sebagai model utama bangunan dunianya.

Dan bangunan dunia ini terasa sekali tidak hanya “asal tempel” seperti fiksi fantasi lokal kebanyakan. Susunan dunianya terasa lengkap dengan  detail-detail kecil yang indah. Di novel ini, selain ada susunan keluarga kerajaan dengan banyak pangeran, juga ada seni tenun tradisional menggunakan sihir, dan tak lupa seni bela diri ala Cina kuno yang disebut Arts.

Sedikit terasa aneh memang kenapa seni bela diri ini harus diberi nama dengan bahasa inggris, sementara sedikit sekali kata-kata lain dalam bahasa Inggris di novel ini. Belum lagi, sebenarnya dalam novel ini sudah ada bahasa sendiri. Tidak tanggung-tanggung, ada dua bahasa fantasi lengkap dengan tata bahasanya masing-masing! Lebih dari cukup untuk membuat satu nama bela diri.

Belum lagi ditambah dengan sejarah dan kondisi politik antar negara, keberadaan organisasi pembunuh tersembunyi, dan, satu bagian yang saya suka, keberadaan teh, kopi, dan coklat sebagai tiga tanaman suci. Tiga tanaman ini adalah tiga tanaman yang paling berharga di dunia Tanril dan sangat mempengaruhi perkembangan sejarah dan budayanya.

Benar-benar terasa sebagai sebuah dunia yang dibangun dengan rapi, bukan?

Tapi mungkin pembahasan budaya dunia Tanril cukup sampai di sini saja. Karena toh, sebuah cerita dikatakan bagus jika memiliki cerita yang menarik. Bagaimana dengan Tanril ini? Cukup menarikkah ceritanya untuk menunjang kekayaan budaya yang ada di dalamnya?

Cerita dalam Tanril sebenarnya menganut konsep yang sama dengan Ledgard; seorang nobody yang akhirnya menjadi somebody untuk menyelamatkan everybody. Nobody inipun pada awalnya sama sekali tidak memiliki perawakan seorang pahlawan. Semenjak kecil ia sering sakit-sakitan dan dibully-bully oleh temannya.

Wander Natalez Howard namanya. Ya, namanya memang bukan tipikal nama yang akan kita temui di novel silat atau serial Kho Ping Hoo, tapi sepertk yang sudah saya bilang Tanril memiliki sistem bahasa sendiri. Jadi bisa jadi nama seperti ini adalah nama yang wajar untuk bangunan dunianya.

Wander akhirnya diajari ilmu bela diri, dan perlahan-lahan aliran chi dahsyat yang telah lama terpendam dalam tubuhnya pun mulai bangkit. Bukan lagi seorang bocah kecil sakit-sakitan yang hanya bisa pasrah menerima ejekan dan bullying dari temannya, ia kini memiliki kekuatan cukup untuk menyelamatkan sebuah kota.

Proses perubahan Wander inilah yang bagi saya paling menarik. Bagaimana dia bertemu guru Kurt, guru pertamanya, yang nyentrik dan kelihatannya lebih tertarik dengan berkebun bunga dibandingkan ilmu bela diri. Latihan-latihan kecil yang perlahan-lahan berubah menjadi tugas besar dan melelahkan. Hingga akhirnya Wander harus bertemu guru sejatinya karena Kurt sudah tidak bisa lagi mengajarinya.

Guru sejati ini, Jie Bi Shinjin yang akhirnya membangkitkan potensi Wander sampai ke batas tertingginya. Membuat Wander mampu melindungi kota Fru Gar dari ancaman ribuan tentara sendirian!

Berbeda dengan novel fiksi fantasi kebanyakan yang mengambil alur cerita layaknya game RPG, dengan anggota party yang bertambah satu demi satu seiring perkembangan cerita, Wander menjadi satu-satunya hero di pihak protagonis yang bertarung langsung menghadapi musuh-musuhnya. Karakter-karakter lain yang membantunya, umumnya membantu di balik layar, tidak bertempur secara langsung.

Karena hal diatas para karakter dengan, ehm, karakter yang kuat biasanya muncul di sisi antagonis. Termasuk jendral Sulran yang mengomandani pasukan dari Pangeran Barat untuk menyerang kota Fru gar. Si pendekar kucing dengan gayanya yang kocak. Dan juga Jie Bi Shinjin yang kali ini muncul untuk menghalangi Wander.

Satu hal lain yang saya sukai dari novel ini adalah, adegan pertarungannya yang dahsyat. Bukan hanya dahsyat, tapi cara penulis membawakannya juga sangat halus dan menakjubkan. Kita bisa menyaksikan adegan demi adegan bagaikan menonton film-film silat yang dibintangi oleh Jet Li. Ditambah dengan ledakan chi yang membahana dalam setiap jurus.

Dan bukan hanya dalam pertarungan individu, tapi pertempuran dalam skala massif pun tergambarkan dengan luar biasa. Strategi dan taktik licik jendral Sulran demi menjatuhkan kota Fru Gar pun patut diacungi semua jempol. Sampai ke niatnya memburu para pengungsi yang melarikan diri dari Fru Gar.

Sayangnya, semua usaha saya untuk menikmati kelebihan dari novel ini sedikit terganggu oleh satu hal. Keputusan dari penerbit yang, entah kenapa, memutuskan untuk meng-italic semua dialog yang ada dalam novel. Dan yang saya maksud dengan semua ini benar-benar SEMUA dialog. Baik yang diucapkan maupun hanya dipikirkan. Membuat tempo membaca saya jadi sedikit terganggu dan terasa terlalu lambat.

Tapi jika Anda bisa membiasakan diri dengan cara penulisan dialog yang seperti itu, Tanril adalah bacaan yang saya rekomendasikan. Terutama jika ingin mencari novel fiksi fantasi dengan rasa berbeda dengan rasa LotR yang selama ini ada.

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU